Part 10 | Quality Time

2711 Kata
Semenjak mengetahui jika Rhea telah menyelamatkan Kern tempo hari sikap Arche juga sedikit berubah, pria itu tidak pernah lagi melakukan kekerasan fisik pada Rhea, namun sikapnya justru semakin dingin, Arche juga lebih memilih menyibukkan dirinya di kantor, bahkan mengabaikan rengekan anak-anaknya yang merindukan bermain bersamanya. Arche tidak tahu kenapa merasa asing  dengan dirinya hanya karena membayangkan bagaimana senyum lembut Rhea saat menatapnya, bahkan saat dirinya melukai istrinya itu, Rhea masih dengan tulus melakukan kewajibannya, dan sudah sejak tiga hari ini ia berperang dengan batinnya, otaknya menyuruhnya untuk tetap menyakiti Rhea seperti rencana awal, namun kini hatinya seolah memberontak, ada rasa tidak rela saat ia melihat Rhea terluka karenanya, bagaimana bisa ia menyakiti wanita yang sudah menjadi ibu untuk anak-anaknya? Bukankah semua kesalahan itu bukan kesalahan Rhea, wanita itu hanya menanggung kesalahan ayahnya dan menerima dendam darinya, seharusnya ia mengakhiri semua ini kan? Melepaskan wanita yang tidak tahu apa-apa itu, tapi Arche tidak rela, tidak rela untuk melepaskan Rhea, bukan karena dendamnya tapi karena hatinya. "Daddy!!" teriakan nyaring itu membuat Arche tersentak dari lamunannya dan diganti dengan keterkejutan melihat Keyla yang sudah ada di depannya dengan wajah bersungut-sungut. Di belakangnya ada Kern dan Rhea yang juga datang ke kantornya tiba-tiba. "Apa yang Keyla lakukan di sini heum?" Arche beranjak dari kursinya, menghampiri Keyla dan menggendong anak perempuan itu. "Seharusnya Keyla yang bertanya. Apa yang Daddy kerjakan di hari sabtu seperti ini? Ini kan weekend, Daddy. Harusnya Daddy libur dan bermain bersama kami." Keyla merengek dan menatap kesal pada Arche. Arche tertawa dan mengecup kening Keyla berkali-kali, "Daddy hanya ingin menyelesaikan semua pekerjaan ini agar bisa memiliki waktu lebih lama bermain bersama kalian," sekali lagi Arche mencium kening Keyla sebelum menurunkan anak itu dari gendongannya. Tadi Keyla memang merengek pada Rhea untuk diantar ke kantor Arche dengan alasan jika dia merindukan Daddy-nya yang sudah tiga hari ini hanya bertemu dengannya di meja makan saat sarapan, itu pun hanya sebentar, Kern juga menyetujuinya walau dengan suara lirih, sedikit demi sedikit anak laki-laki itu akhirnya mau berbicara pada Rhea, membuat Rhea bahagia dengan kemajuan itu, dan karena keinginan anak kembar itu akhirnya Rhea membawa keduanya ke kantor Arche. "Apa kau juga merindukan Daddy, boy?" Arche menghampiri anak laki-lakinya yang sedang duduk manis di sofa ruang kerjanya itu, tanpa diduga Kern langsung memeluk Arche dan menyandarkan kepalanya di bahu sang ayah, menyalurkan betapa ia merindukan ayahnya, membuat Arche yang melihat itu hanya tersenyum dan membalas pelukan Kern, sejujurnya ia merasa bersalah karena masalah hati sialannya ia harus mengabaikan anak-anaknya, dan ini semua karena wanita yang sedang duduk manis di depannya, menatap dirinya yang tengah memeluk Kern dengan senyum yang sekali lagi berhasil meluluhlantakkan hati seorang Arche Aldene. "Sudah, anak laki-laki tidak boleh terlalu manja," Arche melepaskan pelukannya pada Kern dan memegang bahu anak itu. "Ya Daddy," Kern menyahutnya dengan lirih, dirinya memang jika sudah merindukan seseorang tidak bisa menyembunyikan perasaannya. "Daddy, ayo kita temani Mommy belanja," celetuk Keyla membuat Arche menatapnya dengan dahi mengernyit. "Tadi sebenarnya Mommy akan berbelanja, hanya saja Keyla dan Kern memaksanya untuk ke kantor Daddy karena kami sangat merindukan Daddy yang lebih memilih berkas-berkas itu," Keyla menunjuk berkas-berkas yang masih berserakan di meja kerja Arche dengan dagunya. "Jadi sekarang Daddy harus