"Kau Pintar"

1034 Kata
Gressa menatap pada kampung halaman Bibinya. Di sampingnya Ayah yang sedang menelepon seseorang dan Gressa tidak tahu siapa yangg ditelepon oleh ayah. Gressa hanya diam dan menatap tangannya yang digenggam oleh ayah. “Ayo, mobilnya sudah datang. Kita menbutuhkan waktu tiga jam ke kampung Bibi kamu dari sini.” Ucap Ayah diangguki oleh Gressa, masuk ke dalam mobil. Gressa duduk di samping ayah. Helaan napas terdengar beberapa kali dari lelaki paruh baya yang selama ini selalu menjaga dirinya dengan baik dan tidak pernah mengeluh pada Gressa. “Ayah tidur aja. Tadi di kereta Ayah juga nggak ada tidur. Malah Ayah jaga Gressa terus. Sekarang Gressa yang jaga Ayah.” Ucap Gressa, menyuruh ayah untuk tidur, dan jangan menjaganya terus. Lagian mereka sudah jauh dari kediaman keluarga Roberto. Yang pastinya tidak akan mencari keberadaan mereka sampai di sini. Tuan Muda Steven, pasti sudah menerima dengan lapang d**a kalau Gressa tidak mau menikah dengan lelaki itu dan memilih untuk pergi dari rumah mewah yang luasnya memang luar biasa. Itu bukan rumah lagi tapi sudah mansion. Gressa awal bekerja di sana, ia pernah memerhatikan Tuan Muda beberapa kali. Namun dia tidak pernah berani untuk menampakkan diri di depan lelaki itu. Takut. Dirinya tidak mau membuat kesalahan. Namun ternyata, lelaki itu yang menghampirinya dan mengajaknya untuk menikah, membuat Gressa terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Tuan Muda. “Kita berhenti dulu Pak. Makan dulu,” ucap Gressa, ini sudah pukul sepuluh pagi. Mereka harus makan dulu. Gressa tidak mau ayah jatuh sakit tidak makan sampai ke kampung halaman Bibi. “Yah, Ayah. Kita makan dulu Yah.” Gressa menggoyangkan lengan Ayah, perlahan mata Ayah mulai terbuka dan menatap pada Gressa dan menguap pelan. “Kita sudah sampai?” tanya Ayah, menatap sekeliling dan mereka sedang ada di depan rumah makan. “Kita makan dulu Yah. Ini sudah jam sepuluh pagi. Tidak baik menunda makan. Nanti Ayah sakit,” ucap Gressa lembut. Lalu turun dari dalam mobil. Ayah turun dan berjalan di belakang Gressa. Ayah berbalik. “Pak, ikut makan sama kami.” Ucap Ayah pada supir yang membawa mereka. Supir itu mengangguk dan berjalan di belakang ayah. Gressa yang sudah duduk dan memesan tiga porsi makanan, menatap pada benda pipih di tangannya. Gressa menelan saliva kasar, ingin menghidupkan benda pipih itu namun dia takut kalau mendapatkan Tuan Muda yang meneleponnya atau mengirim pesan padanya. “Nak, makan. Jangan main Handphone dulu.” Ayah menegur, dan mendekatkan makanan ke Gressa. Gressa mengangguk dan mengambil piring makanan yang ada di depannya. Ia langsung memakan makanan itu dan sudah memutuskan untuk tidak menghidupkan handphone. Gressa takut, kalau dia menghidupkan handphone, saat Tuan Muda menelepon dirinya. Maka dia menjawab dan tahu dirinya kabur kemana. *** “Dimana pelayan itu dan juga ayahnya?” Joana bertanya menatap tajam pada Steven dan juga beberapa pekerja di rumah ini yang menunduk ketakutan mendengar pertanyaan dari Nyonya Besar, yang menanyakan keberadaan Gressa— calon istri Tuan Muda dan juga lelaki tua yang sering kali sakit-sakitan dan sekarang tidak ada di rumah ini. “Stev!” Joana memanggil putranya lantang penuh kemarahan. “Kau mau membuat keluarga kita malu lagi hah?! Tiga kali