Ayu duduk di tepi teras, ia menyelonjorkan kedua kakinya. Akibat kejadian kemarin ia memilih untuk diam dan tidak mengobrol dengan siapa pun termasuk David. Jangankan untuk mengobrol berdekatan saja ia tidak mau. Di seberang rumah ada seorang pria keluar dari rumahnya dengan memakai almamater bisa dipastikan itu adalah jas salah satu universitas terkenal di sini. Ayu seketika merasa sedih ia ingin kuliah melanjutkan pendidikannya, merasa dilihati lelaki itu mendekat dan menyapa Ayu.
“Hai, kamu orang baru disini.” Sapa pria yang baik dan hangat. Ayu langsung tersenyum ia mengangguk matanya berbinar seperti mendapatkan teman baru.
“Iya, kamu kuliah?” tanya Ayu dan ia mengangguk.
“Iya, ini baru mau berangkat. Oh ya, namamu siapa? Aku Renold.” Renold memberikan tangannya untuk bersalaman. Ayu menerima tangan itu dan menjawab.
“Ayu.”
“Hm nama yang cantik hehe. Btw aku pamit dulu ya Ayu, nanti setelah pulang kuliah aku mampir kesini. Boleh?
Ayu tersipu malu dan mengangguk. Renold menjauh dan melambaikan tangannya terlihat ia menaiki motor sport dan langsung jalan.
Dari balik pintu David melihat kejadian tadi, cemburu? Tidak hanya saja Ayu kan istrinya jadi kurang pantas seperti itu. David membuka pintunya lebar dan mendekati Ayu. Ayu terkaget seketika bayangan kemarin muncul, bagaimana David menggaulinya dengan rasa sakit. Ayu kemudian bangun dan langsung kabur agar tidak bersama lelaki itu. Ketika Ayu ingin masuk David memegang tangannya.
“Ayu, tadi siapa?” tanya David. Ayu menggeleng.
“Tetangga depan rumah. Anak kuliahan.” Ayu menjawab setelah itu David
melepasnya dan Ayu pun masuk kedalam rumah. David menatap Ayu yang hilang di balik pintu ia punya ide bagaimana kalau Ayu berkuliah saja, mungkin Ayu marah padanya karena belum kuliah.
***
Ayu duduk di pinggir kasur tangannya membuka bungkusan cokelat untuk di makan tak lama David mengetuk pintu yang setengah tertutup dan langsung masuk ia duduk disamping Ayu yang sedang makan cokelat.
“Sabar ya, aku masih mengurus surat- suratmu jika sudah selesai nanti daftar kuliah. Terserah mau di kampus yang mana.” Kata David. Ayu yang memakan 1 keping cokelat langsung melebarkan matanya dan melihat David seketika. Harapan baru muncul dan senyumnya berkembang.
“Benarkah?” tanya Ayu. David mengangguk dan mengusap kepala Ayu.
“Benaran, aku gak mungkin bohong. Aku sudah janji dengan almarhum orang tuamu.”
“terima kasih.” Jawab Ayu senang.
“Tapi nanti aku jadi dosennya ya.”
“Loh kok gitu.” Protes Ayu kaget.
“Biar istriku yang cantik ini tidak di godain lelaki lain hehe.”
Ayu tertawa pelan ia memakan cokelat selanjutnya dan menggelengkan kepalanya.
“Emang bisa jadi dosen?”
“Bisa dong.”
Ayu menganggukan kepalanya seketika suasana yang hening kini menjadi penuh dengan tawa dan canda. David tidak sampai hati menyakiti wanita selembut Ayu.
***
Setelah bertemu dengan Ayu dikamarnya David turun ke bawah tepatnya duduk di depan TV sambil mengambil remot, untuk menonton film perang sepertinya Asyik. Selama libur kerja ini ia akan pergunakan untuk leha- leha sebelum berangkat ke Gerogot untuk menyelesaikan pekerjaannya. Seperti biasa netflix menjadi andalannya untuk memilih judul film yang tayang nanti. Setelah dapat film bagus ia mulai berbaring menyandarkan badannya di bantalan kursi sebelah kanan. Tak lama dari itu Ayu turun dari lantai atas ia melihat David menonton. Ayu menuju dapur ia berinisiatif untuk membuat camilan walau hanya biskuit dengan teh hangat sudah cukup. Ayu membuka lemari makanan ia menengok ke sana kemari mencari biskuit atau jajanan yang bisa dimakan, namun yang ia dapat hanya kumpulan mie instan dan juga makanan kaleng. Ayu akhirnya tidak jadi makan biskuit. Tapi ia tidak menyerah, Ayu mengamnik dua bungkus mie goreng setelah itu ia menutup pintu lemari makanan dan meletakan mienya di meja, ia segera menuju ke kulkas dua pintu dengan sekali hentakan ia membuka kedua pintunya, kulkas ini lagi- lagi hanya penuh dengan makanan siap saji seperti nugget, sosis, spicy wings banyak lagi. Di bagian chiler hanya ada tumpukan makanan sisa restoran bahkan ada yang sampai kering. Ayu menggembungkan pipinya dan membuang nafasnya pelan ia mencari- cari sayuran namun ia hanya dapat sawi hijau sedikit dan sawi putih serta 1 buah wortel. Akhirnya Ayu mengambil ketiga sayuran itu dan ia mencari- cari lagi untuk campurannya, sosis sepertinya enak dicampur mie. Ayu tersenyum ia menengok sedikit ke arah David menonton ia kemudian menutup pintu kulkas dan berbalik ke meja di mana mie sudah menunggu untuk dimasak.
