Part 9 : Anting Siapa di Ranjang Ryuga?

1469 Kata
Ellen duduk di sofa set ruang tamu apartemennya, ia bersiap untuk pergi ke kantor. Sudah seminggu lebih Ryuga tidak ke kantor karena cedera kakinya, dan selama itu pula Ellen tidak bertemu dengan Ryuga membuatnya tidak bisa menjalankan rencananya untuk saat ini. ia menunggu keadaan Ryuga kembali pulih dulu, Ellen yakin Ryuga akan tinggal di rumah kedua orangtuanya setelah keluar dari rumah sakit, bukan pulang ke apartemen karena jelas kedua orangtuanya ingin Ryuga dirawat dengan intens. Ellen kemudian berdiri dan masuk dalam kamar, ia mengambil tas kerjanya dan segera keluar dari unit apartemennya, ia berjalan menyusuri lorong menuju lift, Ellen masuk dalam lift dan menekan GF untuk turun ke lantai dasar, tapi ia segera menekan tombol darurat agar lift tidak bergerak. Itu karena ia melihat sosok yang ia kenal sedang berjalan pelan menuju lift, dia adalah Ryuga yang berjalan menuju lift yang akan turun. Ryuga kemudian masuk dalam lift bersama Ellen. “Terima kasih sudah menghentikan lift dan menungguku masuk.” “Kaki Pak Ryuga sudah sembuh?” “Sudah membaik tapi aku harus berjalan lebih pelan dari biasanya.” “Seharusnya pak Ryuga istirahat dulu sampai keadaan bapak membaik.” “Saya tidak apa apa, lagipula membosankan harus diam di apartemen seorang diri.” “Pak Ryuga tinggal sendiri? Tidak ada perawat yang merawat bapak? Seharusnya bapak menyewa perawat pak.” “Ternyata kamu cerewet juga ya,” ucap Ryuga membuat Ellen terdiam, ia lupa tidak seharusnya terlalu perhatian pada Ryuga. “Maaf pak.” “Tidak apa apa, terima kasih waktu itu kamu sudah menolongku.” “Sama sama pak.” Oooo---oooO Ellen keluar dari kamar mandi dengan memakai baby doll atasan tanpa lengan dan bawahan diatas lutut berbahan lembut dan motif bunga bunga, ia kemudian berjalan keluar dari kamar setelah menyisir rambut panjangnya yang basah. Ellen menghangatkan makanan yang ia masak tadi pagi, Ellen tinggal bertahun tahun di Amerika dan untuk bertahan hidup dan berhemat, Ellen selalu memasak makanan sendiri. Dan itu ia aplikasikan di keadaan sekarang dimana ia tinggal di apartemen seorang diri, tak mungkin ia terus menerus beli makanan karena ia belum sebulan bekerja dan belum menerima gaji. Ellen bertahan hidup dengan sisa sisa uang tabungannya setelah membeli apartemen, Ellen selesai memanaskan makanan, ia akan mengambil nasi saat ponsel yang ia letakkan tak jauh dari tempatnya berdiri berdering. Ellen meletakkan piring di samping rice cooker dan berjalan mendekati meja, ia meraih ponselnya dan melihat layar, ia menatap layar ponselnya, sebuah nama tertera disana. “Pak Ryuga? Kenapa di menelpon?” gumam Ellen. Ellen kemudian menjawab panggilan Ryuga. “Halo pak Ryuga…” “Ellen maaf aku mengganggu kamu lagi.” “Ada apa ya pak?” “Bisa kamu ke apartemen aku sebentar, sepertinya aku…” Sambungan terputus membuat Ellen bingung apa yang terjadi sebenarnya, dengan ragu ia keluar dari apartemennya menuju apartemen Ryuga. Ellen terkejut saat melihat Ryuga tersungkur di depan pintu apartemennya. “Astaga… pak Ryuga…” pekik Ellen, ie berlari menuju Ryuga dan berlutut. “Pak… pak Ryuga kenapa?” Ellen menggoyangkan tubuh Ryuga, Ellen terkejut saat memegang tangan Ryuga, badan pria itu sangat panas. “Dia demam, aduh aku harus bagaimana?” gumamnya lagi. Dengan susah payah Ellen mencoba membopong tubuh Ryuga dan membawanya masuk dalam apartemen, ia membawa Ryuga ke kamarnya dan membaringkannya di ranjang king size di kamar Ryuga. Ellen menatap Ryuga yang masih pingsan, ia berpikir apakah ia akan menghubungi rumah sakit, atau tidak. Tapi jika ia menghubungi rumah sakit pasti Ryuga kembali dijaga kedua orangtuanya dan mungkin ia tak ada kesempatan lagi. Ellen yakin kedua orangtua Ryuga tidak mengizinkan putranya tinggal sendirian di apartemen dan ia akan kesulitan melaksanakan rencana balas dendamnya. “Maafkan saya pak Ryuga.” Gumam Ellen, Ellen kemudian hanya menghubungi dokter agar memeriksa Ryuga. Ryuga membuka matanya, badannya terasa lebih baik dari semalam. Ia terduduk dan mengingat kejadian semalam, Ryuga ingat jika badannya menggigil, ia menghubungi Cleo tapi ponsel Cleo sibuk, terpaksa ia menghubungi Ellen dan meminta bantuan gadis itu. Yang lebih mengejutkan adalah, Ryuga melihat Ellen ada di kamarnya, sedang meringkuk dan tertidur dengan meletakkan kepalanya di meja nakas. “Apakah semalaman dia menjagaku?” gumam Ryuga tak percaya, ia meraba leher dan kepalanya, sudah tidak demam, ia juga melihat baskon dan handuk kecil yang sepertinya untuk kompres. Hari Ryuga bergetar seketika, gadis yang baru ia kenal kenapa dengan ringannya menjaga dirinya yang sedang sakit. Sedangkan Cleo yang adalah calon istrinya tak menampakkan batang hidungnya beberapa hari ini walau wanita itu tahu dirinya sedang tidak baik baik saja. “Kenapa aku merasakan perasaan aneh pada gadis ini? tidak boleh, aku dan Cleo akan menikah, ini adalah godaan dalam proses menuju pernikahan kami,” batin Ryuga yang bingung saat hatinya menghangat karena perlakukan Ellen. “El… Ellen…” Ryuga menepuk pipi Ellen untuk membangunkan gadis itu. Ellen membuka matanya, ia menegakkan badannya. “Pak Ryuga… syukurlah bapak sudah baik baik saja, biar saya lihat,” Ellen berdiri berhadapan dengan Ryuga, tangannya bergerak dan menempelkan pada dahi dan leher Ryuga membuat Ryuga terkesiap. “Sudah turun panas demamnya.” “Kamu semalaman menjaga aku?” tanya Ryuga, walau ia tahu jawabannya tapi Ryuga tetap bertanya. “Iya pak, saya bingung harus menghubungi siapa, saya memanggil dokter untuk memeriksa pak Ryuga. Katanya bapak terlalu memaksakan diri, seharusnya bapak istirahat dulu.” “Terima kasih ya, saya berhutang budi sama kamu, kamu sudah dua kali menolong saya.” “Hanya kebetulan saja pak. Bapak sudah baik baik saja?” “Iya, saya akan istirahat beberapa hari di apartemen dan tidak ke kantor dulu.” “Baiklah kalau begitu, saya mau pulang ke apartemen dan mau berangkat bekerja.” “Bukannya lebih baik kamu istirahat karena semalaman kamu pasti tidak nyenyak tidur karena harus menjaga saya.” “Tidak apa apa pak, saya karyawan baru, tidak mungkin ambil cuti, permisi pak.” Ellen kemudian berbalik dan meninggalkan kamar Ryuga, ia melirik ke arah Ryuga dan tersenyum penuh arti. Oooo---oooO Hari ini Ryuga belum datang ke kantor, ia masih ingin istirahat. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang, ia menoleh ke pintu kamar saat seseorang membukanya lebar, wajahnya datar melihat Cleo berjalan masuk dalam kamar. “Sayang… kamu baik baik saja?” “Kamu kemana saja Cle? Kenapa sulit sekali dihubungi.” “I’m sorry honey, beberapa hari ini aku tidak bisa diganggu, pekerjaanku sangat banyak,” jawab Cleo. “Tapi aku membutuhkan kamu Cle, aku sakit dan kamu tidak muncul sama sekali, kita akan menikah Cle, apa aku tidak special buat kamu, lebih penting pekerjaan kamu?” “Come on honey, jangan memberikan pilihan sulit bagiku, of course you are very important person, jadi aku akan menemani kamu hari ini, kamu makan apa? aku pesankan makanan online ya.” “Aku sudah makan,?” “Ayolah Ga, jangan marah, kamu tahu kan posisiku sulit, aku harus menjalankan perusahaan besar, sama seperti kamu.” “Sudahlah, percuma kita bertengkar,” ucap Ryuga kemudian bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Cleo kemudian duduk ditepi ranjang, tak sengaja matanya tertumbuk pada sebuah benda yang berkilauan di sisi ranjang Ryuga. Cleo mendekatinya dan meraihnya, ia menatap benda ditelapak tangannya. “Anting wanita?” gumamnya, Ryuga bukanlah pria yang mudah membiarkan siapa saja masuk dalam kamarnya, hanya dirinya wanita satu satunya yang bisa masuk kamar Ryuga. “Anting siapa ini? kenapa ada diatas ranjang?” batin Cleo. “Pekerjaan kamu sudah selesai hingga kamu bisa datang kesini?” ucap Ryuga yang keluar dari kamar mandi dengan sudah berganti pakaian santai, celana pendek bahan dan T shirt. Buru buru Cleo memasukkan anting ditangannya ke dalam saku blazer yang ia pakai. “Masih ada pekerjaan penting, tapi aku datang untuk melihat keadaan kamu sayang.” “Aku sudah baik baik saja, mungkin besok akan mulai ke kantor.” “Baiklah, aku senang mendengarnya.” Cleo hanya satu jam ada di apartemen Ryuga karena malam ini ia ada janji makan malam bisnis dengan klien, Cleo pamit pulang dari apartemen Ryuga. Cleo berjalan menyusuri lorong menuju lift, dari jauh ia melihat lift terbuka dan seorang wanita keluar dari lift. Cleo menghentikan langkahnya menunggu wanita itu. “Ellen kan?” “Iya bu Cleo, bu Cleo dari apartemennya pak Ryuga?” “Iya.” “Apakah beliau sudah sehat?” “Iya, besok sudah ke kantor.” Cleo menatap Ellen dan melihat anting kiri Ellen tidak ada, ia menatap anting kanan Ellen. Anting berwarna biru pekat safir berbentuk hati yang berkilauan terkena cahaya. “Anting kamu hilang sebelah?” tanya Cleo menatap Ellen penuh selidik, Ellen meraba telinga kirinya. “Oh… sepertinya jatuh di apartemen bu Cleo, biasa mungkin tidak sengaja tersangkut benang atau apa.” “Hemm…” Cleo kemudian melanjutkan langkahnya masuk dalam lift, pintu lift tertutup, ia merapa saku blazernya dan mengeluarkan anting yang ia temukan di atas ranjang Ryuga. Cleo menatap anting itu, anting yang sama dengan yang dipakai oleh Ellen. Lynagabrielangga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN