Malam membawa Sally semakin hanyut dalam kesedihan. Dia yang bersembunyi di balik selimut masih memaknai ucapan sahabatnya, bahkan air mata pun tak usai membasahi pipi. Lalu, terdengar sebuah ketukan dari pintu. Sepertinya tak terhitung berapa kali mereka bergantian untuk memanggil perempuan ini. "Sal, lu kenapa? Sejak pulang belum makan, ini gua ada bawa makanan. Lu buka dong!" Luan mulai geram pada tingkah Sally yang tiba-tiba jadi pendiam dan mengurung diri di kamar. 'Sial!' Sally membuka selimut yang sedari tadi menutup tubuhnya. Terdengar bunyi keroncongan tiada henti dari perut. Kedua tangan pun memeluk erat menahan sakit karena lapar, tapi dia sudah tidak tahan lagi. Sally akhirnya menyerah dengan mengangkat tubuh lemas dari atas tempat tidur. Dia bangkit dan mulai berjalan menuj