menemani Mommy belanja dan juga nanti kita memasak bersama, iya kan Mommy? Kau juga setuju kan Kern?" Keyla memberikan tatapan puppy eyes-nya pada Rhea dan Kern membuat Kern mau tidak mau mengangguk sedangkan Rhea hanya tersenyum lembut melihat bagaimana menggemaskannya Keyla yang berhasil memonopoli jam kerja Arche. "Ayo Daddy," tanpa menerima bantahan, Keyla sudah menarik-narik Arche untuk meninggalkan ruang kerjanya, di belakangnya Rhea masih terkekeh melihat Arche dan Keyla yang sudah berjalan di depan, ia menghampiri Kern dan menggandeng tangan anak laki-laki itu untuk mengikuti Arche, dan sekali lagi Rhea tersenyum bahagia saat tidak ada penolakan dari Kern, ia semakin menggenggam erat tangan mungil Kern dan berjalan menyusul Arche dan Keyla yang sudah mencapai lobi kantor. Beberapa karyawan yang memang mendapat lembur di hari weekend hanya menatap iri melihat bagaimana keluarga itu berjalan bersama meninggalkan kantor dengan senyum yang memiliki arti masing-masing, Keyla yang tersenyum karena bisa pergi bersama keluarganya, Arche yang tersenyum karena bisa melihat senyum di wajah anak-anaknya, Kern yang tersenyum karena semakin hari ia semakin merasakan bagaimana kehangatan yang selalu Rhea berikan untuknya dan perlahan ia bisa merasakan kembali kasih sayang seorang ibu, anak laki-laki itu melihat genggaman tangannya dengan Rhea dan menatap Rhea dengan tatapan berbinar, sedangkan Rhea tersenyum karena akhirnya bisa melihat kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, seseorang yang sudah menjadi keluarganya, Rhea berharap senyum itu akan selalu ada untuk ke depannya. *** "Mommy aku ingin sup udang tofu seperti buatan Mommy Zee," perkataan riang Keyla justru menjadi cambuk bagi Rhea, untuk mengingatkannya jika dirinya memang tidak lebih dari bayang-bayang Zee di keluarga Aldene. "Ah, baiklah. Mommy akan mencari udangnya," Rhea gelagapan berusaha mengubah raut wajahnya seperti biasa, ia segera meninggalkan Kern, Keyla juga Arche. Keyla menyadari ucapannya telah menyakiti hati Rhea, dirinya memang sangat perasa di umur sekecil itu dan ia menyesal membuat Mommy-nya itu bersedih karena merasa kehadirannya hanya sebagai ibu pengganti untuknya. Kern menatap punggung Rhea yang perlahan menjauh, entah mengapa ia juga merasa bersalah mengingat jika hingga saat ini terkadang ia masih membayangkan jika Rhea adalah Zee, dan tanpa sadar membanding-bandingkan kedua wanita yang kini telah memiliki posisi di hatinya, sedangkan Arche entah mengapa merasa kasihan pada Rhea, membayangkan bagaimana sakitnya berada di posisi wanita itu. Nyatanya Rhea sudah memiliki tempat di hati anak dan ayah itu kan? "Mommy, maafkan aku," Keyla menghadang jalan Rhea dengan wajah penuh penyesalan, membuat Rhea tersenyum lembut seperti biasanya, membelai wajah anak perempuan itu. "Maaf untuk apa sayang? Keyla tidak melakukan kesalahan apapun jadi jangan meminta maaf ya?" Rhea tersenyum, suaranya yang begitu lembut mampu membuat Arche dan Kern semakin merasa bersalah. "Ya sudah, kau ingin membantu Mommy mengambil semua bahan-bahan yang dibutuhkan di sini?" Rhea menunjukkan daftar belanjaan yang akan dibelinya, saat itu juga Arche dan Kern mendekati Rhea. "Biar kita bagi dua saja, aku akan mencarinya bersama Kern," Arche langsung mengambil kertas berisi daftar belanja itu dan menyobeknya menjadi dua bagian. "Ayo Kern," Archemenarik Kern menjauh, menyisakan Rhea yang masih menatap Arche dengan kening berkerut, setelah tiga hari tidak saling bicara, kenapa perubahan pria itu begitu drastis? "Ya sudah, Keyla temani Mommy mengambil beberapa barang kebutuhan kita ya," Keyla mengangguk antusias dan menggandeng tangan Rhea menyusuri deretan rak-rak supermarket itu, Rhea baru akan membaca apa yang harus dibeli