Tidak pernah sebelumnya Grisham merasa ingin cepat- cepat pulang. Hari ini tadi, ia menyelesaikan semua urusannya tanpa bertele- tele dan mempersingkat waktu berbincang- bincang. Ia bahkan makan di perjalanan supaya tidak membuang- buang waktu karena kalau makan di restoran dia akan bertemu kolega lalu mereka harus mengobrol panjang lebar. Untuk hari ini, ia ingin segera pulang ke rumahnya karena memikirkan piaraannya sedang putus asa butuh o*****e dan ternyata dugaannya tidak meleset. Gadis itu menikmati diri seorang diri. Kegiatan ekstrakurikuler tidak berhasil untuk Esteva. Gadis itu memang harus diajar keras dan menohok.
Ctar! Ctar!
Letusan cambuk Grisham menghajar bibir bawah Esteva.
"Unggh ... Kyaaah!" pekiknya ketika nyerinya tak tertahankan karena terlalu nikmat.
Sepuluh kali hukuman membuat area kegadisannya merah padam berdenyut panas. Kening Grisham terangkat sebelah menyelidik area itu, melihat reaksi Esteva yang terdongak dan pinggul bergerak memutar poros, gadis itu berada di berahi tingkat tinggi.
"Kau rindu miliku, Eva?" tanya Grisham sambil membuka sabuk celananya.
"Ungh, iya, Tuan ...," jawabnya memelas. Melihat lagi kepunyaan Grisham membuat sorot matanya berbinar-binar. Ingin pria yang dibenci Andreas menodai dirinya lagi dan lagi.
"Aku akan memenuhi keinginanmu, Eva, tetapi sebelum itu, jawab dulu pertanyaanku. Apa yang kau lakukan bersama Martin?"
"Berkuda, Tuan."
"Jangan bohong, Eva. Kau tahu hukumannya kalau kau berbohong padaku," ancam Grisham.
"Saya tidak berbohong, Tuan, kami memang pergi berkuda."
"Selain itu?"
Esteva menyeringai tipis yang Grisham tahu ada yang disembunyikan gadis itu darinya. "Tidak ada," jawab Esteva datar dan lugas.
"Bohong!" desis Grisham. Ia melepas seluruh pakaiannya dan secepatnya mendatangi Esteva, meraih wajah gadis itu lalu menekan kepala Esteva ke bawah perutnya sehingga menelan tonggak keperkasaannya.
"Unggghhh!” Gadis itu tersumpal mulutnya sehingga hanya bisa bersuara engahan.
"Issshh, gadis nakal!" geram Grisham. Ia menggojlok miliknya di dalam sana hingga air mata berlinang di pipi Esteva. Ia membenahi rambut Esteva agar melihat jelas wajah rakus gadis itu mengulum sepanjang miliknya. Ya, dia memang sangat cantik. Grisham merasa hilang kewarasan. "Kau menyukainya, Eva? Hmm? Kau suka aku memenuhi mulutmu? Kau mencari- cari alasan agar dihukum. Hmm? Kau ingin aku melemparmu ke jalanan? Hmm, tidak, sayang, tidak. Kau terlalu berharga untuk itu."
Alih- alih tidak berdaya dijejali seperti itu, tangan Esteva bergerak menggerayangi paha Grisham dan menggiling bola bergelayutnya yang memadat karena suhu dingin. Benda serupa telur itu menghangat di tangannya.
"Aaah," desah gusar Grisham karena Esteva tahu betul titik- titik perangsangnya. Menyiksa gadis itu menjadi pesta kenikmatan tiada tara. Grisham menumpahkan muatannya dalam mulut gadis itu lalu gojlokannya menjadi perlahan dan keluar dari mulut Esteva beserta isakan halus.
"Tidak, Tuan, jangan diambil, saya belum selesai," katanya lalu kembali melekap di bawah pusar Grisham dan mengemut kejantanan yang melunak itu.
