Ravin mendapati deru napas tak beraturan dari perempuan di hadapannya. Pada awalnya dia mengembangkan senyum bahagia, karena telah berhasil mengerjai perempuan tersebut. Namun, lama kelamaan deru napas itu menggetarkan perasaan. “Hahaha!” Ravin memaksakan sebuah tawa, menarik katup netra Sally terbuka. Didapati wajah kemerahan beberapa centi dengannya. Dia tidak tahu itu ekspresi apa, mungkinkah rasa malu? “Ngapa lu ketawa?” tanya Sally masih gugup ketakutan. “Ha? Lu pikir gua bakal tertarik sama cewek konyol macam lu?” Ravin mengatakan sebuah kalimat yang memantik kembali emosi. “TROSSS? Lu ngapain di atas tubuh gua?” Tangan Sally kembali mencoba menyingkirkan tubuh Ravin. Lelaki itu kemudian terhempas. Sally berdiri sambil bertolak pinggang, sedangkan Ravin masih terbaring setelah d