dari kertas yang sudah disobek oleh Arche tadi, wanita itu seketika meringis saat mengatahui jika bagian yang dibawa oleh Arche adalah kebutuhan dapur yang sebagian besar berupa bahan masakan dan juga bumbu-bumbu dapur, dan Rhea tidak yakin keduanya akan mengambil bahan yang sesuai dengan yang ia tulis. "Kita akan ke mana dulu Mommy?" tanya Keyla setelah Rhea mengambil udang untuk menu makan malam sesuai dengan yang diminta oleh Keyla. "Ah, sebaiknya kita membeli susumu dulu sayang," Rhea menggenggam tangan Keyla menuju deretan rak-rak segala merk s**u tersedia di sana. *** "Daddy yang mana yang bawang bombay? Ini atau ini?" Kern mengerutkan keningnya kesal, menunjukkan dua bahan di depannya yang sama sekali tidak ia mengerti, selama ini yang ia tahu hanya rasa masakan Rhea yang enak, tidak pernah sekali pun ia melihat wujud asli bahan-bahan penyedap rasa itu. "Ah, Daddy juga tidak tahu Kern, selama ini yang Daddy tahu hanya makan, tidak pernah berurusan dengan dapur, yang Daddy tahu hanya bentuk cabai saja," Arche juga menggeram frustasi membuat Kern hanya mencibir kesal karena Daddy-nya juga tidak bisa membantu, "Ya sudah ambil dua-duanya saja," putus Arche kemudian. "Di sini tertulis bayam, ah, yang mana yang bayam," kini Arche yang menggeram frustasi, di depan pria itu ada bayam, lobak, sawi putih dan brokoli namun lagi-lagi ia tidak tahu mana yang bayam. "Ya sudah ambil semuanya saja Daddy," celetuk Kern yang menatap Daddy-nya datar sedangkan Arche menggeram tak suka namun pada akhirnya mengambil semua sayuran itu. "Ini salah Daddy, kenapa mengambil bagian kertas yang berisi daftar kebutuhan dapur? Menyusahkan," Kern menggerutu, dan kembali berjalan membaca daftar selanjutnya yang harus di beli, walau ia tidak tahu tepatnya seperti apa bahan yang harus ia masukkan ke keranjang belanja. "Daddy di mana daun parsley?" Kern kembali bertanya kepada Arche yang tidak tahu apa-apa, dan tanpa di duga Arche mengambil satu-persatu semua bahan dapur yang ada di sana. "Lalu Daddy, di sini tertulis tomat, ikan salmon dan juga paprika, ahh jika paprika aku ta..." Kern yang semula menatap kertas daftar belanja itu mendongak dan hanya menganga melihat bagaimana Daddy-nya yang sudah mendorong troli dan mengambil semua bahan-bahan termasuk daging-daging segar tanpa mempedulikan apa yang di tulis oleh Rhea. "Nah, jika begini Daddy yakin sudah tidak ada yang terlewat sesuai dengan kertas belanja itu," Arche tersenyum puas dengan ide briliannya, sedangkan Kern masih menatap Daddy-nya yang terlihat berbeda dari biasanya dan itu sedikit membuat ia takut. "Tapi Daddy, kupikir itu terlalu banyak," Kern menatap ngeri pada troli yang sudah terisi penuh oleh bahan-bahan mentah. "Tidak apa-apa, Daddy menggunakan uang Daddy, jadi kau tidak perlu khawatir," Arche menepuk-nepuk dadanya, dan mendorong trolinya itu menuju tempat di mana ia meninggalkan Keyla dan Rhea tadi dan diikuti oleh Kern di belakangnya yang masih memikirkan kemungkinan-kemungkinan reaksi adik dan Mommy-nya melihat kegilaan Daddy-nya. *** Rhea dan Keyla baru saja selesai dengan tugasnya, keduanya hendak ke tempat bahan-bahan dapur namun urung mereka lakukan saat melihat Arche yang berjalan dengan troli di depannya dan Kern yang mengikuti di belakang. Rhea menganga melihat bagaimana penuhnya troli Arche, dengan langkah tergesa dan kening mengernyit ia menghampiri keduanya, Keyla terkikik geli di belakang Rhea, anak perempuan itu sudah menduga jika sang kakak dan ayahnya tidak akan mengetahui masalah dapur sama seperti dirinya. "Astaga Arche!! Apa yang kau beli? Aku tidak pernah menulis sebanyak ini di daftar belanjaan," Rhea hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sedangkan Keyla di belakang Rhea semakin terkikik melihat tingkah