BAGIAN LIMA BELAS

1210 Kata
            “Panas banget ya? Makan ramen enak nih!” Ucap seorang pria ber jaket kulit hitam, pria ber-kulit putih, dengan tinggi yang jika Alma pikir, sama tingginya dengan Bima, atau lebih tinggi beberapa centi dari calon suami nya itu. pria itu memegang sebuah cup mie, beserta segelas soda di tangannya. Kemudian duduk tepat di hadapan Alma yang sedang menangis tersedu-sedu.             Alma menatap pria itu dengan heran, setidaknya tangis nya sempat berhenti akibat kedatangan pria asing itu. buru-buru Alma ingin berdiri, namun pria itu menahannya sembari melempar sebotol soda kepada Alma. “Minum dulu gih, baru cabut.” Ucap pria itu, Alma dengan sigap menerima botol soda tersebut, kemudian memandangnya dengan bingung.             “Udah santai aja, gak bakal di racun kok.” Ucap pria itu lagi, kali ini ia sambil memakan ramen di hadapannya. Alma masih diam di tempatnya, menatap bingung ke arah pria asing itu. tidak Alma bukan terkesima akan ketampanannya, melainkan Alma bingung dengan siapa ia duduk saat ini.             “Apa? kok liat-liat gua gak bakalan nge racun kok.” Ucap pria itu lagi, kini ramen di hadapannya sudah hampir habis, terlihat jelas oleh Alma bahwa mie di cup itu sudah hampir tidak terlihat.             “Lo… siapa?” Tanya Alma, pria itu menegak sebotol air hingga habis kemudian melemparkannya ke sebuah tong sampah yang jaraknya cukup jauh dari mereka, namun beruntungnya sampah itu masuk ke dalam keranjangnya, tepat pada sasaran.             “Gue? Arkhan.” Ucap nya dengan santai, kali ini ia mengangkat kakinya, menyilangkannya sembari duduk manis di atas kursi. Ia menatap Alma dengan seksama kemudian tertawa.             “Lo jelek banget, anjir! Kalau nangis” Ucapnya sembari tertawa kencang. Orang-orang di sekitar mereka.             “Heh! Gua cakep ya!” Alma tidak terima, kemudian ia menatap tajam mata pria itu sembari meminum cola yang pria itu berikan.             “Lah iya? Kan gua bilang kalau nangis. Kalau gak nangis mah, berarti cakep!” Ucap Arkhan. Sedetik setelahnya Alma sadar, kemudian ia tertawa. Tertawa karena Arkhan yang melawak, padahal hatinya masih sakit setiap kali membayangkan bahwa sekarang calon suaminya sedang menggandeng wanita lain ke acara keluarganya.             “Gila.” Desis Alma.             “Kok, lu siang-siang gini nangis sih?” Tanya Arkhan. Alma mengangkat bahunya, masalahnya adalah masalah pribadi, ia tidak akan menceritakannya ke siapapun bahkan ke teman dekatnya sendiri.             “Pengen aja.” Jawab Alma, asal.             “Yuk! Cabs! Biasanya kalau orang sedih bakal jawab asal, yuk temenin gue motoran siang-siang, kita keliling kota!” Ucap Arkhan, ia berdiri, kemudian memakai helm dan juga sarung tangannya. Tampilannya seperti seumuran dengan Alma, namun dengan sifat yang lebih childish tentu nya.             “Gak lah! Enak aja lu, lu pengen nyulik gua kan? Gak mau!” Ucap Alma. Arkhan menghela napas, kemudian berjalan ke arah motornya mengambil sebuah helm lalu di kenakan di kepala Alma tentu saja secara paksa.             “HEH! GILA LO YA?!” Teriak Alma sembari berusaha melepaskan helm yang sudah terpasang rapih di kepalanya. Arkhan hanya tersenyum manis dan dalam hitungan ke tiga ia langsung menggendong Alma secara paksa lalu di dudukan di atas motornya. Alma? tentu saja ia berusaha teriak dan juga berusaha turun dari motor Arkhan namun, kecepatan Alma untuk turun dari motor Arkhan yang sangat tinggi untuknya hingga ia kesulitan untuk turun. tentu saja Alma kalah dari pria itu, tanpa menunggu waktu lama Arkhan langsung menarik gas pada motornya kemudian membawa Alma, melaju dengan kecepatan super tinggi mengelilingi ibukota sore itu. Alma bahkan hampir tidak bisa membuka matanya akibat angin kencang yang menerpa wajah nya. But thanks to Arkhan, setidaknya dengan cara konyol nya Alma bisa melupakan masalah nya sejenak. “GIMANAA SERU GAK?!” Teriak Arkhan di sela-sela kencang nya laju motor yang mereka kendarai. Suara pria itu hampir tidak terdengar oleh Alma. “GILA LO YA?! NGAJAK GUA MATI APA!? TURUNIN GAK!” Balas Alma dengan teriakan agar suaranya bisa sampai di telinga pria itu. namun sayangnya Arkhan tidak peduli, ia tetap membawa motornya dengan tenang, melaju dengan kencang di tengah-tengah ibu kota. Sesekali menyanyi sebagai penghibur dirinya sendiri. Setelah puas mengajak Alma jalan-jalan, akhirnya Arkhan memutuskan membawa Alma kembali ke tempat dimana ia dan Alma bertemu tadi. Saat sampai Alma langsung memukul Arkhan habis-habisan. Rasanya nyawa nya sudah hampir copot ketika Arkhan membawa motornya sambil ugal-ugalan tanpa memikirkan bagaimana Alma di belakang. Namun semakin Arkhan di pukul oleh gadis itu, maka ia juga semakin tertawa. Menurut Arkhan, wajah Alma justru terlihat lucu ketika tertawa. “Lo gila apa?! kalau tadi gue mati gimana? Kalau tadi gue jatuh gimana? Kalau gue jatuh terus cacat gue gimana?! Siapa yang bakal jagain adek gue kalau gue jatuh, kalau gue cacat, kalau gue mati?! Lo tau gak! Dia udah gak punya siapa-siapa selain gue! Kalau gue cacat! Kalau gue mati! Dia gak ada yang ngerawat!” Tanpa sadar, Alma kembali menangis, kali ini tangis nya lebih kencang di banding pertama kali Arkhan melihatnya tadi. Alma bahkan menjatuhkan tubuh nya di tanah sembari berjongkok lalu menangis sejadi-jadi nya. Di detik yang sama, Arkhan sangat merasa bersalah kepada Alma. terlebih ketika ia mendengar tentang adik dari gadis itu. Arkhan menarik Alma ke dalam pelukannya, menenangkan gadis itu agar tangis nya segera reda. Beberapa menit kemudian, tangis Alma sudah mulai tidak terdengar, dengan cepat gadis itu berdiri, kemudian meninggalkan Arkhan yang masih berdiri di sana dengan perasaan bersalah yang menyelimuti hati nya. Alma menangis tersedu-sedu sembari tetap berjalan menuju rumah nya. Arkhan? Arkhan meninggalkan motornya di depan minimarket itu. lalu mengikuti Alma dari belakang. Memastikan bahwa gadis itu akan baik-baik saja dan tidak akan mendapat gangguan dari orang lain setidaknya hingga Alma tiba di rumah nya dengan selamat. Setelah gadis itu benar-benar sampai, buru-buru Arkhan meninggalkan tempat itu, takut-takut ia akan di kira penguntit jika kedapatan oleh satpam yang sedang berjaga di tempat itu. ***** Keesokan hari nya, Alma terbangun dengan perasaan yang kacau. Ia melirik jam yang ada di dinding kamarnya, jam tersebut menunjukan pukul sepuluh pagi. Alma mengusap wajahnya kasar, berusaha mengembalikan kesadarannya sembari mencari ponselnya yang ia simpan di mana. Alma masih merasa pusing, namun ia harus mencari ponselnya di mana, namun ketika kaki nya baru saja menyentuh lantai. Tiba-tiba seseoang mengetuk pintu rumahnya dengan kasar, lalu terdengar teriakan yang mengagetkan Alma. “MBA ALMA! PAKET!!!” Alma langsung buru-buru mengambil dompetnya, kemudian berlari ke bawah. Di tengah-tengah ia sedang berlari, Alma berusaha mengingat, kapan dan dimana ia pernah membeli barang secara online dalam beberapa waktu belakangan ini. Namun Alma tidak mengingat sama sekali, bahwa ia pernah memesan atau membeli sesuatu secara online. “Bentar mas!” Ucap Alma sembari membuka pintu rumah nya. Namun Alma cukup merasa kaget ketika melihat seseorang yang berdiri di depan pintu nya sembari tersenyum manis, memegang sebuah ponsel yang Alma yakini bahwa , ponsel yang ada di tangan pria itu adalah ponsel nya. “Heh! Ngapain lo kesini?! Nguntit lo ya?!” Tanya Alma sembari memastikan bahwa pria di hadapannya ini adalah pria gila yang semalam membawanya berkeliling kota secara ugal-ugalan. “Nih hp lo! Jatuh semalem, semaleman gua gak bisa tidur gara-gara bunyi mulu, kesel sendiri gua. Dah ya! Gua pergi, bye, jangan nangis lagi lu!” Ucap Arkan, sebelum pergi ia menyempatkan diri untuk mengacak rambut Alma lalu tertawa begitu saja. Alma yang nyawa nya masih belum terkumpul jelas, hanya bisa melongo, menatap bahu Arkhan yang lama kelamaan menghilang dari pandangannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN