"Bapak kamu polisi ya?"
"Apa?" Rasya menatap Ando bingung.
"Ck. Tinggal jawab iya kok tahu aja susah amat sih Sya." Decak Ando sebal.
"Yaudah iya, kok lo tau."
Ando kembali menatap Rasya sebal. "Udah lah gak jadi. Gak bisa di gombalin lu mah."
"Ihh yaudah gak rugi juga gue." Rasya memalingkan wajah dan memainkan handphone-nya.
"Rara cantik..." Rara menatap wajah Ando yang tersenyum genit padanya.
"Kenapa Ndo?"
"Bapak ka-" "Gak usah ganggu gue baca n****+, lagi seru nih." Ando tersenyum pahit mendengar ucapan Rara yang sudah terpaku pada n****+ barunya.
"Gitu kalian berdua ya, jahad banget sama gue." Gerutu Ando mencebikkan bibirnya sebal.
"Ya elo sih, pagi-pagi udah ngeluarin jurus gombal gak mutu begitu." Tawa kencang terdengar dari arah belakang Ando seakan menyahuti ucapan Rasya.
"Betul betul betul. Lo juga sih Ndo gak ahli ngegombalnya. Kayak gue dong, playboy tanpa cela." Dion menyisir rambut badainya kebelakang.
"Heleh coba kalo emang bener ucapan lo, bukti in ke gue." Tantang Ando bersidekap d**a.
"Siapa takut." Dengan jalan cool miliknya, Dion melangkah menuju meja Rasya dan Rara dengan percaya diri.
"Rara hari ini ada pr fisika gak?" Rara yang tadinya fokus pada jalan cerita kini beralih menatap Dion.
"Ada, lo belum ngerjain?" Dion menggeleng pelan.
"Susah Ra, gak ngerti gue. Kamu udah?" Rara mengangguk dan mengambil bukunya lalu meletakkannya diatas meja supaya Dion ambil.
"Tuh salin aja, lagian bukan gue juga yang ngerjain." Dion tersenyum sumringah.
"Ih tau aja Rara kalo Dion butuh. Gue dari dulu gak pernah ngerti pelajaran fisika apalagi rumusnya yang bejibun gitu." Rara mengangguk lagi setuju dengan pendapat Dion.
"Gue juga awalnya gak ngerti sih Yon. Rada susah emang kalo fisika tapi ya lumayan lah kan ada yang ngajarin itu abang gue." Dion tersenyum seraya menatap lembar demi lembar buku milik Rara.
"Eh tapi lo tau gak Ra, bedanya lo sama rumus fisika?" Rara menatap Dion tak faham.
"Emang bedanya apa?"
"Kalo rumus fisika itu susah dihafalin, tapi kalo kamu susah dilupain. Eeeaakkk!!" Rara mendengus tak suka, ternyata dia terjebak dalam perangkap kemodusan Dion. Sedangkan Dion cengengesan tak jelas lalu menatap Ando dengan mengejek.
Tanggapan Ando tidak berbeda jauh dengan Rara, ia malah sudah misah-misuh melihat ejekan yang dilayangkan Dion padanya.
"Tapi beneran deh Ra, lupain kamu itu susah sampe aku harus ke kantor kelurahan dulu untuk buat surat keterangan tidak mampu."
"Bisa bener tuh mulut ya."
"Seriusan Ra, setelah ketemu kamu rasanya aku jadi rajin belajar." Ando berdecih tak suka.
"Bohong banget Yon." Rara melihat Dion sangsi.
"Gak percaya gue kalo lo jadi rajin belajar. Buktinya tiap ada PR lo nyontek terus." Wajah Dion menatap Rara dengan mengerutkan kening, pertanda bingung.
"Masa sih Ra? Padahal aku rajin belajar terus kok. Belajar jadi yang terbaik untuk kamu." Dan saat itu juga Rara dan Ando pura-pura muntah mendengarnya. Sedangkan Dion acuh saja, kini tatapan Dion beralih pada Rasya yang sedari tadi sibuk pada ponselnya tanpa memperdulikan yang lain.
"Rasya, lo punya pulpen dua gak?" Rasya yang merasa bahunya dicolek menoleh pada Dion yang mengadahkan tangan.
"Ada, mau pinjem?" Dion mengangguk dan karena itu pula Rasya mengambil kotak pensilnya dari tas.
"Nih, awas hilang."
"Iya iya aku pinjem pulpen karena pengen nulis nama kamu dihati aku." Rasya menatap Dion aneh.
"Apaan sih Yon, gak jelas banget." Rara dan Ando menahan tawa mendengar ucapan sinis Rasya.
"Aelah Rasya ambekan, gue pinjam nih pulpen inget ya. Pelajaran pertama kita agamakan?" Rasya mengangguk acuh dan kembali pada ponselnya.
"Hari ini kita masih lanjut bab tajwid kan Sya? Lo inget gak apa itu Idgom Mutaqoribain?"
"Ingetlah. Idgom Mutaqoribain itu bertemu nya dua huruf yang sama makhrajnya tapi beda sifatnya."
"Nah itu dia Sya, kita berdua itu kayak Idgom Mutaqooribain cuma beda sifat aja yang saling melengkapi."
"Basi banget sih Yon, gak mempan modusan lo ke gue." Rasya mengenaskan tangannya seakan mengusir Dion yang menekuk wajah. Suara tawa membahana milik Rara juga Ando semakin membuat pemuda itu sebal.
"Yah katanya playboy tanpa cela. Halah hoax banget."
"Kasian ih si Dion, padahal udah pede banget mau gombalin Rasya. Hmmptt.. hahaha.."
Dengan tampang ngenes Dion menatap ketiga teman satu kelasnya itu sebal.
"Padahal gue pikir ilmu gue udah banyak loh, apalagi setelah makan tahu pengaman gue melalangbuana di dunia asmara ini berkat gombalan-gombalan tersebut."
"Dramatis banget sih Yon denger cerita hidup lo, jadi terhura gue dibuatnya." Ando menepuk bahu Dion sebagai dukungan moril.
"Awas, gue gak butuh simpati palsu lo Ndo. Gue mau cabut ke guru gue, mau minta pencerahan." Detik itu juga Dion melesat pergi dari kelas meninggalkan buku milik Rara serta pulpen milik Rasya.
"Ando, ke kantin sana. Beli in gue s**u cokelat." Ando menatap Rara malas.
"Males ah, rugi bandar rugi tenaga gue. Lo aja sana jalan sendiri. Betewe gue pinjem buku fisika lo mau nyalin bentar." Rara mencebik kesal tapi tidak menghentikan Ando untuk menyalin tugas miliknya.
Rara menatap Rasya penuh permohonan. "Rasya cantik.. anterin gue yuk."
Rasya melirik Rara sedikit melalui ekor matanya. "Tumben banget lo gak bawa stok s**u cokelat sampe harus pergi ke kantin segala."
"Gue lupa, buru-buru juga tadi sampe gak keinget. Yah anterin gue ya.." Rasya menghela nafas dan menyimpan ponselnya disaku.
"Gue emang gak bisa nolak kalo lo udah mohon begini. Ayok deh masih ada sepuluh menit lagi sebelum masuk." Rara mengangguk semangat dan menggandeng lengan Rasya menuju kantin.
"Gue perhatikan lo dari tadi pagi sibuk main hape terus deh Sya, ada apasih? Lo punya gebetan baru emang?" Wajah Rasya berubah sumringah.
"Emang ketara ya Ra? Duh malu-maluin banget dong sikap gue kalo lo sampe nyadar gini." Rasya menangkup pipinya sendiri. Rara memutar bola matanya malas.
"Ya gak sampe memalukan juga sih Sya, gue kan peka aja gitu sama sahabat karib gue."
"Ooh gitu, berarti belum sampe tahap memalukan kan ya? Hah..gue harap sih gak akan terjadi hal yang begitu." Rara menatap wajah sahabatnya itu.
"Emang siapa gebetan lo Sya? Gue kenal?" Rasya menggeleng.
"Kayaknya sih enggak Ra, soalnya dia kakak kelas kita. Dan gue tahu banget orang kayak lo itu gak paham siapa aja kakak kelas kita." Rara terkikik geli. Ia jadi teringat laki-laki itu.
"Yeah you know me so well Sya, tapi gak menutup kemungkinan kan kalo gue tahu?" Rasya mengangguk paham.
"Iya juga sih, nanti deh gue tunjukin yang mana orangnya."
"Sip. Kalo udah jadian jangan lupa traktir."
"Pasti. Tapi lo doakan juga ya, masalahnya ini juga belum pasti Ra. Baru pedekate dan umbar modus doang." Rasya dan Rara tertawa bersama.
"Gue doakan yang kali ini beneran jadi."
"Amin."
Vote and Comment guys!!
Bungsu Haling❤