Ellen duduk di kantin perusahaan yang ada di lantai 2, lantai ini memang digunakan untuk area makan karyawan, lantai 2 disulap seperti mall dengan banyak gerai makanan dan food court yang memudahkan pada karyawan memilih makanan kesukaannya untuk makan siang atau pun sarapan karena dari jam tujuh pagi, semua gerai makanan disini sudah buka, dengan ribuan karyawan Danuarga Group, pasti banyak yang membeli makanan di lantai dua ini.
Ellen sedang mencari tempat duduk setelah membeli makanan, ia menyapukan pandangannya, ia melihat sekelompok karyawan wanjta di meja yang terletak diujung lantai 2, Ellen berjalan mendekati mereka dan berdiri di sisi meja mereka.
“Boleh saya duduk disini?” tanya Ellen.
“Bu Ellen, silahkan, biar kami pindah,” empat wanita yang duduk disatu meja itu kemudian berdiri.
“Kalian tidak suka ya saya bergabung di meja kalian?” tanya Ellen lagi.
“Bukan begitu bu Ellen, tapi kami…”
“Ya sudah saya berdiri saja makannya, semua meja sudah terisi,” ucap Ellen dengan wajah sendu, ia ingin bergabung dengan para karyawati itu untuk bertanya tentang Alisa.
“Silahkan duduk bu, maafkan kami, kami tidak pantas duduk bersama bu Ellen, kami hanya staf biasa sedangkan bu Ellen kepala divisi.”
“Apa bedanya, kita sama sama manusia kan? saya duduk ya?”
“Silahkan bu.”
“Ellen kemudian duduk dan makan bersama empat karyawati yang sepertinya seusia dengan kakaknya Alisa.
“Kalian sudah lama bekerja disini?” tanya Ellen memulai pembicaraan.
“Cukup lama bu Ellen, sekitar tiga sampai empat tahun.”
“Lama juga ya?”
“Iya bu, kita kagum loh sama bu Ellen, masih muda sudah menjadi kepala divisi.”
“Biasa saja, jangan terlalu sungkan.”
“Boleh saya bertanya sesuatu pada kalian?” Ellen mulai mencari informasi.
“Boleh bu,”
“Kakak teman saya ada yang bekerja disini, namanya Alisa, kalian kenal?” tanya Ellen basa basi.
Keempat karyawan itu saling pandang, kemudian saling berbisik membuat Ellen curiga.
“Kenapa kalian saling pandang dan berbisik?” tanya Ellen.
“Alisa itu dulu teman dekat saya bu Ellen,” jawab salah satu karyawati yang berhadapan dengan Ellen.
“Dimana Alisa sekarang? Dia nggak makan sama sama kamu?”
“Dia hilang entah kemana bu Ellen.”
“Hilang bagaimana?”
“Saya juga tidak tahu, tiba tiba tanpa mengajukan resign dan bicara dengan saya, dia menghilang begitu saja, ponselnya juga tidak aktif, saya sulit menghubunginya,” jawab salah satu karyawati itu.
“Nama kamu siapa?”
“Nita bu Ellen.”
“Nita, sudah lama Alisa menghilang? kenapa teman saya tidak mengatakannya.”
“Baru tiga bulan ini sih bu Ellen, saya juga khawatir sama dia, jangan jangan terjadi sesuatu padanya, saya minta info alamat Alisa di staf HRD katanya rahasia.”
“Hah? aneh sekali.”
“entahlah bu Ellen, memangnya kenapa ya bu?”
“Enggak, saya pikir Alisa masih bekerja disini makanya saya ingin bertemu,” kilah Ellen.
Setelah acara makan siang selesai, Nita dan rekan rekannya kembali ke divisi masing masing, meninggalkan Ellen yang masih merenungkan ucapan Nita.
“Apa sebenarnya yang menimpa kamu kak?” gumam Ellen, sebuah chat masuk dalam ponsel Ellen, ia membukanya, dari nomor yang tak ia kenal.
“Bu Ellen mau tahu tentang Alisa kan? temui saya setelah jam kantor di café seberang jalan gedung Sora. Nita.”
Ternyata sebuah chat dari Nita, ia yakin Nita tahu apa yang terjadi pada Alisa, Ellen berdiri dan meninggalkan kantin perusahaan dan kembali ke ruangannya di lantai lima. Ellen tidak sabar menunggu saat pertemuannya dengan Nita di jam pulang kantor, ia merasa waktu berjalan sangat lambat.
Tepat jam enam sore, Ellen keluar dari ruangannya, Arin juga sedang membereskan mejanya, Ellen berjalan melewati meja Arin dengan terburu buru membuat Arin heran.
“Ellen kenapa buru buru?” gumam Arin.
Ellen masuk dalam lift, lift turun menuju lobby di lantai dasar, Ellen berjalan cepat setengah berlari keluar dari gedung, ia tidak menuju basement dimana mobilnya terparkir tapi menuju jalan raya dan menyeberang ke café yang ada di seberang jalan. Ellen sudah tidak sabar untuk mencari tahu dari Nita, apa yang telah terjadi pada Alisa.
