“Hah?” Bianca terkejut mendengar ucapan singkat itu. Tanpa sadar, air matanya menetes dengan deras. Tangannya bergerak menutup mulutnya yang mengeluarkan suara rintihan. “Bagaimana mungkin. Kamu bukanlah pria yang bersamaku malam itu.” Bianca menjawab sesaat setelah kesadarannya kembali. Dia menatap Arsen dengan bahu yang bergoncang hebat. “Maaf. Aku cuma bercanda. Tadinya aku berpikir jika kamu tidak mengingat pria itu, tetapi ternyata kamu masih mengingatnya dengan jelas.” Arsen tersenyum menatap Bianca yang sudah menangis karena ucapannya. Perasaannya menghangat melihat air mata yang menetes di wajah cantik istrinya. Satu teka teki lagi terbuka, tetapi dia tidak ingin menyampaikan semuanya sekarang. “Sebenarnya aku memang tidak ingat, Arsen.” Bianca menundukkan kepalanya dengan lesu.