“Biar saya bawa kantong belanjaan saya pak,” ucap Ellen.
“Jangan, saya antar masuk, ini sangat berat,” jawab Ryuga.
Ellen mengangguk, ia mengeluarkan kartu akses apartemen miliknya dan membuka pintu apartemennya dan mendahului masuk, Ellen menuju dapur dan yakin jika Ryuga dan Cleo ikut masuk dalam unit apartemennya.
“Apartemen kamu bagus,” ucap Cleo mengikuti langkah Ellen ke dapur, Ryuga berjalan di belakang Cleo. Ellen meletakkan barang belanjaannya di meja dapur, Cleo duduk di kursi berhadapan dengan Ellen, mereka terpisah meja, Ryuga juga meletakkan barang belanjaan Ellen di meja dapur dan duduk di samping Cleo.
“Maaf merepotkan pak Ryuga,” ucap Ellen.
“Tidak apa apa santai saja, kamu mau ke apartemenku kan sayang?” tanya Ryuga kemudian pada Cleo.
“Hemm… aku mau membicarakan konsep pernikahan kita sayang,” ucap Cleo.
“Baiklah ayo ke apartemenku,” jawab Ryuga kemudian berdiri, Cleo juga kemudian.
“Pak Ryuga dan bu Cleo mau pergi, padahal saya mau memasak sesuatu sebagai tanda terima kasih saya karena pak Ryuga sudah membantu saya,” ucap Ellen.
“Mungkin lain kali ya, kamu bisa undang kita dinner, ya kan sayang?”
“Of course, kami pergi dulu Ellen.”
“Okay,” jawab Ellen. Ia kemudian membereskan dapur dengan memasukkan bahan bahan makanan yang ia beli dalam kulkas, Ellen menatap kepergian Ryuga dan cleo.
Sedangkan Ryuga dan Cleo berjalan menyusuri lorong apartemen laintai dua puluh menuju unit aparrtemen Ryuga.
“Ada yang mencurigakan dengan gadis itu,” ucap Cleo.
“Maksud kamu apa sayang?” tanya Ryuga.
“Entahlah, tapi aku melihat ada tatapan kebencian dimatanya.”
“Kamu jangan berasumsi yang tidak tidak sayang, dia itu pegawai yang kompeten, kamu tahu dia bisa meluluhkan hati pak gunawan dan membuatnya pak gunawan kagum dan mau bekerjasama dengan kita, puluhan tahun papa berusaha menjadi rekanan bisnis pak Gunawan dan pak Gunawan selalu menolak draft marketing kita, tapi satu kali Ellen memberikan presentasi dari idenya sendiri, pak Gunawan langsung setuju kerjasama, bukankah itu luar biasa?”
“Tapi tetap saja aku merasa dia menyembunyikan sesuatu sayang.”
“Sudahlah, jangan overthinking, ayo,” Ryuga memeluk pinggang Cleo dan membawanya masuk dalam unit apartemennya, mereka akan membicarakan tentang makan malam antar keluarga Ryuga dan Cleo karena mereka akan membicarakan tentang pernikahan Ryuga dan Cleo.
Oooo---oooO
Ellen masuk dalam unit apartemennya, ia segera masuk dalam kamarnya dan meletakkan tas tangannya di meja nakas. Ia melepas sepatunya sembari berpikir cara agar ia lebih dekat dengan Ryuga, kini mereka sudah tinggal di lantai yang sama tapi Ellen jarang bertemu saat mereka berangkat dan pulang kerja.
Ellen merasa Ryuga orang yang sedikit tertutup, data yang ia terima jika Ryuga selalu pulang ke apartemennya setelah bekerja seharian, Ryuga tidak pernah ke tempat lain, club malam atau sejenisnya, beda dengan pengusaha lain. Ryuga hanya keluar jika bersama Cleo saja dan terlihat jika pria itu setia pada tunangannya.
“Kamu sekarang setia, kenapa dengan kak Alisa tidak?” gumam Ellen menerawang, tak habis pikir jika Ryuga mampu membuat Alisa depresi padahal yang terlihat Ryuga seperti pria baik baik. Tapi bagi Ellen itu tak akan mengubah rencana yang sudah ia susun, hidup Alisa hancur karena Ryuga, jangan harap hidup Ryuga akan bahagia.
Ellen berdiri dan akan menuju kamar mandi saat ponselnya berdering. Ellen mendelik saat membaca nama di layar ponselnya, orang yang baru saja ia pikirkan.
“Halo…”
“Ellen… kamu ada di apartemen?”
“Iya pak Ryuga, ada apa?”
“Bisa kamu apartemenku?”
“Hah?”
“Tolong bawa manajemen apartemen ke unit apartemenku, bawa kartu cadangan untuk membuka apartemen.”
“Pak Ryuga kenapa?”
“Aku terjatuh di kamar mandi karena tidak hati hati, kakiku sepertinya patah, aku tidak bisa bergerak sama sekali.”
“Baik saya segera kesana.”
Tanpa berganti pakaian, Ellen berlari keluar dari unit apartemennya menuju kantor manajemen apartemen di lantai dasar, lift yang turun perlahan membuat Ellen tidak sabar, saat lift terbuka di lobby Ellen segera berlari menuju ruang kantor manajemen apartemen dan mengatakan semua yang terjadi.