Ellen masuk dalam café, ia melihat Nita sedang duduk menunggunya di meja tak jauh dari pintu masuk, Ellen segera berjalan mendekati Nita dan duduk dihadapan gadis itu, ingin Ellen mencecar Nita dengan banyak pertanyaan tapi ia menahan diri agar ia tidak ketahuan.
Ellen kemudian memesan orange juice untuk menyegarkan tenggorokannya yang kering.
“Jadi kamu tahu apa yang terjadi pada Alisa? Sebenarnya dia kenapa?”
“Saya tidak tahu persis seperti apa bu Ellen, tapi Alisa mengatakan kalau sedang dekat dan jatuh cinta pada seseorang, benar benar mabuk cinta.”
“Kamu tahu siapa pria itu?”
“Sayangnya Alisa tidak pernah bercerita pada saya tentang siapa pria itu, tapi Alisa bercerita tentang kedekatan mereka, dia dimabuk asmara hingga…”
“Hingga apa?”
“Emmm…” Nita sepertinya ragu untuk mengatakan sesuatu pada Ellen.
“Sebenarnya bu Ellen ada hubungan apa dengan Alisa? Saya tidak percaya jika bu Ellen hanya teman dari adik Alisa.”
Pertanyaan Nita membuat Ellen terkejut, ia tahu Nita gadis yang pintar, tidak mungkin seseorang mencari informasi tentang orang lain jika tidak ada hubungan apa apa dan kepentingan apa apa.
“Alisa adalah kakak kandungku, tapi please jangan mengatakan pada siapapun tentang hal ini, saya ingin tahu apa yang terjadi pada kak Alisa.”
“Maksud bu Ellen apa? apa yang sebenarnya terjadi pada Alisa?”
“kak Alisa depresi.”
“Depresi? Astaga Alisa, bagaimana bisa bu Ellen?”
“Entahlah, itu yang akan saya selidiki disini, apa penyebabnya.”
“Jadi itu sebabnya bu Ellen tiba tiba bertanya tentang Alisa?”
“Iya benar, kamu mau kan menolong saya?”
“Apa yang harus saya lakukan?”
“Katakan apa yang kamu tahu.”
“Waktu itu Alisa pernah mengeluh jika terlambat datang bulan selama dua bulan, saya hanya menganggap Alisa kelelahan dan hormonnya berantakan tapi saya tidak sengaja menemukan sebuah testpack dalam tasnya saat saya meminjam lipstiknya.”
“Testpack!?” Ellen terkejut dengan penuturan Nita.
“Iya bu Ellen, dua minggu setelah itu, Alisa kemudian menghilang dan dianggap resign dari perusahaan.”
“Kak Alisa hamil, itu kejadian tiga bulan lalu dan seharusnya perut kak Alisa membesar kan?”
“Seharusnya begitu bu, paling tidak usia kandungannya enam bulan.”
“Tapi perut kak Alisa rata, biasa saja tidak membesar.”
“Apakah Alisa keguguran?” tanya Nita.
“Atau dipaksa menggugurkan?” ucap Ellen.
“Maksud bu Ellen?”
“Ini hanya penilaian saya saja bisa benar bisa saja salah, pria itu tidak mau bertanggung jawab, meminta kak Alisa menggugurkan kandungannya, tapi setelah menggugurkan kandungannya, pria itu malah meninggalkannya dan membuat kak Alisa depresi, masuk akal bukan?"
“Itu hal yang masuk akal bu Ellen.”
Ellen mengangguk angguk, memahami semuanya, dan ia yakin inisial RKD adalah pria yang menghancurkan hidup Alisa.
~~~
~~~
Ellen duduk di kursi kerjanya, menatap buka agendanya yang ia sejajarkan dengan agenda milik Alisa, ia menatap inisial RKD di lembar agenda milik Alisa, dan sangat kebetulan ia membuka profil Ryuga di agendanya, Ellen terdiam, ia menatap inisial RKD dan profil Ryuga beberapa kali.
“RKD? Ryuga Kayven Danuarga?” gumam Ellen, berkali kali ia singkronkan nama Ryuga dan inisial di buku agenda Alisa.
“Benarkah pria ini kak?”
Ellen menggenggam tangannya kuat hingga buku buku jarinya terlihat putih, “aku sudah menemukannya kak, kamu jangan khawatir, aku akan membalas pria itu berkali kali lipat sakitnya dari pada apa yang kamu rasakan kak, aku janji,” ucap Ellen menatap nanar pada foto Ryuga di buku agenda dimana profil Hyuga berada.
Ellen juga ingin Ryuga bertanggung jawab pada apa yang ia lakukan pada Alisa, Ellen membenci pria pengecut yang hanya memanfaatkan kepolosan seorang gadis untuk kesenangan pribadinya semata. Ellen memikirkan dengan cara apa ia memberikan pelajaran pada pria seperti Ryuga dan ia memperoleh ide brilian, ide pembalasan dendam dengan jalan mendekati Ryuga dan membuatnya merasakan apa yang dirasakan Alisa, yaitu sakit hati karena ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintai.
Lynagabrielangga.