Mobil Frans melaju melewati jalanan dengan santai padahal sadari tadi teleponnya sudah berdering minta diangkat. Frans Hampir tidak tidur semalam hanya gara-gara memikirkan tentang perjodohan ini, mengambil keputusan gegabah tidak boleh la lakukan.
Memangnya siapa yang mau menikah dengan orang tak dikenal? Kedua orangtuanya memang mengenal perempuan itu tapi Frans? Apa ini adalah jaman dulu? Dimana perempuan dan lakilaki saling di jodohkan?
Akan tetapi Setelah Frans fikir ulang, mana mungkin orangtuanya memberikan perempuan tidak baik padanya bukan? Mana ada orang tua ingin menghancurkan masa depan anaknya demi keegoisan semata. Beralasan perempuan sholehah bukan asalan bukan?
Hatinya harus benar-benar percaya bahwa takdir Allah takkan pernah salah tempat dan mungkin perempuan ini memang diperuntukkan hanya untuknya. Mengenai perempuan Cinta pertamanya mungkin sulit untuk dilupakan tetapi mencoba tidak salahnya juga.
Teleponnya berdering lagi. Frans tau itu adalah mamanya ,ternyata memikirkan tentang perjodohan ini membuatnya melamun terlalu jauh.
"Iya ma, ini aku lagi dijalan,” jawabnya setelah telepon tersambung
“Iya,iya bentar lagi sampai... Iya Ma… " Selepas menjawab telepon mamanya ia berfikir kembali apakah bisa?
Apakah mampu menyingkirkan wajah perempuan menawan itu? Yang selalu terbayang dalam pikiran Frans selama hamper 5 tahun ini? Bukankah hatinya sudah menunggu selama 5 tahun kenapa balasan Allah sungguh diluar perkiraan
"Ingat Frans, mamamu takkan pernah salah pilih." Mottonya saat ini adalah kata itu
Frans mengecek kembali alamat yang mamanya kirimkan karena saat ini mobilnya sudah berada didepan cafe tersebut. Tidak buruk,Mirani sang perempuan pujaannya mana mungkin salah pilih tempat. Mamanya itu termasuk orang pemilih dalam tempat bersantai.
Setelah memarkirkan mobilnya Frans segera masuk kedalam Café karena Frnas sudah sangat terlambat. Sangat sangat terlambat mungkin Mirani akan mengomelinya tanpa henti apalagi selama ini Frans jarang datang terlambat saat ada janjian dengan mama tersayangnya.
"Akhirnya,datang juga" lega Mirani setelah melihat laki-laki berstelan jas rapi sedang berjalan kearahnya. Frans sudah datang setelah menunggu hamper 30 menitan lamanya,
"Maaf telat tadi ada urusan dulu," padahal di jalan tadi Frans memang sengaja memperlambat mobilnya dan sibuk malamunkan bahwasanya ini adalah pilihan yang sangat tepat.
Sepanjang Frans hidup,Mirani tak pernah memberikan aturan yang banyak malahan terkesan membebaskannya makanya Papanya sungguh mendukung Mirani. Demi kebahagiaan malaikatnya Frans duduk disini,
Alasan yang logis Frans, lanjutnya dalam hati.
"Tidak papa,Mama yakin kamu sibuk dengan pekerjaan yang sangat banyak itu. Mungkin setelah kalian menikah Mama akan meminta Papa kamu untuk mengurangi jadwalmu agar bisa berkenalan lebih dekat dengan istrimu nanti." Jelasnya Panjang lebar,Mirani memegang tangan calon menantunya dengan senyuman sumringah,
"Oh iya ini Zahra yang mama bahas kemarin. Bagaimana? Pilihan mama tidak mungkin salah kali. Setelah memperkenalkanmu dengan beberapa perempuan tetapi masih kau tolak maka kali ini mama membawakan satu kandidat terbaik dan tidak akan mungkin mengecewakan." Senyum Mirani masih bertahan memandang putranya dengan binary senang,
Sangat terlihat jelas dari binaran mata perempuan paruh baya itu bahwasannya ia begitu memuja dan menginginkan perempuan bernama Zahra itu menjadi menantunya atau bisa dibilang calon istri putranya, Frans.
Sedangkan Frans?kaget bukan main, calon istrinya memakai cadar? Really? dan mamanya tidak mengatakannya pada Frans. Hanya terus memaksanya bertemu dengan Zahra-Zahra ini.
Ini jebakan,Batinnya.
"Mama tidak bilang kalau dia memakai cadar," ujar Frans setelah sadar dari keterkejutannya dnegan suara datar hanya memandangi Zahra sekilas lalu membuang muka,selama ini menurutnya perempuan bercadar itu terlalu tertutup sekali.
Frans sudah banyak bertemu dengan perempuan bercadar dan Frans selalu dianggap angina lalu oleh mereka,Frans tau ada yang Namanya Batasan tapikan apa salahnya membalas sapaan? Lupakan soal itu,Frans kadang mempunyai pikiran yang terlalu ekstrem.
Padahal selama ini Frans sudah tau batasannya,perempuan bercadar? Apa kata teman-temannya nanti? Akankah Frans dipanggil si agamis?
Sedang perempuan yang ditatap terus saja menunduk tanpa ada niat sama sekali untuk menatap laki-laki yang sebentar lagi menjadi pemimpin keluarganya,laki-laki yang sebentar lagi menjadi imam shalatnya.
"Mama sudah bilang dia wanita sholehah bukan?" belanya,tangannya masih menggenggam tangan calon menantunya,
"Tapi mama tidak bilang kalau dia memakai cadar.” Ada nada emosi disana,Frans bahkan mendengus kesal saat melihat tangan Mirani menggenggam tangan Perempuan bercadar itu.
"Mama tidak mau tau, kalian akan menikah 2 minggu lagi ini sudah final. Mama tidak mau dibantah." Tegas Mirani,ia memandang tajam anaknya dan melepaskan tangannya pada tangan Zahra.
"Baiklah aku setuju," balasnya akan tetapi dengan suara menyeramkan dan bernada sinis"aku ada meeting ma, permisi,"lanjutnya dan mamanya hanya mengangguk.
Aku akan membuat hidupmu menderita,ujarnya dalam hati sambil melangkah menuju mobilnya untuk menuju ke kantornya kembali.