Sakit jiwa

1735 Kata
Rosemary masih memperhatikan pintu yang sudah tertutup dengan berjuta perasaan yang ada. Dia tidak pernah mengerti dengan keinginan dan semua yang dibutuhkan seorang wanita bernama Tiara. Bagi Rosemary, Tiara seperti wanita yang tidak siap menjadi seorang ibu bahkan pada saat usianya sudah tidak muda lagi, lalu apakah sepanjang hidupnya Tiara selalu sendirian tanpa adanya seorang lelaki yang mendampingi dirinya? Rosemary tidak yakin pada saat Tiara mengungkapkan kekagumannya yang berbeda terhadap bos-nya. Lalu, apa yang membuatnya sinis mendengar penjelasan Tiara? Bukankah dia sudah memutuskan untuk tidak ikut campur dengan semua urusan Tiara? Saat ini yang harus dilakukannya adalah cuti kuliah untuk sementara waktu sambil menunggu usia Yuzi siap untuk di asuh oleh orang yang akan membantunya, apalagi Biana sudah mengatakan akan mencarikannya pengasuh. Baru saja Rosemary mengalihkan perhatiannya ke jendela, terdengar suara pintu terbuka tetapi Rosemary bertahan pada arah pandangannya karena yakin yang datang bukan tamu-nya. Namun, suara lelaki yang menyapanya membuat Rosemary perlahan berpaling dan melihat lelaki gagah dan tampan yang kemarin datang bersama dengan Ezme. "Anda? Apakah Anda datang bersama dengan Ezme?" tanya Rosemary heran. Laki-laki yang seingat Rosemary mengenalkan namanya sebagai Emanuel hanya menatapnya tenang membuat Rosemary tersenyum sinis. "Aku datang sendiri. Apakah kau keberatan?" tanya Emanuel mengambil kursi lalu duduk di sampingnya. "Saya tidak punya hak untuk melarang Anda datang, tetapi saya punya hak untuk menolak bertemu dengan Anda," jawab Rosemary dingin. Di sampingnya Emanuel menatap Rosemary dalam-dalam seolah dia berusaha melihat ke dalam hati wanita yang masih berbaring. "Entah mengapa jawaban yang kau berikan sudah terdaftar di otakku sehingga aku harus mengatakan apakah sakit hati yang kau rasakan sudah mendarah daging hingga tidak percaya orang lain lagi?" tanya Emanuel keras kepala. "Apakah Anda ingin curhat? Sayang sekali saya bukan tempat yang tepat untuk mendengarkan keluhan Anda," jawab Rosemary dingin. Dia tidak akan menyerah menghadapi sikap kaku yang berasal dari Rosemary. Sebaliknya dia merasa ditantang untuk menaklukkan seorang wanita bernama Marry. "Rosemary, apakah aku tidak bisa membantumu menyembuhkan sakit di hatimu?" "Apakah Anda mencoba menjadi dokter yang bisa mengobati sakit hati saya?" tanya Rosemary langsung. Sebuah seringai terlihat di bibir Emanuel dan dia langsung bertindak cepat dengan mengatakan bahwa dirinya siap menjadi dokter yang dibutuhkan oleh Rosemary. "Kalau begitu saya harus mengucapkan selamat berjuang karena yang akan Anda hadapi bukan pasien biasa melainkan pasien yang menderita gangguan jiwa. Sekarang, saya ingin sendiri dan tidak membutuhkan Anda untuk mendapatkan obat dalam jenis apa pun." Seringai kembali diperlihatkan Emanuel karena kalimat yang barusan dia dengar keluar dari mulut Rosemary. Apakah wanita itu berpikir dirinya begitu mudah disingkirkan? Emanuel sudah mengambil resiko yang cukup besar dengan menahan malu dan menekan harga dirinya karena seorang wanita yang sudah menarik perhatiannya justru pada saat wanita itu baru saja selesai melahirkan dan bagi Emanuel tidak ada wanita yang lebih cantik daripada Rosemary untuk dia miliki. Bukankah saat ini wanita itu tidak mempunyai lelaki khusus? "Kalau kau berpikir dengan kata-kata seperti itu bisa menyingkirkan aku, kau salah karena kebetulan aku bukan dokter biasa, aku akan mengobati sakit hati dan jiwamu," jawab Emanuel. Suara tawa terdengar pelan di telinga Emanuel hingga untuk sesaat membuatnya terpana. Dia memang baru sehari bertemu Rosemary tetapi mendengar suara tawanya mengapa dia berpikir bahwa sudah lama Rosemary tidak pernah tertawa. Siapa orang yang sudah menghilangkan tawa tersebut, apakah dia bisa mengembalikan tawa yang begitu menular? Seandainya saja dia mengenal Rosemary cukup lama, dia pasti akan bertanya apakah dirinya boleh membalas sakit hati Rosemary dengan caranya sendiri? Namun, Emanuel sadar, dia tidak bisa bertindak gegabah kecuali