Setelah mengantar Ezme di tempat yang dia tuju, Emanuel melanjutkan perjalanannya menuju rumahnya. Di dalam mobil, Emanuel masih memikirkan seorang wanita yang terlihat tidak peduli dengan kehadirannya.
Mereka memang belum saling mengenal tetapi Emanuel adalah seorang lelaki yang selalu mendapatkan perhatian penuh dari lawan jenis.
Lalu dimana yang membuatnya berbeda? Bukan dia yang berbeda tetapi wanita yang bernama Rosemary yang berbeda hingga membuatnya penasaran.
Ezme sudah membaca dirinya dengan baik. Walaupun Emanuel menolak pernyataan dari Ezme, tetapi di dalam hatinya membenarkan semua ucapan Ezme.
Sementara itu di tempat yang berbeda, Lev baru saja meninggalkan tempat pesta yang diadakan oleh Mc Linoir. Dia tidak menduga bertemu dengan Emanuel Durstan, seorang lelaki gagah dan terkesan tidak banyak bicara.
“Kenapa dia pergi begitu cepat padahal dia baru saja datang. Apa tujuan Emanuel sebenarnya? Aku tidak percaya kedatangan dia ke sini tanpa tujuan,” pikir Lev.
Di belakangnya, Tiara memperhatikan Lev. Tidak biasanya lelaki itu terpengaruh oleh seorang lelaki yang menjadi saingannya.
Namun, Tiara tidak bisa memberikan perhatian yang lebih pada saat sebuah pesan masuk ke ponselnya.
“Apa yang terjadi, kenapa banyak sekali panggilan dari nomor yang tidak aku kenal?” pikir Tiara.
Tiara tidak pernah menerima telepon dari nomor asing tanpa ada pesan pemberitahuan, tetapi panggilan tersebut sangat banyak seolah keadaan memaksa.
“Aku sudah melahirkan dengan selamat. Terima kasih kau sudah membuktikan bahwa janji yang sudah kau berikan padaku sama sekali tidak ada nilainya. Maaf aku sudah mengganggumu.”
Pesan tersebut dibaca Tiara pelan hingga sesaat dia bingung lalu kesadaran seolah menyentaknya.
“Marry…bagaimana aku tidak tahu kalau dia yang meneleponku,” sesal Tiara dalam hati.
Tiara tahu dirinya sudah bersalah hingga dia buru-buru menghubungi Marry, tetapi ponselnya tidak aktif.
“Dimana dia melahirkan, aku harus menemuinya,” kata Tiara dalam hati/
Baru saja dia berniat minta ijin pada Lev, lelaki itu sudah terlanjur memberi perintah padanya. Ada nada mendesak di suaranya hingga Tiara membatalkan keinginan dan tujuannya.
“Aku menginginkan semua berita tentang Emanuel. Secepatnya!”
“Maaf, apakah aku bisa mengunjungi….”
“Kau mengerti kata secepatnya, Tiara?” tukas Lev dingin.
“Aku mengerti.”
Hilang sudah kesempatan untuk menemui Marry pada saat Lev sudah memberikan perintahnya. Tiara menyadari dirinya hanya seorang pegawai yang harus mematuhi semua perintah yang diberikan oleh pimpinannya.
Tidak ada alasan lagi bagi Tiara untuk menunda pekerjaannya. Dia harus mendapatkan semua informasi tentang Emanuel Durstan. Lebih cepat lebih baik.
Seharian Tiara terus mencari informasi tentang Emanuel melalui koneksi yang dia miliki. Beruntung, tidak sampai 24 jam sedikit banyak informasi tentang Emanuel sudah ada di tangan Tiara.
Ada sedikit kerutan di dahi Tiara saat dia membaca informasi pribadi Emanuel, apalagi kalau bukan Emanuel dan Lev berasal dari perguruan tinggi yang sama. Yang menjadikan keduanya berbeda hanyalah usaha pencarian mereka.
Emanuel Durstan berasal dari keluarga petani besar dan modern yang sudah mengembangkan tekhnologinya sehingga semua hasil pertaniannya menjadi kebutuhan yang bisa dinikmati oleh semua orang.
Siapa yang tidak membutuhkan gandum dan Barley? Semua orang membutuhkannya. Bukan hanya kedua jenis tanaman yang dihasilkan pertanian keluarga Durstan tetapi juga pertanian anggur yang cukup terkenal.
Bordeaux adalah asal keluarga Emanuel Durstan, tetapi Emanuel telah mengembangkan pertaniannya menjadi lebih besar lagi dengan memanfaatkan kemajuan tekhnologi. Dia bahkan sudah memiliki lahan pertanian yang cukup besar.
Lelaki seperti Emanuel mungkin lebih cocok di daerah pedesaan atau pertanian, tetapi setiap kali dia muncul di perkotaan, semua mata tertuju padanya. Sama seperti yang terjadi saat ini. Lev langsung memberikan perhatian padanya meskipun mereka pernah mendapatkan pendidikan di tempat yang sama.