Grisham menghela napas melihat Esteva mengisap sisa- sisa nektarnya padahal sudah banyak yang ditelannya. Grisham duduk di ranjang dan membiarkan gadis itu bersujud padanya. Dewi perang itu kali ini memuja kuda tunggangannya. Ia menikmati lilitan lidah gadis itu pada organ kenyalnya. "Oh, Eva ... kau manis sekali, sayang. Lihat, kau begitu perhatian. Bagaimana aku bisa lepas darimu, sayang. Oh, Eva- ku ...."
Gadis itu sedang menungging. Tangan Grisham meraih belahan pantatnya dan jemari bergerak menyentuh liang mungilnya. Lembut membelainya karena area itu sedang meradang, tetapi ketika masuk ke dalam, jarinya menggila bak batang bergetar.
"Ungh!" engah Esteva merasakan sensasi jari Grisham. Batang liat pria itu mulai mengeras sehingga Esteva mengeluarkannya. "Ngg aaahh, Tuaaan, enaaak," desahnya tanpa malu.
Esteva duduk berhadapan dengan Grisham dan kaki sama- sama terbuka. Esteva terlihat lebih putus asa karena permainan jari Grisham begitu gencar di lubangnya.
"Oh, Tuan, tolong, penuhi saya," katanya.
"Sebentar, sayang. Tunjukkan dulu padaku seberapa besar kau menginginkanku."
Grisham menarik tangannya dari gadis itu dan ia menjauh untuk membersihkan batangnya sekaligus menyegarkannya setelah dibasuh.
Esteva berada di ranjang, duduk dengan posisi menantang dan sibuk menjari- jari diri. Ia meringkuk menggeliat tidak karuan. "Tuan, cepatlah ... Masukkan ... Eva sudah tidak tahannnhh ...." Dia menungging menggoyang pinggulnya.
Grisham memegangi rudal tempurnya seolah mengejek gadis itu. "Katakan dulu apa yang kau lakukan bersama Martin. Aku tidak mau menjadi orang bodoh yang kalian tertawakan di belakang."
Yah, Grisham merusak kesenangannya dengan memaksa ingin tahu seperti itu. Esteva berhenti bergerak agar bisa berkata sungguh- sungguh pada Grisham. "Saya sangat putus asa dan dia ada menemani saya. Apa itu salah?”
Rahang Grisham mengeras menyadari maksud ucapan gadis itu dan ia melayangkan tamparan keras ke wajah Esteva.
Plak!
Bruk!
Esteva tertelungkup di ranjang lalu lekas menoleh menatap Grisham sambil mengusap pipinya. Matanya menghunus tajam.
Grisham membuka mulut hendak memaki Esteva tetapi gadis itu lebih dulu meneriakinya. "Andreas selalu mengutamakan kepuasan wanita yang bersamanya. Ia tidak pernah keberatan selama wanita itu senang. Saya menganut ajaran dia. Saya punya hasrat yang tidak bisa saya kendalikan. Jika pria bisa memuaskan diri sesuka hati mereka, kenapa saya tidak boleh?"
"Eva, kau piaraanku! Artinya hanya aku yang boleh menyentuhmu!" sahut Grisham dengan suara lantang.
"Kalau begitu lakukan sesuatu agar saya tidak tersiksa!"
Grisham terdiam berlidah kelu. Akan sangat memalukan kalau ia melepas Esteva karena ia tidak bisa memuaskan gadis itu. Kurang ajar! Kenapa dia bisa sangat memuja Andreas? Dasar gadis gila!
Esteva berujar dengan suara perlahan dan sedih. "Jangan suruh saya melukis, merangkai bunga, atau membaca puisi. Saya tidak menyukai itu semua. Tuan lebih baik menyuruh saya melompat dari atas gedung saja."
Grisham meremas rambutnya. "Tapi kau memilih Martin? Ya ampun!" Sebenarnya Martin lumayan. Ia cukup mumpuni memikat gadis- gadis pelayan di kediamannya.
"Dia baik dan dia tidak keberatan saya menyebut nama Tuan saat menyanggamai saya."
"Oh?" Grisham tercenung mendengar hal itu. "Kau ... menyebut namaku? Kau pasti bercanda. Jangan coba-coba membohongiku lagi, Eva."
"Saya tidak bohong. Justru karena Tuan saya begini. Apa Tuan lupa? Jika keperawanan saya tidak terjamah, mana saya tahu seks akan sehebat ini dan setelah itu saya tidak bisa mengendalikannya. Saya butuh selalu di sentuh di bawah sini." Esteva menunduk dan mengusap-usap muara lubang daranya. "Tuan wajib bertanggung jawab atas kondisi saya ini."
Grisham tercenung lagi. Gadis ini ... dia tidak minta nikahi atau tanggung jawab karena hamil, tetapi minta tanggung jawab karena nafsunya membludak. Ya Tuhan, apa ia harus mendatangi Andreas? Tidak akan!
Sama juga seperti Esteva. Ia tidak akan kembali atau bicara pada Andreas soal nafsunya. Ia akan menemukan cara mengatasi ini tanpa bantuan ayahnya.
Esteva merajuk dan beringsut turun dari ranjang. "Baiklah, jika Tuan tidak berminat lagi dengan saya karena saya minta bantuan Martin, saya akan pergi dari sini." Ia akan menghubungi Dante, kepala kru Andreas. Pria bermata satu itu pasti akan membantunya tanpa harus diketahui Andreas.
Grisham buru-buru merangkul gadis itu. "Tidak, tidak, bukan begitu, Eva, maafkan aku. Aku akan memikirkan cara lain."
"Jadi, saya tidak boleh pergi?"
"Tidak boleh."
"Apa Tuan akan menghukum Martin? Secara teknis ia tidak bersalah. Ia hanya alat saya."
"Baiklah, aku tidak akan menghukumnya, tapi jangan lakukan lagi. Besok akan kita pikirkan apa yang bisa kita lakukan."
"Jadi?"
"Naik lagi ke ranjang, sayang, aku akan menidurimu."
Seketika roman muka Esteva berbinar. "Ah, baik, Tuan!" katanya riang lalu lekas berbaring dan membuka pahanya. Tangan tak lupa ikut campur aduk membuka rongga.
Grisham memandanginya seperti permainan anak-anak versi rating dewasa. Kadang merasa diejek Esteva dengan sikap ketusnya, tetapi dia bisa bersikap sangat manis dan lugu, lalu mengajaknya bertunggangan di ranjang.
Pertengkaran tadi membuat Esteva terangsang. Ia bersuara merayu Grisham. "Cepat naiki saya, Tuan. Ayo, tuan gagah perkasa. Gagahi Eva sampai Tuan puas."
Grisham membuang semua prasangka buruk dan kearoganannya. Ia naik ke ranjang lalu menyodokkan batang keperkasaannya ke dalam liang dara Esteva. "Kyaaah, Tuan ... hmmm iyaa. Oh, yaaa!"
Gadis itu menyukai guncangan kerasnya. Sebelah tangan Grisham memukuli p****t Esteva. Sebelahnya mencengkeram- cengkeram buah daranya. Grisham menggetarkan ranjang mereka sambil merutuk, "Ugh, Eva, kau semakin nakal saja, manis, tapi aku ... semakin suka .. ughh, ya sayang, terus jepit, sayang. Ah, ya ...."
"Iya, Tuan. Ahhh, Tuan Grisham .... ahh."
Grisham menunggangi gadis itu beberapa jam sampai keduanya terempas berdekapan di atas alas empuk itu.
***
Grisham tertidur pulas, sangat damai, dan nyaman. Tenaganya tidak terkuras seperti hari kemarin. Ternyata ia menemukan cara untuk bertahan bersenggama dengan gadis piaraannya. Yaitu ia harus bisa menunda miliknya keluar. Esteva akan o*****e berkali-kali lebih dahulu, setelah puas, ia akan kelelahan dan tertidur. Barulah ia melepaskan nektarnya.
Pagi hari, Grisham terbangun lebih dahulu, saat Esteva masih tidur di sisinya. Selimut tidak seberapa menutupi tubuh gadis itu. Rambut hitamnya tergerai di seprai putih terlihat sangat kontras, membuat penampakan Esteva seperti bidadari bersayap hitam yang terdampar di tempat asing. Seorang dewi yang sekarang bugil, terlihat jelita dan tak berdaya. Grisham terpesona.
Grisham memandanginya penuh tanda tanya. Heran ada gadis secantik ini, tetapi Andreas tidak menjamahnya. Apa karena Andreas tahu Esteva bakalan bi.nal bak kuda liar sehingga menjaganya untuk momen terbaik atau mempersiapkan kegunaannya untuk hal lain? Seperti diketahuinya, Andreas banyak menyimpan rahasia perselingkuhan pejabat dan bangsawan. Esteva mungkin berguna untuk menggali informasi dengan menggunakan kemampuan seksnya. Hanya karena Andreas menikahi Sylvia, Esteva kecewa dan meninggalkannya.
Grisham duduk, menyibak selimut Esteva untuk melihat kegadisannya. Dalam posisi meringkuk bisa terlihat gundukan lembut itu terkatup rapat bak mulut tertutup menyimpan rahasia. Esteva mengernyitkan tubuhnya karena udara dingin, tetapi tidak membangunkannya dari tidur. Grisham tidak peduli gadis itu tidur seperti apa, yang jelas ia tahu cara membangunkannya. Grisham membuka labia dara Esteva dan memasukkan jarinya perlahan-lahan. "Hmmh, sayang ... kau sangat hangat," gumam Grisham serak oleh badannya memanas seketika menyentuh Esteva.
"Ehmm?" Gadis itu menggeliat. Bergumam tanpa membuka mata sambil menggerakkan pinggulnya. "Tuan ...."
Grisham membungkuk membisikinya. "Haruskah aku memasukkan sesuatu yang lebih besar agar kau membuka mata?"
Suara bisikan dan embusan hangat di telinganya membuat lapisan dara Esteva melelehkan cairan. "Ah, iya, Tuan, masuki saya," katanya seolah mengigau. Tangannya bergerak mengusap-usap lekukan tubuhnya sendiri.
"Kau benar-benar suka bertingkah manja, Eva. Baiklah, kalau kau ingin dirudal supaya bangun, aku masukkan milikku." Yang kebetulan sedang mengeras. Grisham memosisikan rudalnya dan satu dorongan lugas menerobos masuk liang yang masih sempit dan kesat itu. Grisham mendesah oleh hangat dan nyamannya rongga Esteva di pagi yang dingin itu.
Esteva terpekik. "Kyaah, Tuan! Ungghh ...." Lalu berubah jadi isakan tanpa henti ketika Grisham menarik pinggulnya dan menghunjamkan keras. "Hmm, enaaak ...." Gundukan dara Esteva bagai bola mantul bolak- balik ditunggangi secepat itu.
"Aah, Tuan Grisham ... ah, Tuan, jangan dorong terlalu keras! Eva mau meledak Tuan .... Rasanya ... uhhh, terlalu awal ... kyaaahh!"
Grisham tahu gadis itu sudah mencapai puncak. Namun itu baru sekali. Esteva pasti akan minta lagi. Gadis itu membuka mata dan kelopak sayu bergetar, menatapnya balik. "Tuan ... lagi."
Grisham terseyum tipis dan mulai mengguncang tubuh Esteva lagi. Gadis itu meledak untuk yang kedua kali. Kamar mereka jadi gaduh oleh suara engahan Esteva dan geraman Grisham. Disertai pukulan- pukulan pada bagian berdaging dan memeras buah mantul- mantul milik Esteva.
"Tuan Grisham ... saya mau keluar lagiih. Ungghh ...."
Tok tok tok!
Mendadak suara ketukan di pintu kamarnya. Grisham kesal sekali diganggu saat dia sedang menikmati kesenangan dunianya. Ia menyahut gusar. "Pergilah, Britanny! Aku akan keluar setelah aku selesai dengan Eva."
Namun, yang menyahut bukan Britanny. "Tuan, ini saya, Alfred. Saya ingin memberitahukan bahwa Viscount Bournemouth datang untuk menemui Anda, Tuan. Dia ingin membawa pulang Nona Esteva Cortez."
***
Bersambung ....