Tangan- tangan lihai itu dengan jeli memotong sayuran yang sudah di cuci setelah itu ia meletakannya di situ, tak lama ia mengiris menyerong sosis hingga selesai. Ayu merebus setengah masak mie itu dan akan dimasak lagi dengan sayuran seperti mie goreng ala- ala solaria. Setelah semua selesai ia mengambil wajan dan menuangkan minyak panas tak lupa ia menumisnya dengan bawang putih biar lebih wangi.
Dari tempat David ia mencium aroma masakan dan itu membuat perutnya merasa lapar. David bangun ia menengok ke arah dapur ternyata Ayu sedang serius memasak menumis sesuatu.
“Yu, masak apa?” tegur David. Ayu kemudian menengok sambil memasukkan mie sosis dan bumbu mie ke dalam wajan.
“Mie goreng, Abang mau? Tunggu ya.”
Jawabnya sambil tersenyum.
Senyumannya sangat manis sekali. Pemasaran dengan buatan Ayu akhirnya Dsvid beranjak dari sofa dan mendekati Ayu ia bersebelahan. David melihat Ayu sedang merasakan bumbu masalannya dengan jari telunjuk. Ayu melebarkan matanya pertanda enak.
“Enak?” tanya David dan Ayu mengangguk antuas karena masakannya enak. David mengambil jari yang habis merasakan bumbu tersebut dan diletaka di mulutnya di isapnya dengan lembut.
“Hm enak.” Jawab David sambil melepaskan tangan Ayu. Ayu langsung mematung sejenak ia terdiam dengan kelakuan David. David tertawa pelan dan kembali ke tempat duduknya. Ayu merasakan jantungnya berdekat cepat ia salting melihat belakang David saat meninggalkannya. Ayu memegang dadanya sambil fokus mencari di mana letak piring.
Ayu meletakan kedua piring berisi mie goreng dan dua es teh di meja depan televisi. David segera memperbaiki posisinya.
“Uh enak sekali.” Puji David saat melihat penampilan mie yang begitu menggugah selera. David mengangkat piringnya dan makan namun Ayu menegur.
“Duduk saja di bawah piringnya letakan di meja, nanti jatuh jika diangkat begitu.” Ujar Ayu. David menurut ia duduk di bawah dan meletakan piringnya di meja seperti semula. Dengan fokus menonton ia mula menyendok mienya dengan garpu. Sungguh nikmat sekali begini karena David sebelumnya tidak pernah begini bersama istri pertamanya. Di sana ia hanya dijadikan sapih perah untuk menghasilkan uang. Ayu duduk disamping David dan ikut menyanrap makanannya.
Duar...
Sontak keduanya terkaget David lekas berdiri dan membuka pintu depan, pantasan petir karena langit tampak mendung dan gelap padahal baru jam 11 siang. Sepertinya akan hujan besar atau deras nanti. David menutup pintunya kembali dan duduk seperti semula.
“Ada apa di luar? Tanya Ayu.
l
“Mau hujan pantasan gelap.” Ujar David. Ayu berdiri menyalakan lampu biar tidak gelap. Tak lama terdengar suara gemuruh hujan yang turun menyentuh atap.
Cuaca seperti ini makan mie dan menonton adalah hal terbaik. Setelah selesai makan Ayu membereskan bekasnya dan lekas di cuci piringnya agar tidak menumpuk. Oh ya, jika kalian bertanya di mana yang lain maka jawabannya mereka sedang keluar hingga menyisakan David dan Ayu saja di rumah. David mendatangi Ayu dan meletakan gelasnya terakhir.
“Dingin.” Kata David ia memeluk Ayu dari belakang dan Ayu tertawa pelan.
“Iya.”
“Maaf ya, kalau kemarij buatmu sakit. Kamu gakpapa kan?” Tanya David. Ayu yang sudah lupa kini teringat lagi dan merasa gelisah ia melepas pelukan David dan tersenyum pelan saja.
“Aku sudah lupa hehe, tapi di ingatkan lagi. Gakpapa kok.” Ayu segera pergi menuju ke kamarnya.
Cuaca hujan begini adalah hal yang disukai Ayu karena udaranya sejuk. Ayu membuka pintu balkon kamarnya dan hawa hujan menerpa badannya, seketika ia teringat di kampung halamannya dulu kalau hujan begini Ibu membuatnya teh hangat dan roti.
“Ibu, Ayu rindu.” Senandung lara di pucuk bibir Ayu. Ayu menitikan air mata seperti hujan menitikan air di atas bumi. Ia rindu akan kedua orang tuanya banyak kata andai di dalam dirinya saat ini. Ia membiarkan tubuhnya diterpa biasan air hujan menyentuh kulit indahnya dan udara yang memeluk dirinya saat ini. Ayu menutuo matanya membayangkan hari di mana ia bahagia bersama kedua orang tuanya saat itu andaikan ia mati hal yang ingin ia putar adalah dimana ia bertiga lengkap dengan ibu bapaknya.