Part 4 : Melihat Situasi

1347 Kata
Ellen mulai mempelajari system marketing perusahaan, dan mencoba mencatat beberapa ide dalam pikirannya, walai Ellen memiliki tujuan lain datang ke perusahaan tapi ia harus tetap berdedikasi untuk perusahaan sembari mencari informasi mengenai Alisa dan pria yang ia anggap bertanggung jawab atas depresi Alisa. Telepon parallel di meja Ellen berbunyi, Ellen segera mengangkat telepon dan menjawabnya. “Halo…” “Bu Ellen, ditunggu di ruang meeting oleh semua direksi.” “Oke thank you.” Jawab Ellen kemudian membereskan mejanya, ia segera berdiri dan mengambil buku agenda miliknya, lalu segera keluar dari ruangannya, di depan ruangannya Arin sudah siap mendampingi Ellen untuk meeting. “Kamu tahu ruang meetingnya dimana Rin? Aduh lupa, kamu juga baru sama seperti aku, bagaimana ini?” ucap Ellen bingung karena ia harus segera ikut meeting, jika harus mencari dulu ia pasti akan terlambat. “Tenang saja bu, saya tahu kok dimana ruang meetingnya, tadi sekertaris pak Anggara sudah menunjukkannya pada saya,” jawab Arin. “Aku kan sudah bilang Rin, kalau kita sedang berdua saja panggil saja aku Ellen.” “Oh iya lupa,” jawab Arin menepuk dahinya dan tergelak, Arin pun mengajak Ellen menuju ruang meeting yang ternyata ada di lantai 10 Mereka berdua kemudian menuju lift dan naik menuju lantai 10, di lantai 9, lift berhenti dan terbuka, Ellen melihat pria yang fotonya ia lihat di buku visi dan misi perusahaan, dia adalah Ryuga, putra dari CEO sekaligus pemilik perusahaan. Ia bersama seorang pria muda yang sepertinya adalah asistennya. “Selamat siang pak Ryuga,” sapa Arin yang membuat Ellen sedikit terkejut dengan keberanian gadis itu. “Selamat siang,“ jawab Ryuga singkat. “Selamat siang pak,” sapa Ellen karena ia tidak enak tidak menyapa atasannya itu walau ia karyawan baru. Ryuga masuk dalam lift bersama pria muda itu dan lift bergerak naik setelah asisten Ryuga menekan angka 10 “Karyawan baru?” tanya Ryuga. “Benar pak, ini bu Ellen kepala divisi marketing yang baru bergabung dan saya asistennya,” jawab Arin memperkenalkan Ellen, Ellen tersenyum dan mengangguk pada Ryuga. Ryuga menatap Ellen sejenak, Ellen tersentak sesaat ketika mata elang Ryga menatapnya beberapa detik tadi. Ellen merasakan hal yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, bukan rasa suka tapi rasa tidak nyaman. Lift terbuka di lantai sepuluh, Ryuga melangkah keluar diikuti oleh asistennya, sedangkan Ellen menunggu beberapa detik agar ia tidak bersamaan ke ruang meeting dengan Ryuga, Ellen berpikir kenapa ia merasa seperti itu pada Ryuga padahal mereka belum saling mengenal dan baru pertama berinteraksi. Ellen dan Arin kemudian berjalan menuju ruang rapat, ruang rapat masih setengah terisi menunggu kepala divisi lain. Ruang meeting disetting dengan satu meja panjang di depan dan beberapa kursi, berhadapan dengan meja meja lain yang sepertinya untuk para kepala divisi sedangkan meja didepan untuk CEO dan wakil direktur. Meeting ini adalah meeting rutin bulanan untuk mengevaluasi kinerja kepala divisi, apalagi bagian terpenting yaitu divisi marketing. “Bu Ellen silahkan berdiri,” ucap Michael Danuarga, CEO, direktur sekaligus owner dari Danuarga Group, Mendengar namanya disebut, Ellen segera berdiri dan mengangguk hormat pada semua kepala divisi yang belum ia kenal sama sekali, yang ia kenal adalah pak Anggara sebagai kepala divisi HRD yang ia temui kemarin. “Beliau adalah kepala divisi marketing kita, alumni universitas terbaik di California dan pernah bekerja di California Building Corporation selama dua tahun, jadi kemampuannya tidak diragukan lagi. Mohon kerjasamanya bu Ellen,” ucap pak Michael Danuarga tersenyum lembut, Ellen mengangguk hormat. “Terima kasih atas sambutannya Mr. Michael, saya tersanjung bisa diterima sebagai kepala divisi, saya mohon bimbingannya kepada direksi dan senior di Danuarga Group ini,” ucap Ellen. Setelah perkenalan, mereka segera membahas tentang semua divisi tentang kinerja dan semua seluk beluknya yang memberi Ellen gambaran bagaimana keadaan perusahan dimana ia bekerja. ~~~ ~~~ “Ellen, kamu dipanggil ke ruangan pak Ryuga,” ucap Arin yang tiba tiba masuk dalam ruangan Ellen. “Aku?” tanya Ellen. “Iya, ada yang ingin dibicarakan tentang system marketing katanya.” “Oke, kamu ikut?” “Enggak, ini adalah pembicaraan tingkat tinggi, asisten dilarang ikut.” “Really?” “Iya, sudah sana, ruangan pak Ryuga di lantai 9.” “Oke.” Ellen bergegas menuju ke ruangan Ryuga di lantai Sembilan, tak lupa membawa agenda. Ellen mengetuk pintu dan masuk saat suara seseorang mempersilahkan masuk, Ellen membuka pintu dan masuk dalam ruangan, ia melihat Ryuga sedang duduk di sofa set bersama asistennya. “Selamat sore pak, pak Ryuga memanggil saya?” tanya Ellen. “Benar, silahkan duduk, mmm Ellen kan?” “Benar pak,” Ellen mengangguk dan duduk berhadapan dengan Ryuga dan asistennya. “Ini asisten saya, namanya Reno, jika ada sesuatu hal atau hal penting dan kamu butuh untuk menghubungi saya, kamu bisa menghubungi Reno.” “Baik pak Ryuga.” “Boleh saya tahu seperti apa program kerja anda untuk marketing perusahaan kita?” tanya Ryuga. Ellen tersenyum, ia kagum dengan Ryuga yang tidak basa basi langsung bertanya tentang program kerjanya. “Saya sudah menuliskan ide saya di buku agenda, akan saya jelaskan pada pak Ryuga.” “Silahkan.” “begini…” Ellen menjelaskan panjang lebar pada Ryuga tentang idenya untuk system marketing perusahaan, Ryuga mengdengarkan dengan seksama apa yang dijelaskan oleh Ellen, ia juga ingin tahu apakah isi otak Ellen sesuai dengan pendidikannya dan memang tidak salah perusahaan memberikan jabatan kepala divisi pada Ellen karena Ellen memiliki ide brilian. Ryuga juga mengajukan beberapa pertanyaan yang bisa dijawab lugas oleh Ellen. “Brillian…” “Terima kasih pak Ryuga.” “Sayang, kamu belum pulang?” tiba tiba seorang wanita masuk dalam ruangan Ryuga tanpa mengetuk, Ellen terkejut akan kedatangan gadis itu yang ia anggap tidak memiliki sopan santun dengan masuk seenaknya ke ruangan wakil direktur, walau ia bisa menebak jika gadis itu bukanlah karyawan perusahaan. “Aku masih bicara dengan kepala divisi marketing yang baru sayang,” jawab Ryuga. “Selamat sore bu Cleo,” sapa Reno pada gadis itu yang ternyata bernama Cleo. “Sore Ren,” Cleo menatap Ellen sesaat, “dia kepala divisi marketing? masih sangat muda, berapa usia kamu?” tanya Cleo. “Dua puluh lima tahun.” “Muda sekali untuk menjadi kepala divisi.” Ellen tersenyum tertahan, sepertinya Cleo meragukan kemampuannya. “Kamu jangan melihat usianya sayang, walau usianya lebih muda dari kamu, kemampuannya tidak dapat diragukan lagi, aku baru saja melihat ide briliannya yang tidak pernah terpikir olehku, oh ya Ellen, perkenalkan ini Cleo, calon istri saya.” “Senang berkenalan dengan anda bu Cleo.” “Senang bertemu denganmu Ellen, kalau Ryuga mengatakan kamu mampu, pasti itu benar karena dia tidak pernah salah menilai orang.” “Terima kasih atas pujiannya bu Cleo, kalau begitu saya pamit kembali ke ruangan saya,” pamit Ellen. Ryuga mengangguk, Ellen keluar dari ruangan Ryuga dan kembali ke lantai lima dimana ruang kerjanya berada. “Kamu lama sekali El?” tanya Arin yang sedang membereskan mejanya karena jam sudah menunjukkan pukul enam sore kurang beberapa menit lagi. “Iya tadi pak Ryuga minta aku menjabarkan ide untuk system marketing perusahaan.” “Hah? lalu?” “Untung saja aku tadi menuliskan beberapa ide di kepalaku dalam agenda, tinggal menjabarkan pada beliau.” “Kamu memang hebat El, tidak rugi perusahaan memberikan posisi kepala divisi marketing sama kamu.” “Tidak juga, oh ya, aku tadi bertemu tunangan pak Ryuga.” “Oh Cleo… eh maksudku bu Cleo.” “Sepertinya kamu mengenal seluk beluk pak Ryuga dan tunangannya, atau seluk beluk perusahaan.” “Enggak juga El, sebelum apply kesini aku sudah search tentang keluarga Danuarga, agar aku nggak salah sebut atau salah panggil, begitu.” “Oh… bu Cleo pengusaha juga?” tanya Ellen. “Iya kayaknya, menjalankan perusahaan keluarga juga seperti pak Ryuga.” Ellen mengangguk angguk mengerti, ia kemudian masuk dalam ruangannya dan berkemas untuk pulang, ia kemudian keluar ruangannya dan Arin sudah menunggunya. “Ayo pulang.” “Oke,” jawab Arin berjalan bersisian dengan Ellen menuju lift untuk menuju ke lobby Sora building, di lobby Ellen melihat Ryuga dan Cleo baru saja keluar pintu lobby dan masuk dalam sebuah mobil yang terparkir di deoan lobby. Lynagabrielangga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN