RDBG 01. Introduction~
RICH DADDY'S BAD GIRL
by Sisiliaarista
((TAMAT))
***
Grisham Rutherford, Count Huxley V sedang dalam kereta kuda perjalanan menuju kastel Bournemouth, kediaman saingan bisnisnya.
Kastel megah itu sudah tampak di depan mata. Grisham menegapkan tubuh, merapikan sedikit bajunya agar terlihat tidak terusik apa pun. Dagu terangkat saat ia merapikan dasi. Tiba-tiba kusirnya memelankan laju kereta, membuat Grisham keheranan. Kusir melongok padanya dan memberitahunya sesuatu. "Tuan, ada seseorang sepertinya baru kabur dari Kastel Bournemouth."
Alis Grisham terangkat. Ia segera melihat ke luar jendela untuk mengecek hal tersebut. Tampak dari arah Kastel Bournemouth seorang gadis berlari dengan kaki telanjang dan lengan menutupi wajahnya, mengusap tetesan air mata. Gadis itu menuju ke arah keretanya.
Gadis muda, berambut hitam legam itu menurunkan lengannya dan berteriak lantang sambil melambai. "Berhenti! Berhenti!"
"Hentikan kereta!" ujar Grisham dan kusir menghentikan kereta. Gadis itu menghampiri keretanya dan terengah kelelahan. Wajah gadis itu sembap karena habis menangis. Dia masih muda belia, berkulit eksotis seperti para gadis di negara latin. Rambut hitam yang ikal menggemaskan, bola mata yang cerah berbinar indah meskipun membawa duka. Grisham tidak dapat menahan untuk bertanya padanya. "Ada apa, Nona?"
"Saya perlu tumpangan. Saya ingin pergi dari sini. Bisakah Señor membawa saya?"
Grisham teringat sebelumnya pernah ada gadis yang kabur dari Kastel Bournemouth dan ia menyesal tidak membawa gadis itu bersamanya. Kali ini, hal yang serupa terulang lagi. Namun, ia tidak ingin membuat penyesalan yang sama. Grisham tersenyum ramah dan membuka pintu keretanya. "Tentu, Nona, silakan!"
"Wah!" Gadis itu berseru riang. Ia bergegas masuk. Gadis itu duduk berhadapan dengan Grisham. "Gracias, Señor! Anda baik sekali mau menolong saya."
Grisham menyuruh kusirnya berputar arah. Ia lalu menyahuti penumpang keretanya. "Tidak masalah. Kebetulan saya juga sedang tidak ada kesibukan. Jadi, ke mana saya harus membawa Anda, Nona?"
"Cukup bawa saya pergi dari sini. Ke mana saja di mana Viscount Bournemouth tidak bisa menjamah saya."
"Ah, kebetulan sekali saya tahu tempat yang tepat." Grisham lalu berseru pada kusirnya. "Kita kembali ke Winterwall."
Gadis itu tercenung polos, kebingungan menyadari sesuatu. Grisham memperkanalkan diri seraya mengulurkan tangannya. "Saya Grisham Rutherford, Count Huxley V. Anda bisa memanggil saya Grisham. Siapa nama Anda, Nona?"
Mata gadis itu berkilat- kilat. Ah, rupanya inilah Count Huxley, rival Viscount Bournemouth. Bukankah aku bisa membalas sakit hatiku dengan bersekutu pada lawan? Ia menyambut uluran tangan pria itu dan balas menyebut diri. "Esteva. Nama saya Esteva Cortez, biasa dipanggil Eva."
"Nama yang indah," ujar Grisham. "Seindah orangnya."
Segala dukanya hilang. Eva tersenyum manis dan mengerling pada pria itu. "Saya bisa menunjukkan pada Anda sesuatu yang lebih indah," ujarnya sambil mengangkat gaunnya melewati atas kepala.
"Oh, ya?" Kening Grisham terangkat lalu tersenyum menyeringai diperlihatkan tubuh semolek itu. Memang, gadis yang bisa kabur dari Kastel Bournemouth bukan perempuan biasa berlabel lugu dan polos. Melainkan gadis berlabel bi.nal dan be.jat. Dan Grisham menjadi penasaran bagaimana rasanya gadis bernama Esteva ini.
***
***
Semuanya bermula ketika Grisham ditinggalkan tunangannya dengan laki- laki lain.
Sukar dipercaya seorang bujangan tampan, kaya raya, berprestasi, dan berperilaku sempurna seperti Count Huxley ditinggalkan sang kekasih tepat di hari pertunangan mereka. Perusak hubungan mereka adalah seorang Viscount yang terkenal sebagai pria paling be.jat seantero Inggris Raya. Parahnya, perselingkuhan itu dilakukan di depan mata semua undangan. Grisham Rutherford tidak punya muka lagi di lingkungan pergaulannya. Namun, banyak yang mensyukuri kejadian itu. Para gadis akan memiliki kesempatan lagi menggaet sang Count yang memesona.
Tujuannya bertandang ke Kastel Bournemouth adalah melabrak Andreas dan mantan tunangannya, tetapi pertemuannya dengan gadis bernama Esteva membuatnya urung ke kastel. Grisham merasa Esteva juga sedang patah hati seperti dirinya. Meskipun baru saja menangis, gadis itu dengan mudah tersenyum dan mengerling menggodanya, seolah ia butuh pria mana saja untuk menyenangkannya.
Dalam perjalanan ke Kastel Winterwall, mereka berbincang- bincang.
