Pagi-pagi sekali, Bianca sudah terbangun dari tidurnya. Matanya tidak bisa terpejam lagi. Sekilas dia melirik ke arah jarum jam yang masih menunjukkan pukul empat pagi. Bianca menatap langit langit kamar dengan bola mata yang berputar putar. Dia menoleh ke sampingnya. Tampak Arsen yang sedang tertidur dengan nyenyak. Perlahan, air matanya menetes menatap Arsen. Membandingkan kehidupannya dengan kehidupan Arsen seolah adalah hal yang tidak akan pernah habis bagi Bianca. Masih menjadi tanda tanya besar baginya mengapa Arsen mau menikah dengan wanita seperti dirinya. Arsen mempunyai segalanya sedangkan dirinya hanyalah orang yang tidak punya. Bianca mulai berpikiran bahwa saat ambisi Arsen tercapai, maka dia pasti akan dilemparkan dari kehidupan Arsen. Hidup Bianca yang selama ini sanga