berusaha menjadi temannya untuk saat ini. "Anda bukan tamu saya apalagi teman saya, jadi saya tidak memiliki kewajiban untuk bertindak sopan. Sekarang pergilah, Anda sudah membuat istirahat saya terganggu." Seperti mengancam, Rosemary berusaha menekan bell untuk memanggil perawat sebelum Emanuel berbalik mengancamnya. "Lakukan dan kau langsung menjadi milikku," bisik Emanuel lirih. Rosemary menghentikan gerak tangannya dan dia menatap ngeri ke arah Emanuel. Tatapan dan cara pandang Rosemary terhadapnya membuat Emanuel memaki dalam hati. Dia memang mengharapkan reaksi dari Rosemary tetapi bukan seperti yang diperlihatkan saat ini. Berusaha menekan amarah dan berbagai emosi gelap yang sempat menguasai hati dan pikiran Emanuel, akhirnya dia mengalah untuk membiarkan Rosemary sendiri. "Jangan pernah menatapku seperti itu. Aku bersumpah, seandainya kau memberikan kepercayaan padaku, aku akan membalas semua sakit hati yang pernah kau rasakan. Kau mengerti, Rosemary?" "Pergilah, saya tidak berharap Anda membuang waktu untuk saya," ujar Rosemary dingin. Apakah Rosemary sudah mati rasa? Atau otaknya sudah tidak berfungsi? Bagaimana dia bisa mengabaikan perhatian seorang lelaki bernama Emanuel Durstan, apakah dia tidak tahu siapa lelaki itu sebenarnya? Berdiri di balik tirai tebal, Ezme mendengarkan semua pembicaraan yang terjadi antara Rosemary dengan Emanuele, lelaki yang datang bersamanya kemarin untuk menemui Rosemary. Dia sama sekali tidak mengira apalagi berpikir Emanuel bisa memberikan rekasi dan perhatian yang sangat besar terhadap Rosemary. Apakah dia yakin bisa membuka hati Rosemary sementara dengan dirinya saja Rosemary masih menjadi tanda tanya besar. "Aku akan pergi, tetapi aku pasti akan mendapatkan jawaban yang tidak bisa kau katakan padaku," janji Emanuel. Setelah itu, dengan sikap tegas, Emanuel berbalik dan dia mulai melangkah setelah tidak mendapatkan reaksi seperti yang dia harapkan, tetapi langkah kakinya berhenti pada saat dia mendengar ucapan Rosemary dari belakang punggungnya. "Lakukan dan cari tahu tentang diriku karena pada saat kau mengetahui kebenarannya kau bukan orang yang pantas bicara padaku." Bukan hanya Emanuel yang terhenyak mendengar peringatan yang diucapkan Rosemary tetapi Ezme yang mendengarnya seperti ingin berteriak dan berlari untuk memeluk Rosemary dan menyuruh Emanuel pergi. Ezme sudah berteman dengan Rosemary lebih dari 6 bulan tetapi mendengar suara Rosemary yang penuh kepedihan baru pertama kali dia dengar. Apakah ayah anaknya yang sudah memberikan luka di dalam hatinya? Kalau benar, Ezme ingin sekali mengatakan bahwa laki-laki seperti itu tidak pantas menjadi ayah dari seorang anak yang baru sehari dilahirkan oleh temannya. Emanuel tidak membalas peringatan yang diberikan oleh Rosemary dan Rosemary melihat bahu Emanuel begitu kaku seolah dia berusaha menekan seluruh emosi yang ada di dalam jiwanya. Tidak ada balasan kata maupun reaksi yang diberikan Emanuel terhadap ucapan Rosemary, hanya suara helaan nafas yang begitu berat sebelum Emanuel meneruskan langkah kakinya. Emosi Emanuel begitu gelap yang membuatnya berjalan begitu cepat hingga membuatnya tidak memperhatikan dari arah yang berbeda juga berjalan wanita yang menarik walaupun sudah tidak muda lagi dan mereka baru menyadarinya setelah cukup dekat. "Anda? Bukankah Anda Tuan Emanuel Durstan?" tanya Tiara. Mata Tiara langsung memindai mencari keberadaan Lev tetapi yang dia lihat hanya senyuman mengejek yang kerap dia lihat setiap kali bertemu dengan Emanuel. Tiara tidak mengerti dengan sikap Emanuel, bukankah mereka tidak saling mengenal dan urusan pribadinya bukan untuk konsumsi publik? "Kalau kau berpikir Lev bersamaku, kau tidak akan menemukan dirinya," jawab Emanuel. Setelah membuat Tiara tidak nyaman dengan matanya, Emanuel meneruskan langkah kakinya. "Apa yang dia lakukan di sini dan siapa yang dia kunjungi?" tanya Tiara pelan. Tiara yang baru saja melihat Yuzi berniat kembali ke kamar Rosemary sampai dia berpapasan dengan lelaki dingin, kaku dan sinis yang sangat berbeda dengan yang dia temui kemarin. Tidak ingin menghabiskan waktu dengan berpikir tentang lelaki yang tidak menyukainya, Tiara mulai melanjutkan perjalanannya. Dia akan berpamitan pada Rosemary sebelum kembali pada Lev. Baru saja Rosemary membuka pintu, ponselnya berdering membuat Tiara bergegas menerima telepon sementara tanpa dia sadari seorang wanita muda yang tidak lain adalah Ezme memperhatikan dengan kening berkerut. "Bukankah wanita itu adalah sekretaris-nya Lev? Dan untuk apa dia kesini, ada hubungan apa dengan Marry?" pikir Ezme dalam hati. Sibuk dengan ponselnya Tiara mendekati Rosemary yang memilih memejamkan matanya setelah kepergian Emanuel yang sudah berhasil menguras sebagian emosinya. "Marry, Mama tidak bisa di sini lebih lama. Bos mama akan kembali ke negaranya. Mama harap kau jaga diri dan terus mengirim pesan pada Mama," kata Tiara. Dia tahu Rosemary hanya memejamkan mata dan tidak tidur dan Tiara cukup puas begitu melihat anggukan kepalanya. "Mama pergi dulu. Omong-omong, anakmu tampan sekali," puji Tiara sebelum dia pergi. Masih dengan mata terpejam, Rosemary berusaha tidak memikirkan kalimat yang diucapkan oleh Tiara. Tetapi mengetahui Tiara bisa menilai wajah Yuzi, apakah dia akan memikirkan yang lain? Entah berapa lama Rosemary akhirnya terbawa mimpi karena dia memejamkan matanya, tetapi saat dia membuka mata, dia melihat Ezme duduk di sampingnya, mengamati wajahnya dengan cara yang membuatnya risih. "Ada apa, kenapa memandangku seperti itu?" tanya Rosemary. "Aku hanya berpikir, kau cantik mengapa tidak menjadi bintang film saja dari pada jadi sutradara?" Jawaban yang diluar dugaan dan Rosemary hanya tertawa. "Aku tidak mau menjadi sumber berita. Lebih baik bekerja di belakang layar, memberi perintah tidak peduli betapa terkenalnya aktris tersebut, pada saat dia berada di depan kamera, aktris atau aktor tersebut harus patuh pada sutradara," jawab Rosemary tertawa. "Kau tidak ingin nama dan wajahmu dikenal dunia?" selidik Ezme ingin tahu. "Dulu, ya, tetapi sekarang tidak," jawab Rosemary getir. "Menurutmu, kapan kau diperbolehkan keluar rumah sakit?" tanya Ezme ingin tahu. "Kalau tidak ada masalah seharusnya sore ini," jawab Rosemary. "Dan kau tetap akan tinggal bersama Biana?" tanya Ezme ingin tahu. "Benar. Aku berharap Biana bisa membantuku menemukan perawat yang bisa menjaga Yuzi selama aku kuliah," jawab Rosemary. "Yuzi tampan dan menurutku dia mempunyai darah Eropa Timur, siapa Dia?" Rosemary tertawa dan entah mengapa mendengar pertanyaan Ezme membuatnya geli. "Aku tidak ingin tahu sama seperti dia tidak pernah menginginkannya. Jadi, bisakah Yuzi hanya menjadi anakku tanpa harus mengingat ayahnya?" Apakah Ezme bisa menolak permintaan Rosemary sebagai ibu dari anak lelaki yang baru berumur sehari? Tentu saja tidak karena sebagai ibunya Rosemary lebih berhak memutuskan mana yang terbaik untuk dia dan anaknya. Sementara itu di kantor Emanuel, seorang wanita cantik dengan rambut hitam lurus terlihat tidak sabar menunggu Emanuel. Dia tidak mengerti mengapa Emanuel tiba-tiba menyuruhnya datang padahal baru minggu lalu mereka bertemu. Sebelumnya Sofia berpikir Emanuel sudah ada di kantor karena dia memintanya untuk bergegas, tetapi yang dia temui, hanya Amora yang menyampaikan permintaan maaf karena bos-nya masih dalam perjalanan. "Apa kau tahu siapa yang dia kunjungi?" tanya Sofia pada Amora. "Maafkan saya, Nona. Saya tidak pernah cari tahu siapa yang Tuan Durstan kunjungi apabila diluar urusan kerja," jawab Amora. "Dengan kata lain, dia keluar untuk bertemu seseorang, apakah dia wanita?" tanya Sofia. Namun, jawaban yang diberikan Amora hanya gelengan kepala. "Saya minta maaf karena saya benar-benar tidak tahu, Nona." Tidak mungkin memaksa Amora untuk bicara kemana bos-nya pergi sekali-pun dia tahu, selama Emanuel tidak mengizinkan bicara, maka mulut Amora akan tetap terkunci tidak peduli walaupun adik bos-nya sendiri yang memintanya. Berusaha tidak membuang waktu lebih banyak, Sofia menelepon kembali Emanuel untuk memastikan keberadaannya dan wajahnya menjadi kesal karena ponsel Emanuel tidak aktif.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN