ORANG ANEH

1139 Kata
            Alma memerika ponselnya, terdapat satu panggilan tak terjawab dari Bima dan juga sejumlah pesan dari grup kantor nya. Iya, teman-teman Alma di kantor sedang merencanakan sebuah liburan yang entah kapan jadinya, karena mereka semua sedang sibuk-sibuk nya. Cukup kecewa bagi Alma ketika tahu bahwa Bima hanya meneleponnya sekali dan itu pun di sertai dengan chat yang berisi. Sorry Al, kepencet. Cukup miris bagi seorang calon istri yang seperti di campakan oleh calon suaminya sendiri.             Hari itu menjadi hari yang cukup sendu bagi Alma, rasanya menyebalkan karena hari nya di awali dengan sesuatu yang membuat dirinya teringat akan Bima. Membayangkan bahwa Bima pasti tengah asyik sendiri dengan wanita lain membuat Alma merasa jengah dan juga muak. Ingin sekali Alma menyerah akan keadaan, namun setiap kali ia berpikir seperti itu, ia juga akan teringat oleh bude dan juga pakde nya. Membayangkan kedua orang itu merasa sedih, membuat Alma menahan diri agar tidak gampang menyerah dan selalu berpikir positif kepada Bima.             Alma menghabiskan waktu seharian penuh di rumah, tanpa kemana-mana, tanpa kabar dari Bima, bahkan hari itu ia memutuskan untuk tidak mandi, ia terlihat seperti ABG yang baru saja di putuskan oleh pacarnya. Meringkuk di bawah selimut, dengan sejumlah makanan yang tidak ia habiskan berceceran di lantai, beserta TV yang sejak pagi menyala. Alma sedang sedih, tapi ia tidak bisa menangis. Ketika perasaannya sedang campur aduk, ada suara dari batin Alma sendiri yang selalu mengingatkan ‘Emang lo siapa, pake segala mau nangis? Lu kata diri lu keren kalau nangis?’               Alma menarik napasnya dalam-dalam, berusaha menenangkan tubuh dan pikirannya sendiri, sedetik setelah mata nya beralih dari televisi ke ponselnya, sebuah notifikasi dengan sebuah nama yang Alma pikir, tidak pernah ia simpan sebelumnya. Alma membetulkan posisi nya saat ini, duduk di atas kasur dengan lutut yang menumpu dagu nya sendiri. Arkhangantengbangetgapakedebat           Eh, lo gak mati kan?             Alma berulang kali membaca pesan dari pria aneh yang ia temui semalam. Kemudian bergumam sendiri. Ini, dia serius, nge save nomor nya sendiri dengan nama kayak gini? ALMA POV           Aku memutar tubuh ku sedikit agar bisa lebih gampang turun dari ranjang kesayangan ku ini, berjalan dengan lesu ke arah dapur yang terletak di lantai bawah. Aku lihat, pintu rumahku terbuka, padahal seingatku, sejak tadi, aku sudah menutup pintu rumah itu rapat-rapat, atau, tidak sama sekali.             “Lo, ngapain di sini?” Tanya ku sembari menatap wajah Arkhan dengan tatapan yang kesal, sejak semalam ia terus muncul di hadapanku kapan saja dan di mana saja , semau nya.             “Lo liat dua orang itu gak? Dia gua dateng ke sini beberapa jam yang lalu, mereka udah berdiri di sana, ngeliatin rumah lo terus. Pas gua balik buat mastiin apa lo baik-baik aja atau engga, rumah lo pintu nya gak ketutup. Gua pikir lu udah meninggal, tapi kayaknya aman aja soalnya gua baru liat lo online di wahtsapp, jadi gua kira lo lagi tidur aja soalnya habis nangis semaleman, mungkin capek. Jadi gua gak bangunin. Gua tunggu aja di sini, kali-kali mereka mau macem-macem.” Ucap Arkhan sembari menunjuk dua orang pria dengan kepala plontos sedang berdiri di depan rumah tetangga ku, dengan mata yang bahkan tidak lepas menatap rumah ku. Wajah nya sangat asing untuk ku, bahkan, ketika melihat mata mereka, aku cukup takut melihatnya.             “Jadi… lo daritadi di sini?” Tanya ku dengan rasa tidak enak, pria ini aneh, kenapa ia begitu baik kepadaku? Arkhan mengangkat bahu nya sembari memasukan kedua tangan ke dalam saku celana.             “Masuk dulu aja.” Tawar ku, namun Arkhan lagi-lagi mengangkat bahu. Lalu menggeleng dengan pelan.             “Gak sopan, kalau Cuma berdua doang dalam satu rumah. Gapapa, gua tungguin aja dari sini.” Jawab Arkhan. Aku di buat melongo oleh nya. Preman sopan dari mana Arkhan ini?             “Yaudah kalau gitu, tunggu disini, gua ambilin cemilan.” Ucapku, Arkhan hanya mengangguk dengan gaya khas nya. Sementara aku buru-buru berlari ke belakang untuk mengambil beberapa cemilan dan juga minuman manis di lemari penyimpanan ku. Setidaknya aku harus berterimakasih, karena Arkhan sudah mau duduk diam di depan pintu rumah ku hingga ber jam-jam lama nya. Andai saja ia tidak di sana, entah aku sudah di apakan oleh dua pria aneh tadi.             “Nih, di makan.” Ucap ku sembari menarik kursi lalu duduk di samping Arkhan, sesekali aku melirik ke arah dua pria itu. salah satu dari mereka nampak sibuk dnegan ponsel mereka, seperti sedang berbicara dengan seseorang via telepon sembari menatapku diam-diam. Jujur, aku sangat takut ketika melihat mereka berdua yang tak kunjung pergi dari tempat itu. Arkhan melirik ku, seperti tau apa yang sedang aku cemaskan.             “Lo gak usah takut. Santai aja. Kalau berantem sama gue juga, mereka bakal kalah. Percaya aja.” Ucap Arkhan, ia tersenyum licik, menatap dua pria itu dengan tatapan tajam nya.             “Arkhan… lo emang gak ada kesibukan sampai lo ngintilin gua kesini?” Tanyaku pada akhirnya setelah kami berdua sama-sama diam. Dia tertawa keras, hingga dua orang tadi menatap Arkhan dengan bingung.             “Ya kalau minggu emang ada orang yang sibuk?” Bukannya menjawab, Arkhan malah kembali bertanya kepadaku. Aku hanya heran, sejak semalam aku melihatnya, ia malah bertingkah seperti orang kurang kerjaan yang bisa muncul di mana saja dan kapan saja, bahkan dengan anehnya kini ia muncul di depan rumah ku dan menjaga ku dari serangan orang aneh yang sudah beberapa jam berdiri di depan sana, menatap rumah ku tanpa henti.             “Ya udah, kalau besok lo sibu ngapain?” Tanya ku lagi, aku masih belum puas dengan jawaban yang pria itu sebutkan, namun Arkhan membalasku dengan sebuah senyum simpul di ujung bibirnya, yang menurutku terkesan sangat dingin.             “Makan tiga kali sehari, tidur, kerja, repeat or die.” Jawab nya. Aku tidak tahu, jenis pekerjaan apa yang pria di sampingku ini lakukan, namun ketika mendengarnya mengatakan hal yang seperti itu aku sudah bisa menyimpulkan bahwa pekerjaan Arkhan tidak lebih berat dari pekerjaanku, setidaknya, aku tahu itu.             “Ya semua orang juga kayak gitu tiap weekdays.” Ucap ku. Arkhan hanya diam, matanya sesekali menatapku juga beralih menatap pria yang tadi berdua, kini tinggal sendiri, entah kemana yang satu nya pergi. Arkhan berdiri, kemudian memakai helm yang sejak tadi berada di dekatnya.             “Lo mau kemana?!” Tanya ku dengan panik. Dia menatap ku dengan tatapannya yang dingin, namun tidak menjawab ku sama sekali. Ia berjalan lurus, menuju motornya yang terparkir tepat di depan pagar, bersamaan dengan Arkhan yang berjalan menuju motor, sebuah mobil berhenti di depan rumah, mobil yang ku ketahu adalah mobil dari calon suami ku.             “Gua cabut ya! Telfon aja, kalau ada yang aneh.” Ucap Arkhan, sedetik kemudian ia melaju bersama motornya dengan kecepatan tinggi, menghilang dari pandanganku dalam waktu beberapa detik. Setelah itu, Mas Bima turun dari mobil, mata nya turut menatap Arkhan yang hilang dari pandangan kami berdua, kemudian ia menatapku dengan tatapan yang seakan-akan meminta jawaban.             “Siapa dia?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN