Ellen berlutut di depan Alisa yang sedang duduk diam di tepi ranjang kamarnya, Ellen sedih mengetahui hal yang menimpa kakak yang sangat ia sayangi, Ellen yakin jika Alisa memendam semuanya seorang diri. walau Alisa gadis yang ceria tapi ia sangat perduli pada kedua orangtuanya, Alisa selalu menyembunyikan sesuatu yang akan membuat kedua orangtuanya sedih dan kecewa.
“Kamu pasti sangat sedih mengalami hal ini kak, mencintai dan kemudian dicampakkan oleh orang yang sangat kamu cintai saat mengandung buah cinta kalian, pasti sangat berat kan kak?” ucap Ellen perlahan, ia menatap Alisa yang masih diam dengan tatapan kosong.
“Ryuga Kayven Danuarga, tunggu apa yang bisa aku lakukan padamu, kamu terlihat berwibawa tapi dibalik itu kamu adalah pria b******n, aku akan membuat kamu merasakan apa yang kak Alisa alami,” geram Ellen, ia kemudian berdiri dan duduk disamping Alisa kemudian memeluk Alisa erat.
Ellen menyesal kenapa setelah lulus S2 di USA ia tidak pulang dan bekerja di Indonesia, malah memilih bekeja di Califronia, jika ia bekerja di Indonesia ia bisa berkumpul bersama keluarganya dan melindungi kakaknya, tapi nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terjadi dan ia akan membalas semua orang yang sudah menyakiti keluarganya.
Ellen kemudian mengurai pelukannya pada Alisa dan membaringkan Alisa di ranjang kemudian menyelimutinya, Ellen mencium kening Alisa dan kemudian keluar dari kamar Alisa dan masuk dalam kamarnya. Ellen masuk dalam kamar mandi dan mencuci muka serta berganti pakaian dengan piyama tidur, ia matikan lampu kamar dan berbaring diatas ranjang.
Ellen tidak segera memejamkan matanya tapi matanya menerawang menatap langit langit kamarnya, perang akan segera dimulai, ia harus membuat strategi, Ryuga bukan orang bodoh yang bisa begitu saja diperdaya, perlahan rasa kantuk menyerang Ellen dan membuatnya tertidur.
Oooo---oooO
“Ellen, hari ini pak Ryuga ada meetung diluar dengan klien, dia meminta kepala divisi marketing yaitu kamu untuk ikut bersamanya.” Ucap Arin yang berdiri di depan meja kerja Ellen membawa sebuah agenda ditangannya.
“Meeting di luar ya? Mmm… oke, kamu ikut kan?”
“Sayangnya hari ini aku banyak kerjaan, aku nggak ikut ya? Nanti pekerjaan aku tidak selesai, kamu juga kan yang repot,” ucap Arin membuat alasan.
“Oke, baiklah, kita juga tidak tahu berapa lama meeting ini berlangsung kan, aku harus membawa draft pemasaran yang sudah aku rancang.”
Ellen kemudian membereskan mejanya, ia meraih tas tangannya dan keluar dari ruangannya, Ellen berjalan menuju lift dan turun menuju lobby, ia akan menunggu Ryuga di lobby saja. Ellen duduk di sofa set yang ada di lobby.
Lift terbuka, Ryuga keluar dari lift bersama Reno, Asistennya, mereka berjalan melewati Ellen yang sedang duduk.
“Bu Ellen, mari,” ajak Reno, Ellen kemudian berdiri dan mengikuti langkah Ryuga dan Reno di depannya. Mereka kemudian berjalan keluar dari lobby dan berdiri menunggu di depan lobby. Sebuah mobil berhenti di depan mereka, sebuah mobil range rover vilar berwarna hitam, Reno naik di jok depan sebelah sopir sedangkan Ryuga masuk jok belakang.
Ellen masih diam, ia ragu untuk masuk dalam mobil dan duduk bersama Ryuga, ia benci jika dekat dengan pria itu yang sok alim tapi aslinya b***t, tapi ingatan tentang ia yang harus mendekati Ryuga demi rencananya, membuatnya kemudian masuk dan duduk di samping Ryuga. Mobil kemudian melaju meninggalkan gedung Sora menuju tempat meeting, sepanjang perjalanan hanya kesunyian, Ellen pun bingung harus memulai percapakan dengan Ryuga karena ia belum tahu sifat Ryuga sebenarnya dengan orang baru seperti dirinya.
Jika ia sok akrab bisa jadi Ryuga akan menilai dirinya sok akrab jadi Ellen merasa lebih baik ia diam dulu untuk saat ini.
“Kamu orangnya pendiam ya?” tanya Ryuga tiba tiba membuat Ellen terkejut Ryuga memulai percakapan dengannya.
“Tidak juga pak, hanya saya belum terbiasa saja dengan lingkungan kerja di Indonesia.”
“Right, kamu sebelumnya bekerja di California kan?”
“Ya pak Ryuga.”
“Kenapa malah pulang ke Indonesia? Bukannya karier kamu bagus disana? Perusahaan besar pula.”
“Kamulah yang menyebabkan aku kembali ke Indonesia,” batin Ellen.
“Kamu tidak mau menjawab pertanyaan saya?” tanya Ryuga lagi.
“Saya mau dekat dengan keluarga saya, walau karier bagus, gaji besar, buat apa kalau jauh dari keluarga, karena keluarga yang utama.”
“sangat jarang ada prinsip seperti prinsip kamu, malah banyak yang lebih suka jauh dari keluarga agar keluarga tidak ikut campu dengan kehidupan pribadinya.”
Ellen diam mendengarkan ucapan Ryuga yang terdengar seperti pujian tapi Ellen tidak mau masuk dalam perangkap pria yang sudah membuat kakaknya depresi. Ellen berpikir jika pria seperti Ryuga pasti akan mencari wanita wanita lain untuk dipermainkan.
Mobil berbelok ke sebuah hotel dan parkir di valet yang disediakan, Ryuga turun begitu pula Reno dan Ellen, Ellen berjalan dibelakang Ryuga dan Reno karena ia tidak tahu mereka akan meeting dimana. Tapi satu yang pasti ia sudah mempersiapkan materi yang ia kerjakan, ia yakin klien akan tertarik dengan system marketing yang sudah ia rancang.
Ryuga dan Reno masuk dalam lobby kemudian menuju resto hotel, sepertinya Reno sudah reservasi karena mereka menuju meja yang cukup besar yang sudah disiapkan oleh pihak hotel, Ryuga dan Ellen duduk di kursi yang berdekatan sedangkan Reno bicara dengan pihak restoran, klien juga belum datang.
“kamu sudah siap untuk presentasi Ellen?” tanya Ryuga.
“Sudah pak, kenapa kita meeting di restoran hotel, kenapa tidak di meeting room hotel?” tanya Ellen.
“Itu permintaan dari klien, mereka ingin suasana yang santai dan intim,” jawab Ryuga.
Ellen mengangguk mengerti, ia kemudian membuka berkas yang ia bawah, untungnya dirinya sudah antisipasi dengan membawa beberapa copy dari berkas yang ia buat jadi ia akan menjelaskan dengan memberikan berkas pada klien juga pada Ryuga.
Tak berapa lama kemudian klien datang, seseorang dengan usia yang jauh diatas Ryuga dan Ellen, seusia dengan ayah mereka, ia membawa beberapa stafnya yang juga berusia diatas empat puluhan.
“Mr Ryuga?” tanya pria itu menatap Ryuga.
“Yes,” jawab Ryuga, ia berdiri dan berjalan mendekati klien yang bernama bapak Gunawan Suradinata, Ryuga meanjabat tangan pak Gunawan. Ellen mengikuti Ryuga, ia juga berdiri dan mendekati pak Gunawan.
“Senang bertemu dengan anda mister Gunawan.”
“senang bertemu dengan anda, masih muda tapi sudah dipercaya menduduki jabatan penting di perusahaan, walau itu perusahaan keluarga tapi tidak mungkin ayah anda memberikan jabatan jika anda tidak kompeten,”
Ryuga tersenyum, “anda terlalu memuji.”
“Jangan sungkan, dan ini…” pak Gunawan menunjuk Ellen yang berdiri disamping Ryuga.
“Dia adalah kepala divisi marketing baru di Danuarga Group pak Gunawan, perkenalkan, nona Ellen,” ucap Ryuga memperkenalkan Ellen pada pak Gaunawan.
“Selamat siang, saya Ellen,” Ellen mengulurkan tangannya pada pak Gunawan.
“Sepertinya kamu juga masih sangat muda, kamu bukan keluarga Danurga juga kan hingga masih muda sudah menduduki jabatan penting.”
“Sayang sekali saya bukan keluarga Danuarga, saya masuk dengan jalur resmi,” Jawab Ellen.
“Baiklah, saya mau tahu bagaimana ide ide brilliant dari generasi muda seperti kamu dan pak Ryuga. Perlu diingat, perusahaan kami selalu selektif untuk menjalin kerjasama dengan klien, pak Ryuga juga tahu kan berapa kali kita meeting dan selalu batal di langkah selanjutnya?”
“Iya saya tahu, semoga kali ini, perusahaan pak Gunawan berkenan bekerjasama dengan Danuarga Gripu karena dengan itu Danuarga Group akan lebih terpercaya lagi karena bekerjasama dengan perusahaan besar seperti GG Company yang terkenal di benua Eropa dan Amerika,”
“Baiklah, ayo kita lihat seperti apa kalian bisa menarik perhatian saya, waktu saya sangat berharga, ayah anda meminta langsung pada saya agar saya mau secara langsung melihat presentasi dari proposal anda pak Ryuga.”
“Baiklah…” Ryuga menoleh pada Ellen, Ellen mengangguk, ia kemudian berbalik menuju tempat duduknya dan mengambil berkas dan copynya untuk dibagikan pada semua yang ikut meeting kali ini, Ellen kemudian kembali ke tempat duduknya dan mulai menjelaskan tentang apa yang sudah ia tulis dalam proposal itu, proposal hasil pikirannya sendiri yang ia tuangkan dalam proposal marketing.
Lynagabrielangga.