Napasnya memburu, sepasang kaki berhenti dibawah pohon besar setelah jauh berlari menembus ke dalam hutan. "Aku tak percaya, Wijaya benar-benar menyiksaku.. hugh.." menahan sakit pada kakinya, Laura memutuskan untuk duduk, beristirahat. Laura memperhatikan jalanan sekitarnya, ia seperti mengenal tempat dimana dia berada. Pandangannya jauh masuk menembus diantara rimbunnya semak-semak. "Itu kan, rumah Sato." ucap Laura yang sudah berdiri untuk melihat lebih jelas. Tidak sadar ia telah berlari kiloan meter dari rumah Wijaya. "Tapi, kenapa ada anak buah Wijaya didepannya." Laura memperhatikan satu persatu penjaga dan laki-laki bertubuh besar yang sedang berdiri di depan rumah Sato. "Apa Rania sudah tertangkap? jika iya, maka baguslah. Jadi aku tidak perlu mencari dan menangkapnya untuk m