Arum bangun lebih pagi dari biasanya, usai sholat dan berdoa ia bergegas menuju kamar anak-anak untuk memeriksa buku mereka, memeriksa pelajaran sekolah dan tugas-tugas mereka. Arum meninggalkan Bagas yang masih tertidur pulas. Arum tidak perduli hari masih terlalu pagi dan udara masih sangat dingin. Ia membuka pintu kamar Azzam dan Firdian, melihat mereka tertidur pulas. Arum tersenyum, sebagai ibu ia ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Hingga ia harus kuat menjalani semua dialektika tak indah yang ia miliki dan lalui. Ia tidak ingin protes pada Tuhan tentang taqdir yang menimpa dirinya karena hal itu hanya akan membuat hidupnya makin terasa sempit dan sulit. Arum mensyukuri semua yang telah Tuhan ciptakan sebagai sebuah pengabdian dan rasa terimakasih telah diijinkan hidup dengan