Ellen dan dua staf manajemen apartemen kemudian kembali naik menuju lantai dua puluh dan menuju unit apartemen Ryuga, pintu apartemen terbuka, Ellen bergegas mencari keberadaan Ryuga di kamar utama yang cukup besar. Yang pertama Ellen lihat saat masuk kamar Ryuga adalah foto pertunangan Ryuga dan Cleo di atas ranjang yang cukup besar, mereka terlihat bahagia.
Ellen dan kedua staf manajemen apartemen menemukan Ryuga terduduk di kamar mandi, salah satu staf manajemen yang seorang pria segera mengangkat tubuh Ryuga dan membaringkannya di ranjang.
“Lebih baik bapak ke rumah sakit untuk diperiksa,” ucap Ellen memberikan saran.
“Kamu benar, biar saya telepon ambulance,” Ryuga mendial nomor di ponselnya tapi dicegah oleh Ellen.
“Biar saya saja pak,” Ellen yang memang sejak tadi membawa ponsel kemudian mendial nomor ambulance rumah sakit terdekat untuk membawa Ryuga ke rumah sakit untuk pemeriksaan.
“Lebih baik pak Ryuga telepon bu Cleo.”
“Dia sedang ke luar negeri, ponselnya juga sedang sibuk saat aku hubungi, jadi aku menghubungi kamu Ellen, maaf merepotkan kamu.”
“Tidak apa apa pak, kita kan satu apartemen, pak Ryuga bisa minta tolong saya kapan saja.”
“Thanks.”
Tim rumah sakit dan ambulance datang, Ellen terpaksa ikut dengan mereka karena tidak mungkin membiarkan Ryuga seorang diri ke rumah sakit apalagi Cleo sedang ke luar negeri, walau ia punya dendam pada Ryuga tapi ia masih punya hari nurani, harus menolong jika seseorang mengalami musibah.
~~~
~~~
Ryuga duduk di ujung brankar dengan bersandar di kepala brankar, kakinya sudah di gips karena patah, pergelangan tangan kirinya juga tertancap jarum infus sedangkan Ellen duduk di kursi dekat brankar karena keluarga Ryuga belum ada yang datang.
“Pak Ryuga sudah menghubungi keluarga bapak?”
“Sudah, sebentar lagi mereka datang, ini sudah malam lebih baik kamu pulang Ellen, kamu pasti lelah seharian bekerja, sekarang malah disini menolongku,” ucap Ryuga yang melihat Ellen masih memakai pakaian kerja tadi siang walau kakinya hanya beralaskan sandal rumahan.
“Sebentar lagi pak kalau keluarga pak Ryuga sudah datang.”
Setelah Ellen mengatakan hal itu, pintu ruang rawat VVIP itu terbuka menampakkan seorang pria paruh baya yang Ellen kenal sebagai CEO dan pemilik Danuarga Group yaitu Michael Danuarga, juga seorang wanita dengan usia tidak beda jauh, Ellen tahu dan yakin itu adalah kedua orangtua Ryuga.
“Astaga Ryuga, kenapa sampai begini?” tanya wanita itu, Megumi Danuarga, mama Ryuga.
“Aku hanya tidak hati hati ma, jadi terjatuh di kamar mandi.”
“Kamu benar benar, Cleo mana?” tanya bu Megumi.
“Dia kan ke Aussie ma, percuma juga menghubungi dia, dia tidak akan bisa menjaga aku.”
Bu Megumi menatap Ellen dari kepala sampai ujung kaki, “ini siapa?”
“Dia pegawai di kantor ma, Ellen kan? kepala divisi Marketing yang bisa membuat Mr. Gunawan tandatangan kontrak dengan perusahaan kita.”
“Iya pak.”
“Really? Mr. Gunawan, klien tersulit perusahaan papa?”
“Yes ma.”
“Hebat dong,” puji bu Megumi.
“Jelas, dia kan lulusan terbaik dari stanford University dan pernah bekerja selama dua tahun di perusaan besar disana,” jawab pak Michael.
“Pantas, tapi kenapa dia yang ada disini?” tanya bu Megumi.
“Kebetulan unit apartemen saya dan pak Ryuga di lantai yang sama, tadi pak Ryuga menghubungi saya.”
“Untung ada kamu, kalau tidak entah siapa yang menolong Ryuga.”
“Jangan sungkan bu, baiklah karena kalian sudah ada disini, saya mau pamit kembali ke apartemen.”
“Terima kasih Ellen,” ucap pak Michael.
“Sama sama pak.”
Ellen kemudian berjalan keluar dari ruang rawat inap VVIP yang ditempati oleh Ryuga, Ryuga meraih ponselnya untuk menghubungi Cleo tapi ponsel Cleo tidak dapat dihubungi. Ryuga mau Cleo tahu keadaannya dan segera pulang untuk menjaganya, Ryuga mau tunangannya itu yang menjaganya, bukan orang lain.
“Lebih baik kamu dan Cleo segera menikah Ryuga, kalau ada kejadian seperti ini dia bisa menjaga kamu sayang,” ucap bu Megumi kemudian duduk di kursi yang tak jauh dari brankar.
“Ryuga masih sibuk ma, belum bisa memikirkan pernikahan,Cleo juga masih santai saja.”
“Karena kejadian seperti ini bisa terjadi sewaktu waktu, kamu bersikeras tinggal di apartemen, andai saja kamu tinggal di rumah sama mama dan papa, tidak akan begini kejadiannya.”
Lynagabrielangga.