"Anda pendatang di sini?" tanya Grisham yang mengamati logat keras Esteva saat bicara, selain penampilannya yang tidak biasa. Gadis-gadis lokal akan mengenakan baju berlapis dan tertutup, rambut disanggul dihiasi topi, tangan dan kaki tertutup serta mencegah terpapar sinar matahari. Namun gadis satu ini tidak demikian. Kulitnya membuat Grisham ingin berteriak. Rona keemasan yang menggoda. Gaunnya sangat biasa dan berbahu terbuka, longgar, serta sebelah bahu melorot memperlihatkan belahan kemaslahatan umat manusia. Rambut hitam tergerai berantakan, bahkan kakinya tidak beralas, belepotan bercak tanah.
"Sudah jelas 'kan, Señor," sahut Esteva sekenanya. "Saya berasal dari Spanyol, tetapi sudah 3 tahun ikut melaut di kapal Bournemouth. Secara praktis saya adalah seorang pelaut."
Grisham menatap bola mata Esteva dan tidak heran lagi kenapa bisa seindah itu. Warna abu- abu berbias biru laut, seperti langit menjelang badai di tengah laut lepas. "Anda punya mata yang sangat indah."
"Terima kasih —" Tadinya Esteva ingin berucap warna mata itu didapat dari ayahnya, Viscount Bournemoth, tetapi mengingat berengseknya sang ayah, membuat segera mengantup mulutnya.
"Katamu kau seorang pelaut. Jadi, siapa kaptenmu?" selidik Grisham.
Gadis itu menjawab gamblang. "Saya tidak punya lagi. Saya baru saja meninggalkan tim. Saya hidup sendiri sekarang. Saya manusia bebas."
Grisham menelitinya dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Tetapi Anda nyaris tidak memiliki apa pun kecuali pakaian yang melekat di badan. Jadi, apa menjadi manusia bebas bagi gadis semuda Anda berarti hidup menggelandang?"
Esteva teringat kehidupan luntang lantung di jalanan sebelum ia bergabung dengan kru kapal. Sungguh bukan kehidupan impian gadis mana pun. "Tidak jika saya punya Señor yang memelihara saya. Apa Señor berminat pada saya?"
"Jika kau punya Tuan, itu berarti kau tidak bebas lagi, Nona."
"Jika saya menukar kebebasan saya dengan makanan, minuman, pakaian, dan tempat tidur yang nyaman, saya tidak keberatan."
Grisham tersenyum tipis di wajah rupawan yang ramah. "Anda sangat blak -blakan, Nona. Banyak gadis akan ketakutan dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan."
"Takut dan diam tidak akan membawa saya ke mana pun. Saya harus menyambung hidup. Jadi, apa Tuan berminat menjadi Señor saya?"
Terdengar sangat menjanjikan. Sekaligus mencurigakan. Terlalu buru- buru? Grisham terkekeh. "Apa kau sengaja memilihku menjadi Tuan- mu?" Karena dia adalah saingan Bournemouth?
"Jika Anda berpikir demikian, terserah apa prasangka Anda, saya butuh pria kaya raya untuk memenuhi kebutuhan hidup saya. Apa Anda bersedia bersedia menjadi Tuan saya?"
Grisham menghela napas dalam. Sedikit ragu, terpikir semua ini adalah jebakan dan ia mungkin dikecewakan lagi. Namun, teringat pula niat baik menolong sesama tidak akan pernah menyakitinya. Grisham akhirnya memutuskan menyetujuinya. "Baiklah, aku akan menjadi Tuan- mu, tetapi sebelum itu aku ingin tahu apa saja yang diajarkan Bournemouth padamu dan sebaik apa kau melakukannya."
Maksud Grisham adalah soal melaut dan pelayaran. Namun, Esteva malah melakukan sesuatu yang di luar dugaannya.
"Saya tidak suka bicara omong kosong, Señor. Daripada menjelaskannya, saya akan tunjukkan pada Señor dan silakan nilai sendiri seberapa baik saya melakukannya."
Gadis itu berlutut di depannya, seraya menarik gaunnya ke atas kepala, dan melepasnya begitu saja. Tidak terlukiskan keindahan lekukan tubuh itu, matang di musim yang pas dan berbentuk bulat sempurna bagai buah jeruk lemon dibelah dua untuk diperas airnya sebagai campuran sangria wine.
Kedua tangan Esteva menyusuri bahan celana yang membalut tungkai kaki Grisham, hingga tiba di kepala sabuk kulitnya. Tatapan Grisham mengiringi ke mana tangan cekatan itu bergerak. Rahang Grisham mengeras dan wajahnya menggelap. Tidak pernah ada orang asing menyentuh bagian pribadinya, terlebih lagi membebaskan penerobos kepekatan rongga kenikmatan dari kekangannya. Dan gadis itu melakukannya tanpa malu- malu.
Siapa pernah menyangka gadis asing yang baru dikenalnya beberapa menit lalu sudah menelan seluruh tonggak pribadinya. Grisham mengerang seraya meremas rambut hitam Esteva yang wajah gadis itu melekap di antara kedua kakinya. Semakin diremas, semakin bergejolak pula pelintiran di dalam relung mulut gadis itu.
Memang tidak salah, gadis didikan Bournemouth benar-benar hebat bermain pelayanan nafsu para Tuan. Grisham mesti bersuara parau memuji kepiawaian Esteva. "Ohhh ... kau ... benar-benar ... gadis nakal!"
***
RICH DADDY'S BAD GIRL by Sisiliaarista
Bersambung ....