Bianca berlari memasuki gedung Rasendra Grup. Langkah kakinya berjalan dengan cepat menuju ruang rapat. Sekilas dia melirik ke arah jam chanel yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat dua menit. Tangan Bianca bergerak mengetuk pintu ruangan aula di mana rapat diadakan. Jantungnya memompa darah dengan cepat karena dia terlambat dua menit dari jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya. “Maaf, saya telat,” ucap Bianca dengan suara yang bergetar. Semua mata menatap ke arahnya dengan tajam. Begitu juga dengan Arsen yang menatapnya dengan mata yang berkilat. Pria itu seperti kawanan macan yang hendak menguliti tubuh buruannya. “Silakan keluar dari pintu anda masuk!” Hanya itu jawaban yang didapatkan oleh Bianca. Perasaannya bergetar hebat. Pe