Daddy-nya. "Kau memberiku daftar bahan dapur, bagaimana aku bisa tahu? Sudah bagus aku mengambilkan semuanya untukmu," Arche tidak ingin disalahkan, perdebatan kecil mereka bahkan menjadi tontonan beberapa ibu-ibu yang lewat. "Aku memberimu? Kau yang menggambilnya Arche! Ayo kembalikan semuanya." Rhea sudah akan menarik tangan Arche dan mendorong troli penuh itu kembali ke bagian bahan dapur, namun Keyla menahannya dan lagi-lagi memberikan puppy eyes sebagai jurus andalannya jika menginginkan sesuatu. "Aku ingin es krim Mommy," "Ya sudah Keyla beli dengan Kern ya, Mommy dan Daddy ada di counter sayuran," ujar Rhea yang langsung disetujui oleh Keyla, gadis kecil itu menarik tangan Kern untuk segera menuju tempat es krim, sedangkan Arche di tempatnya menggeram kesal merasa kenapa justru Rhea yang memimpin mereka? "Kembalikan semua ini ke tempat semula Arche," "Hey sejak kapan kau berani menyuruhku?!" Arche berteriak tak suka, sedangkan Rhea mengernyit dengan tatapan memicing. "Ini semua kesalahanmu. Sudah seharusnya kau yang bertanggung jawab. Ini, kembalikan ini semua, kau pikir kita akan menyimpan semua daging dan sayur ini di kulkas selama sebulan penuh? Kita hanya akan melihat saat-saat mereka akan membusuk tanpa mengolahnya." Rhea memberikan satu persatu daftar sayuran, daging dan juga bumbu dapur yang tidak ada di list belanjanya, sedangkan Arche dengan setengah hati mengembalikan semuanya pada tempat yang seharusnya. "Kenapa aku harus menuruti semua ucapan wanita itu? Dan kenapa ini terasa melelahkan padahal tadi saat aku mengambilnya terasa ringan?" Arche menggerutu kesal dan itu semua tidak luput dari pengamatan Rhea yang tersenyum melihat tingkah Arche yang benar-benar berbeda dari biasanya. *** Mereka kini sedang berada di dapur, setelah acara belanja selesai, Keyla memaksa Kern dan Arche ikut membantu Rhea memasak dengan alasan jika Mommy-nya itu sudah cukup lelah hari ini. "Kalian tega sekali tidak membantu Mommy memasak, sejak pagi dia harus mengurus rumah, lalu ke kafe lalu mengurus kita, menemani kita ke kantor Daddy lalu berbelanja, dan sekarang harus memasak makan malam untuk kita seorang diri, tega sekali Daddy dan Kern," Keyla dengan wajah yang hampir menangis membuat Arche dan Kern tidak bisa berbuat apa-apa selain menurutinya, dengan setengah hati ia memasuki dapur, dan mulai membantu Rhea yang kini tersenyum penuh kemenangan menatap Arche dengan wajah lelahnya. "Nah, karena kalian semua bersedia membantu Mommy, maka Mommy akan membagi tugas, Kern dan Keyla bantu Mommy mencuci udangnya ya, nah Daddy bisa membantu Mommy memotong bawang merah, putih dan cabai ini," Rhea tersenyum menyeringai menghampiri Arche yang sedang duduk di meja makan, dengan membawa bahan dapur itu beserta pisau dan juga talenan, sedangkan Arche sudah akan protes dengan wajah kesalnya sebelum suara Keyla lagi-lagi menginterupsinya. "Daddy jangan protes ya, Mommy saja tidak pernah protes mengurus semua kebutuhan kita," perkataan Keyla membuat Arche lemas di tempatnya sedangkan Rhea tersenyum senang, senang rasanya hari ini bisa melihat berbagai macam ekspresi Arche. "Nah, selamat bekerja sayang, Mommy akan memilih bahan-bahan yang lain sebagai pelengkap makan malam kita," Rhea berjalan menuju kulkas, memilah-milah sayur yang akan menjadi teman sup udang tofu pesanan Keyla. "Apa ada yang Kern inginkan untuk makan malam kali ini?" Rhea bertanya pada anak laki-lakinya itu, Kern menatapnya lama sebelum akhirnya bersuara lirih. "Aku ingin krispi udang," ujar Kern begitu lirih namun mereka masih bisa mendengarnya, dan sekali lagi Rhea bersyukur karena sedikit demi sedikit Kern sudah melunak padanya, anak laki-laki itu sudah tidak lagi menatapnya dengan tatapan benci dan tidak pernah lagi menolak saat Rhea menawarinya sesuatu. Sedangkan Arche di tempatnya yang sedang memotong-motong bawang merah dengan mata yang sudah mulai berair tertegun melihat bagaimana perubahan pada Kern yang sudah tidak lagi dengan terang-terangan menolak Rhea, sebesar itukah pengaruh wanita itu terhadap anak-anaknya? Nyatanya tidak butuh bertahun-tahun untuk membuat kedua anaknya menyayangi Rhea. "Baiklah, udang memang menjadi menu favorit di sini ya. Ah, Daddy, apa ada yang kau inginkan juga untuk makan malam kali ini?" kini Rhea bertanya pada Arche yang masih terpaku di tempatnya. "Tidak ada, masak saja sesuai yang kau inginkan," ujar Arche cepat dan kembali melanjutkan pekerjaan barunya memotong-motong bawang. "Baiklah, Mommy akan membuat yang spesial untuk kalian semua malam ini karena sudah membantu," Rhea mengeluarkan beberapa bahan masakan untuk membuat chicken fillet yang akan menemani menu sup udang tofu dan krispi udang untuk makan malam nanti. *** Bunyi bel yang terdengar sore itu menghentikan aktivitas mereka yang sedang bercengkrama dengan tugasnya masing-masing. Kern dan Keyla yang bertugas mencuci bahan-bahan makanan sedangkan Arche memotong-motongnya dan Rhea meraciknya di atas penggorengan jika semua bahan sudah siap. "Biar Mommy saja yang membukanya," ujar Rhea beranjak dari duduknya karena hanya dia yang masih belum memiliki pekerjaan, Arche masih sibuk dengan beberapa bahan masakan yang belum di potong begitu juga dengan Keyla dan Kern yang masih sibuk mencuci, membuat Rhea hanya bisa duduk melihat aktivitas ketiganya, dia belum bisa mulai memasak jika semuanya belum siap. Rhea membuka pintu rumah itu dan tidak mendapati siapa pun di luar, hanya ada kotak yang sepertinya sengaja ditinggalkan oleh pengirimnya, dengan ragu Rhea mengambil kotak itu, pikirannya kembali menerawang saat ia mendapat kotak berisi tulisan dengan tinta darah di kafenya beberapa hari lalu. "Sebenarnya siapa yang melakukan ini? Apa dia memiliki masalah denganku? Atau Arche?" dengan tangan bergetar Rhea membuka kotak itu, dan begitu melihat isinya, seketika tubuhnya limbung, perutnya terasa mual dan kepalanya pening, beruntung seseorang menahan tubuhnya hingga ia tetap terjaga. Arche yang tidak mendengar suara Rhea dengan tamu yang sudah mengganggu keluarganya di sore hari memutuskan untuk keluar, meninggalkan Kern dan Keyla yang masih asik bermain air di wastafel, keningnya mengernyit saat melihat sebuah kotak di tangan Rhea dengan tangan wanita itu yang bergetar dan wajah ketakutan, Arche menghampiri wanita itu dan terkejut saat melihat tubuh wanita itu limbung begitu isi kotak terbuka bahkan kini sudah jatuh tercecer di lantai. "Kau baik-baik saja?" Arche bertanya masih dengan nada datarnya, sedangkan Rhea hanya menggelengkan kepalanya dengan mata terpejam. "Singkirkan kotak itu," ujar Rhea membuat Arche mengalihkan pandangannya pada kotak itu dan seketika matanya membulat tak percaya melihat isi dari kotak itu yang merupakan potongan tubuh seekor anjing. "Kau duduklah dulu, biar aku yang membersihkannya," walau dengan nada datar Arche tetap membimbing Rhea untuk duduk di sofa, ia bisa melihat bagaimana wajah pucat istrinya itu dengan keringat dingin yang mengalir membasahi pelipisnya. "Tuan, Nyonya, ada apa ini?" Christy yang baru saja masuk setelah membersihkan halaman belakang terheran melihat bagaimana Arche begitu perhatian pada Rhea yang terlihat pucat. "Tolong kau bersihkan kotak di depan itu, sampai bersih! Mengerti!." Christy hanya mengangguk dengan tatapan bingung walau akhirnya kakinya melangkah ke pintu depan dan saat melihat apa yang ada di depannya seketika ia memekik namun dengan cepat membungkam bibirnya sendiri. To be continue... 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN