BAGIAN TUJUH

1121 Kata
            Mata tajam milik Bima menyapu ke seisi ruangan, melihat beberapa benda yang sudah lama tidak ingin ia lihat lagi. Sudah bertahun-tahun lamanya Bima tidak pernah lagi menginjakan kaki nya di ruangan tempatnya berdiri saat ini. Ruangan yang pernah ia tempati selama lima belas tahun lamanya, namun seketika ia tinggalkan karena sesuatu hal. Bima menarik napas dalam-dalam, rasanya sesak ketika melihat sebuah foto terpajang rapih di atas meja yang terletak tepat di samping tempat tidur, dengan pelan Bima mengambil bingkai foto tersebut, membersihkan pinggirannya yang sudah sangat berdebu.             “I’m scared that I’ll never trust another woman again after loosing you. But… thank god. I found someone, I got her. Aku izin menikah ya. Dimanapun kamu saat ini, entah kamu masih hidup atau engga, aku… izin ya untuk menikah. If you can hear me, I just wanna say that nobody’s gonna change you in my heart. Kamu masih orang yang sama yang aku sayang” Bima berbicara sendiri, sembari menatap bingkai berisi fotonya bersama seseorang. Bima menarik napas dalam-dalam kemudian mengusap air mata yang sudah membasahi ujung mata nya.             Namanya Kirana. Perempuan yang pernah menjadi sosok 24/7 bagi Bima. Sahabat Bima sejak SMP hingga SMA dan pacar Bima dari SMA hingga kuliah. Anjani Kirana Devanti, perempuan manis berambut sebahu dengan mata bulat serta senyum manis yang tak pernah lepas dari wajahnya. Gadis yang sukses membuat hati Bima luluh, harus tiba-tiba pergi begitu saja. Hilang tanpa kabar setelah di kabarkan hilang, bersama dengan pesawat yang di tumpanginya menuju Thailand kala itu. Kirana yang saat itu memang selalu ke Thailand, untuk mengunjungi ibu nya yang sedang bertugas di KBRI Thailand hampir setiap tiga bulan sekali. Kala itu Kirana tidak pamit kepada siapa-siapa, termasuk Bima sekalipun. Namun dikabarkannya bahwa pesawat yang di tumpangi Kirana jatuh, bahkan hingga saat ini, di saat semua penumpang lain beserta awak kabin sudah di temukan, Kirana masih belum di temukan. Satu-satunya bukti yang bisa di katakan bahwa Kirana menaiki pesawat tersebut adalah nama Kirana yang terdapat di daftar manifest pesawat, namun lucu nya beberapa orang maskapai meyakinkan Bima bahwa bukan Kirana yang naik ke atas pesawat naas itu.             Saat itu Bima merasa hancur se hancur-hancur nya, ia merasakan kehilangan yang luar biasa, bahkan Bima sampai menunda kelulusannya selama satu tahun lamanya karena selama satu tahun itu ia merasa sangat sedih sebab Bima belum bisa menerima bahwa ia kehilangan Kirana dalam waktu sekejap. Di sisi lain Bima juga masih berusaha berpikir positif bahwa Kirana hanya bersembunyi, Kirana hanya tidak ingin di ganggu dan suatu saat Kirana akan kembali, namun entah kapan. Tahun demi tahun berlalu, pelan-pelan Bima mulai terbiasa tanpa Kirana, Bima yang awalnya selalu bersikap hangat kepada siapa saja, tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat, ia menjelma menjadi pria yang dingin seakan-akan ia tidak tersentuh, Bima akan ke Bar setiap hari, setiap pulang bekerja, melepas penat sekaligus berusaha menyingkirkan Kirana dari pikirannya. Bahkan, kamar tempat dimana Bima berdiri saat ini, merupakan kamar tempat dimana ia dan Kirana biasa bermain game atau menonton film, kamar tempat dimana Bima biasa mendengar keluh kesah Kirana setiap harinya, justru Bima tinggalkan agar ia tidak terbayang-bayang sosok Kirana lagi.             Bima ingin memulai hidup barunya, ia ingin hidup normal tanpa ada bayang-bayang Kirana lagi. Ia ingin memulai hidupnya dengan Kirana atau jika tidak ia harus memulai hidup baru nya dengan orang lain. Bima benci mimpi demi mimpi tentang Kirana di setiap kali ia memejamkan mata, Bima benci ketika ia bertemu dengan orang baru, ia selalu membandingkan orang tersebut dengan Kirana hingga berakhir tidak mengenakan. Untuk pertama kalinya dalam hidup Bima, ia bertemu dengan Alma di Bar tempat dimana ia selalu menghabiskan waktunya setiap pulang bekerja. Alma terlihat berbeda. Mata nya cantik, senyum nya manis, Bima sudah beberapa kali melihat Alma di tempat itu, namun baru berhasil berkenalan dengan Alma setelah bertemu dengan gadis itu untuk yang ketiga kalinya.             Saat itu Bima langsung mengajak Alma untuk menjadi Pacar pura-pura nya, aneh bukan? Pria berusa 28 tahun meminta seorang gadis yang baru ia temui untuk menjadi fake girlfriend nya? Tapi itulah yang Bima lakukan saat itu, yang dimana kebetulan memang Bima sudah di desak oleh keluarganya untuk segera menikah. Bima pikir saat itu Alma akan menolak, namun di luar dugaannya, ternyata Alma mau, walaupun di iming-imingi uang banyak tapi entah mengapa Bima malah menjadi lebih bersemangat.             Lambat laun Bima semakin lama semakin kenal dengan Alma, Bima jadi tahu bahwa Alma bukanlah tipikal perempuan matre  yang rela menjadi fake girlfriend seseorang hanya demi uang. Alma adalah seorang gadis yatim piatu yang harus membiayai pengobatan adik semata wayangnya yang entah sampai kapan. Hati Bima jadi menghangat ketika setiap kali ia mengantar Alma ke rumah sakit untuk melihat kondisi adik nya. Alma adalah sosok wanita yang keibuan, wajah nya terlihat begitu tulis ketika menatap adiknya yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Sekali lagi Bima kagum akan hal itu.             Ponsel Bima tiba-tiba berdering, nama Alma yang sudah ia ganti menjadi Istri  tanpa sepengetahuan gadis itu, terpampang jelas di layar ponsel milik Bima, tanpa menunggu waktu lama Bima sudah bisa mendengar suara Alma dari seberang sana.             “Mas, emmm, aku- aku kejebak di kamar mandi, gagang pintunya lepas dari dalam dan pintunya gak bisa di bu-” belum sempat Alma menyelesaikan kalimatnya, Bima sudah tahu apa yang harus ia lakukan, ia berlari mengambil kunci mobil nya lalu ia segera tancap gas menuju rumah Alma yang kebetulan tidak jauh dari rumah orang tua nya.             “Ceroboh banget sih Al.”  Ucap Bima dalam hati sembari terus fokus pada jalanan di hadapannya walaupun dalam hati ia sudah merasa sangat khawatir dengan apa yang terjadi dengan Alma.             Tanpa menunggu waktu lama, Bima sudah sampai di kediaman Alma, lagi-lagi betapa cerobohnya gadis itu, pintu depan tidak ia kunci sehingga siapapun bisa masuk ke dalam rumah itu tanpa sepengetahuan Alma. Dengan cepat Bima naik ke atas, sedikit berlari untuk membantu Alma keluar dari kamar mandi. Tanpa butuh usaha yang keras, Bima hanya perlu menarik gagang pintu dari luar.             “Makasih ya mas.” Ucap Alma kepada Bima.             “Kamu kebiasaan banget ya, dari luar gak kunci pintu. Itu di bawah, pagar kebuka gitu aja, pintu depan gak kekunci sama kamu,pintu kamar juga gak kamu kunci sementara kamu lagi mandi. Gimana kalau ada orang jahat yang masuk? Gimana kalau kamu di apa-apain? Gimana kalau  mereka nyakitin kamu? Dengan penampilan kamu yang sekarang, kalau aja laki-laki jahat yang masuk ke rumah terus ngeliat kamu kayak gini, habis kamu Al sama dia.” Tanpa menunggu waktu, Bima langsung menceramahi Alma, melihat tampilan Alma di hadapannya yang super sexy saat ini membuat Bima jadi marah sendiri ketika mengingat bahwa Alma sangat ceroboh dalam hal menjaga dirinya sendiri. Bima khawatir, Bima tidak mau Alma kenapa-kenapa. Atau… jangan-jangan Bima sudah punya rasa kepada alma?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN