Sudah berulang kali Emanuel menghubungi Ezme tetapi wanita itu belum juga menjawab teleponnya. Dia bukan lelaki yang memiliki kesabaran tingkat dewa tetapi menghadapi Ezme membuatnya harus bertahan.
Sejak bertemu dengan Rosemary kemarin, Emanuel mendadak menjadi lelaki paling perhatian pada wanita yang baru melahirkan tersebut. Tidak pernah sekalipun dia melewatkan waktu untuk menghubungi Ezme sekedar mencari informasi tentang Rosemary.
Setelah berulang kali tidak mendapatkan yang dia inginkan, akhirnya Emanuel berangkat sendiri ke rumah sakit. Dalam hatinya tidak mungkin Rosemary sudah meninggalkan rumah sakit sehari setelah melahirkan.
“Aku ke rumah sakit sekarang,” beritahu Emanuel pada sekretarisnya. Amora.
“Tapi, Tuan sudah seteju bertemu dengan Tuan Lev Grigory?” kata Amora mengingatkan.
“Jam berapa janjinya?”
“Setengah jam lagi,” jawab Amora.
Dengan kesal karena janji nya dengan Lev, akhirnya Emanuel membatalkan niatnya. Bagaimana pun dia bukan lelaki yang mudah membatalkan janji sementara kunjungannya ke rumah sakit belum tentu diterima baik oleh Rosemary.
Kembali ke ruang kerjanya memberi kesempatan pada Emanuel untuk membaca pesan yang disampaikan Amora mengenai tujuan Lev bertemu dengannya.
“Jadi, Lev mulai tertarik dengan bisnis pertanian. Menarik karena lelaki yang terkenal dengan batu mulia-nya menjadi lelaki yang harus mengenal nama-nama tumbuhan,” kata Emanuel dalam hati.
Setelah membaca pesan dari Amora dan menilai apa saja kemungkinan dari tawaran Lev, akhirnya Emanuel mendapat informasi dari Amora bahwa Lev sudah tiba.
“Persilahkan dia masuk,” perintah Emanuel pada Amora.
Tidak perlu waktu lama pada saat tubuh kekar Lev memasuki ruang kerja Emanuel. Aura yang ditimbulkan Lev membuat Emanuel tersenyum.
Mereka bukan baru sekarang bertemu tetapi persaingan yang terjadi selama kuliah sudah menimbulkan rasa yang yang berbeda dan tidak mau kalah.
“Menarik karena tiba-tiba kau datang ke sini,” sambut Emanuel.
“Tidak ada yang tidak menarik selama berhubungan dengan bisnis yang saling menguntungkan,” jawab Lev.
Mereka saling berjabat tangan seolah memastikan siapa yang akan menang, tetapi mereka sudah cukup dewasa untuk mengulang persaingan yang pernah terjadi.
Seperti yang dikatakan oleh Lev semua sah dalam berbisnis.
“Jadi?”
Tidak perlu alasan panjang kali lebar menjelaskan tawaran kerja sama pada Emanuel dan Lev melakukannya dengan cepat. Mereka sudah saling mengenal satu sama lain sehingga cara yang dilakukan Lev bisa diterima dengan baik oleh Emanuel.
“Tawaran yang menarik. Tetapi aku juga harus menyampaikan padamu bahwa di Moskwa sudah ada perusahaan yang bekerja sama denganku dan perusahaan tersebut memegang hak dagang di kota-mu,” jawab Emanuel.
“Kenapa harus menyerahkan pada 1 perusahaan sementara kau bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi?” tanya Lev.
“Apakah kau memberikan penjualan hasil tambang-mu pada setiap perusahaan? Aku yakin di kota Paris ini hanya 1 perusahaan yang kau ijinkan. Jadi, apa bedanya kau dan aku?” kata Emanuel membalikkan keadaan.
“Kau benar. Tetapi aku menawarkan kerja sama dengan bahan baku bukan hasil olahan. Aku tahu di negaraku belum ada yang mengambil bahan dasar dari produk hasil pertanian-mu,” kata Lev bersikeras.
Senyum Emanuel terlihat puas. Dia memang hanya memasarkan hasil olahan yang sudah jadi tetapi bukan bahan mentah.
Namun, apakah Emanuel akan menerimanya? Tentu saja tidak. Dia adalah pengusaha sekaligus petani sehingga dia bisa menilai mengirim bahan mentah ke perusahaan lain bisa merugikan usahanya sendiri.
“Aku mengerti tetapi aku tidak bisa memberikannya padamu.” Kata Emanuel setelah mengeluarkan tawanya.
“Kenapa? Apakah kau tidak membuang hasil pertanian-mu menjadi sia-sia karena keterbatasan waktu? Sementara aku menawarkan kerja sama untuk mengolahnya?” bujuk Lev.
“Aku terima alasanmu, tetapi saat ini aku belum memiliki jawaban,” jawab Emanuel setelah berpikir beberapa saat.
“Aku akan menunggu. Kalau begitu, kapan aku bisa mendapatkan jawaban?” tanya Lev saat dia bangun dari duduknya.
“Sekretaris-ku akan menghubungi sekretaris-mu. Omong-omong, kenapa kau tidak datang bersama Tiara? Namanya Tiara, kan?”
“Benar, namanya Tiara. Dia minta ijin menemui putrinya,” jawab Lev.
“Putrinya? Putrinya tinggal di sini? Kenapa tidak bersama Tiara saja? Apakah putrinya tinggal bersama dengan ayahnya?” tanya Emanuel ingin tahu.
“Anaknya kuliah di sini. Sementara pertanyaan-mu yang lain, aku akan katakan pada Tiara nanti pada saat bertemu dengannya.”
Suara tawa Emanuel kembali terdengar setelah Lev menyelesaikan kalimatnya.
“Oke, bagaimana pun kehidupan seorang sekretaris bukan urusan kita, bukan? Atau sudah menjadi urusanmu?” goda Emanuel.
“Kau benar. Urusan Tiara sudah menjadi urusanku meskipun Tiara selalu menolak apabila aku ingin serius.”
Kembali, seolah Emanuel tidak memiliki rem untuk menahan apakah ucapannya pantas atau tidak, Emanuel sudah membuat wajah Lev memerah dengan kalimat yang diucapkan dengan jelas.
“Aku setuju dengan Tiara. Siapa yang mau berhubungan serius denganmu sementara usia Tiara sudah tidak muda lagi. Kau tidak berpikir perbedaan usia kalian? Apalagi anaknya sudah kuliah.”
“Aku tidak peduli. Wanita yang usianya lebih dewasa lebih menyenangkan daripada wanita yang masih memiliki pikiran labil.”
“Bagimu tapi tidak berlaku untukku.”
Jawaban Emanuel yang tegas membuat Lev berpaling sebelum dia membuka pintu.
“Kau mau pergi?” tanya Lev heran.
“Benar. Sebenarnya aku sudah mau pergi sebelumnya kalau saja Amora tidak mengingatkan diriku,” jawab Emanuel.
“Pergi kemana?”
“Ke rumah sakit. Salah satu temanku di rawat di sana,” jawab Emanuel menolak memberikan informasi tentang Rosemary pada Lev.
Lev dan Emanuel sudah meninggalkan kantor Emanuel dan mereka memiliki tujuan yang berbeda.
Lev, setelah gagal menghubungi Tiara memilih kembali ke apartemennya. Wajahnya menyimpan kemarahan karena lagi-lagi Tiara mematikan ponselnya setiap kali mengunjungi Marry.
Sementara itu di rumah sakit, Tiara sudah berada di kamar perawatan Rosemary tetapi kehadirannya dianggap asing oleh Rosemary.
“Apakah kau akan bersikap seperti itu padaku?” tanya Tiara.
“Kenapa, apa masalah?” balas Rosemary dingin.
“Aku tidak tahu kalau kau menghubungi-ku selain itu juga aku sedang mendampingi bos-ku,” kata Tiara mulai kesal.
Dia bergegas datang ke rumah sakit setelah mendapat kesempatan tetapi reaksi Rosemary membuatnya marah. Mengapa putrinya keras kepala dan tidak mau menerima alasannya?
Namun, Tiara memang tidak pernah mengerti dengan Rosemary. Pada saat dia berpikir putrinya terus menganggapnya angin secara tiba-tiba dia bertanya tentang siapa yang menjadi bos-nya.
“Kenapa kau ingin tahu?” tanya Tiara.
“Hanya ingin tahu karena kau bisa pergi ke negara ini seperti pulang ke rumah,” jawab Rosemary.
“Bos-ku sangat pengertian dan dia akan memberi kesempatan padaku untuk bertemu denganmu. Tentu saja setelah aku menyelesaikan pekerjaanku,” jawab Tiara.
“Jadi kau sama sekali tidak ingin kembali ke Indonesia karena mempunyai bos yang pengertian?” tanya Rosemary.
“Kenapa Marry, kenapa kau tiba-tiba menyebut Indonesia? Sudah begitu lama aku tidak kembali ke sana apalagi aku tidak punya keluarga yang memberi alasan untuk pulang,” jawab Tiara.
“Sebelum aku datang ke sini, kau punya alasan, apakah aku tidak berarti apa-apa bagimu?” tanya Rosemary.
Tarikan nafas terasa berat dirasakan oleh Tiara. “Apa pun julukan yang kau berikan padaku, aku tidak akan membahasnya. Lalu, siapa nama anakmu?”
“Aku menamainya Yuzi?” jawab Rosemary.
“Kenapa harus Yuzi? Kau tahu artinya?” tanya Tiara.
“Aku menyukainya karena dia adalah kekuatan dan sumber inspirasiku,” jawab Rosemary yakin.
“Baiklah. Lalu dimana Yuzi sekarang?” tanya Tiara.
“Dia baru dibawa perawat ke kamar bayi,” jawab Rosemary.
“Kalau begitu, aku pergi sekarang tetapi sebelumnya aku akan melihat anakmu lebih dulu. Dan…biaya rumah sakit sudah aku bayar seluruhnya,” beritahu Tiara sesaat sebelum dia keluar.
Apa pun yang dilakukan Tiara dengan membayar biaya rumah sakit membuat Rosemary seperti terikat.
“Kenapa dia melakukannya, apakah dia berpikir aku tidak bisa membayarnya?” tanya Rosemary dalam hati.
Tetapi dia tidak punya pilihan lain. Operasi bukan pilihan yang harus dia lakukan pada saat saldo di rekeningnya tidak memungkinkan menolak tindakan Tiara.