Semua informasi tentang Emanuel sudah ada ditangan Tiara, dia bermaksud menyerahkan pada Lev agar dia bisa mengunjungi Marry.
“Selamat siang, Lev?” sapa Tiara.
“Siang. Kau sudah mendapatkan yang aku butuhkan?” tanya Lev.
“Sudah,” jawab Tiara.
Mereka masih berada di apartemen milik Lev. Lev sepertinya belum memiliki keinginan kembali ke Morskwa sehingga Tiara masih memiliki kesempatan bertemu dengan Tiara.
Memperhatikan Lev yang begitu konsentrasi membuat Tiara berdiri gelisah. Keinginannya masih tetap sama. Dia ingin bertemu dengan Marry dan melihat keadaannya.
“Ada apa? Kenapa kau gelisah seperti itu?” tanya Lev tanpa mengangkat kepalanya dari berkas laporan yang diberikan oleh Tiara.
“Aku ingin mengunjungi putriku. Semalam dia meneleponku berulang kali,” jawab Tiara.
“Lalu?”
“Aku ingin menemuinya.”
“Penting sekali?”
Perhatian Lev kini tertuju pada Tiara. Sebelumnya dia selalu tidak bisa mengendalikan diri setiap kali bertemu dengan Tiara, tetapi sekarang? Kenapa ada keraguan di dalam hatinya? Apakah karena ucapan Emanuel semalam?
Usia Tiara memang jauh di atasnya tetapi berhubungan dengan Tiara juga mempunyai kepuasan yang tidak bisa digantikan oleh apa pun sampai saat ini.
Namun, mendengar Tiara bermaksud menemui putrinya ada rasa yang berbeda. “Nenek…aku tidak mengira Tiara sudah menjadi seorang nenek.”
Senyum sinis terlihat di bibir Lev saat perkataan di dalam hatinya mulai merasuk ke dalam benaknya. Tetapi apakah Lev peduli? Tidak. Lev terlalu menginginkan Tiara dan dia belum memiliki keinginan yang sangat besar untuk menukarnya.
“Kau boleh menemui putrimu setelah kau membuat janji temu dengan Emanuel,” kata Lev.
Jari tangan Lev yang panjang mulai menyentuh wajah Tiara. Ada kelembutan sekaligus sikap tegas terkesan kejam di sentuhannya hingga Tiara bergidik tanpa sadar.
“Boleh aku tahu alasanmu bertemu dengan Emanuel?” tanya Tiara.
Dia memang sekedar melontarkan pertanyaan tetapi reaksi Lev sedikit berbeda. Ada sifat dan sikap yang langsung diperlihatkan sebagai reaksi yang tidak menyenangkan.
“Kawan lama, apakah tidak boleh bertemu? Sekedar bocoran, aku ingin menjalin kerja sama dengannya di bidang perdagangan hasil pertanian,” jawab Lev.
Hanya anggukan kepala yang dilakukan oleh Tiara sebelum dia menghubungi kantor Emanuel yang ada di Paris. Emanuel memang seorang petani tetapi dia adalah petani modern yang memiliki kantor besar.
Cukup lama Tiara bicara dengan pegawai Emanuel sampai Tiara menyampaikan hasilnya pada Lev.
“Emanuel mau menerima dirimu, jam 1 siang ini,” beritahu Tiara.
“Bagus. Kau bisa pergi menemui anakmu pada jam tersebut. Atau kau mau aku antar ke tempat anakmu?”
“Terima kasih, Lev. Aku bisa naik taxi kalau kau tidak keberatan,” jawab Tiara.
“Hemmm, ada apa?”
“Maksudmu?” tanya Tiara.
Dia tidak mengerti mengapa Lev harus bertanya padanya, apakah Lev bisa membaca pikirannya?
“Emanuel adalah seorang petani, tapi bagaimana dia bisa terlibat sebagai seorang lelaki yang sering terlibat dalam pendanaan sebuah film?” tanya Tiara.
“Karena adik perempuannya. Dia sudah berjanji pada adik perempuannya sebagai pemodal di setiap film yang dibintangi,” jawab Lev.
“Tapi…di data pribadinya aku tidak menemukan dia mempunyai adik, apalagi seorang adik perempuan,” kata Tiara.
“Adiknya adalah seorang bintang film wanita paling terkenal saat ini. Sophia Durstan, tetapi lebih dikenal dengan nama Sofia Dars,” jawab Lev.
“Oh.”
“Kau tidak bertanya padaku kenapa aku sering terlibat sebagai pendana film sementara aku hanya penambang?” goda Lev.
“Tidak. Bagaimana pun usaha yang kau miliki dibutuhkan oleh semua wanita cantik agar mereka semakin berkilau,” jawab Tiara yakin.
Semuanya sudah diatur oleh Tiara sebelum mereka keluar meninggalkan apartemen.
Tiara belum bisa menghubungi Rosemary sehingga jalan satu-satunya dia bisa tahu dimana rumah sakit tempat Rosemary melahirkan adalah melalui Biana. Jadi dia memutuskan berkunjung ke rumah Biana.