menikah! Dan sekarang mau menikah lagi. Tapi gadis sialan itu malah kabur. Dia siapa berani kabur disaat pernikahanmu dengannya semakin dekat?” Joana mengeram dan menggeleng, tidak terima keluarganya kembali dipermalukan. Dia benci saat keluarganya dipermalukan oleh para wanita sialan yang tidak tahu malu di luar sana. Mereka tidak pantas untuk mempermaluk dirinya dan keluarganya. “Ma! Sabar dulu. Duduk dan tenang. Jangan marah-marah, biarkan saja mereka pergi dulu. Nanti mereka juga kembali ke rumah ini.” Dengan santai Steven memainkan handphonenya dan tertawa kecil melihat benda pipih itu. “Mama lihat ini. Mereka tidak bisa kabur dari Steven, lagian Steven tidak mudah dibodohi, dan sudah tahu lebih dulu rencana mereka.” Ucap Steven, memperlihatkan handphonenya pada sang ibu. Joana menatap pada handphone putranya lalu dia tersenyum sinis. “Kamu memang sangat pintar sekali. Mama tidak mau dipermalukan lagi! Membuat semua orang mencemooh keluarga kita dan mengatakan yang tidak-tidak pada keluarga kita. Kalian pergi! Jangan hanya duduk di sini dan menonton! Tidak berguna kalian semua.” Joana mengusir pekerja di rumahnya. Semuanya membubarkan diri dan tidak mau kena marah oleh Joana lagi. Lebih baik mereka kembali mengerjakan pekerjaan mereka. “Dia ternyata mau membangkang.” Ucap Steven tertawa kecil. “Jangan sampai dia seperti ketiga wanita jalang itu.” Ucap Joana. “Tentu saja tidak Ma. Tenang saja, kalau yang satu ini. Steven jamin dia tidak bisa untuk berbuat hal seenaknya. Mama duduk tenang dan tunggu saja di rumah. Steven bawa pelayan itu kemari dan memberikan sedikit hukuman pada lelaki tua yang sudah merencanakan niatnya untuk kabur dari rumah.” Tukas Steven berdiri dari tempatnya, lalu dia berjalan keluar dari dalam rumah. Steven menatap lurus ke depan. Matanya bertemu dengan wanita yang pernah dinikahi olehnya. “Untuk apa kau ke sini?” tanya Steven datar. Wanita itu tertawa kecil. “Hanya menyapa saja. Memangnya tidak boleh aku kemari?” tanyanya menatap ke dalam rumah, lalu melihat pada Joana yang duduk dengan segelas teh di tangannya. “Tidak berubah. Ibumu yang sombong itu masih saja suka meminum teh di pagi hari. Hati-hati di pagi hari berikutnya dia tidak hidup.” Wanita itu menutup mulut tertawa kecil melihat tatapan Steven yang semakin menajam padanya. Wanita itu mengibaskan tangannya di depan. “Aku hanya bercanda saja. Tidak usah marah seperti itu Steven. Kau seperti mau membunuhku saja.” Gelaknya. “Memang. Kalau kau semakin lama berdiri di sini, aku tidak akan segan untuk membunuh dirimu. Kau termasuk wanita tidak tahu diri, yang menyebarkan rumor sialan itu!” tangan Steven terkepal, dan dia menghembuskan napasnya kasar. Menahan untuk tidak mencekik wanita di depannya ini. Wanita itu menelan saliva kasar. “Aku hanya mau melihat calon istrimu. Katanya kau mau menikah lagi? Kalau kau tidak mau aku menyebar rumor itu. Seharusnya kau berikan aku uang lima puluh milyar. Semuanya tidak akan terjadi.” Steven tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu. “Dalam mimpimu jalang! Penjaga! Usir dia. Jangan biarkan dia masuk ke dalam rumah.” Ucap Steven berjalan menuju mobilnya dan masuk ke dalam mobilnya. Mari jemput wanita miskin itu. Dia harus kembali ke rumah ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN