"Maaf bu, Randu telat. Tadi lihat Sonja tapi dia sudah naik ojek online." Lapor Randu pada sang ibu. Dia kehausan setelah tadi mencari Sonja, beruntung Debby dengan sigap memberikan air mineral padanya.
"Ya wis ra popo. (Ya sudahlah tidak apa-apa.) Tapi ibu belum ucapkan terima kasih Ndu, nanti kalau adikmu sudah bisa keluar dari rumah sakit, antar ibu ke rumah Sonja ya."
"Ndu, bukankah kalian satu gedung? Besok kamu kan bisa ajak Sonja ke mari after office hours." Debby mengingatkan Randu.
"Aah iya, benar. Kok aku bisa lupa. Terima kasih sayang udah ingetin aku." Kecup sayang Randu di kening Debby.
"Besok biar Bintang telpon Sonja dulu bu." Usul Randu diiyakan oleh Bintang dan Lies.
***
"Sonja, nanti kalau jam kantor sudah selesai tolong datang ke rumah sakit ya. Ibu mau ketemu kamu. Kemarin kata ibu belum sempat bilang makasih ke kamu loh karena udah menolongku. Ibu juga bawain kamu oleh-oleh, belum sempat dikasih kan kemarin? Ke sini ya.. Ya... Please..." Bujuk Bintang di telepon keesokan paginya.
Sonja memijit keningnya. "Entahlah Bintang, aku gak janji ya. Tanganku yang kiri belum bisa digerakin optimal nih jadi kerjaanku akan sedikit terhambat. Salam buat ibu saja ya." Bukan tanpa alasan Sonja merasa enggan ke rumah sakit, dia tidak mau melihat kemesraan antara Randu dan Debby. Bikin sakit hati saja. Sudah tangan sakit, masih pula ditambah sakit hati. Siapa pula yang mau kan?
"Yaah kok gitu? Eeh Sonja ini ibu mau bicara denganmu." Bintang memberikan gawai ke ibunya.
"Halo Sonja, maaf kemarin tante sampai lupa mau bilang terima kasih. Ini tante juga bawa banyak oleh-oleh buatmu loh. Nanti tolong sempatkan mampir ke rumah sakit ya nak. Kamu kan satu gedung kantor sama Randu, nanti biar ke sini bareng Randu saja." Sekarang suara lembut penuh permohonan dari Lies terdengar di netra pendengaran Sonja.
"Tapi tante, bukannya Sonja tidak mau hanya saja karena tangan Sonja yang masih sakit begini, pekerjaan jadi terhambat." Dia harus segera memikirkan sebuah alasan yang masuk akal untuk menolak permintaan Lies. Lah alasan utamanya agar tidak bertemu Randu di rumah sakit, kok malah disuruh berangkat bareng.
"Oalaah gitu toh, maaf ya nduk semua karena kamu menolong Bintang sampai tanganmu terluka begitu. Semalam ibu yang kalian tolong itu datang ke mari, dia cerita bahwa kamu dengan berani menolong Bintang, bahkan sampai membuat tanganmu terkena sabetan pisau. Tante jadi tambah gak enak nduk. Kalau begitu nanti kalau Bintang sudah sembuh tante akan mampir ke rumahmu saja ya. Sekalian bertemu dengan bapak ibumu, orang tua hebat yang sudah melahirkan anak hebat sepertimu." Puji Lies.
Apaaa?? Ke rumah? Ngapaiiin?
"Eh tante, gak perlu. Saya di Jakarta kontrak rumah bersama sepupu. Kalau bapak dan ibu saya tinggal di pinggiran kota tan, di Cinere. Jauuuh dan macet. Nanti ya saya sempatkan untuk mampir ke rumah sakit." Akhirnya mau tak mau, Sonja berjanji untuk mampir ke rumah sakit, daripada Lies nekat ke rumahnya di Cinere.
"Baiklah nduk, tante tunggu ya." Panggilan itu terputus. Sonja menghela nafas panjang. Bingung harus bagaimana.
***
"Kenapa mesti bingung sih? Tante Lies kan cuma minta kamu mampir, gak akan dilamar juga kali." Saat makan siang di kantin, akhirnya Sonja bercerita pada Mya. Di lantai teratas adalah food court dan juga tempat parkir. Jika sedang malas dan waktu yang terbatas, Sonja dan Mya selalu makan di sini.
"Gak gitu juga Mya. Aku tuh malas ke situ, ntar harus ketemu Randu ama Debby. Kan kesel. Mereka pamer kemesraan di depan mata. Remuk hatiku." Jawab Sonja sambil mengaduk-aduk capcay goreng yang dipesannya tanpa minat. Hilang sudah selera makannya karena memikirkan harus melihat Randu bermesraan dengan Debby.
"Kenapa mesti kesel? Kamu males ya lihat Randu mesraan sama Debby? Cemburu?" Tebak Mya, yang sudah tahu isi hati sepupunya itu.
"Memangnya kamu mau gitu, lihat cowok yang kita suka tapi mesraan sama cewek lain? Enggak kan?" Sonja kesal bukan kepalang karena Mya malah memojokannya.
"Gitu kok ribet sih neng? Datang aja pas Randu ama Debby gak ada di situ. Gampang kan?" Sambil tetap mengunyah, Mya mengutarakan idenya.
"Aah iyaa... kenapa gak terpikir ya? Eeh tapi gimana caranya?" Tanya Sonja polos.
Mya meletakkan sendok di piringnya dengan anggun, menatap usil ke arah sepupu yang lebih mudah lima tahun itu.
"Cara yang bikin malu nih, kamu telpon Randu dan tanya jam berapa dia ada di rumah sakit. Kalau dia balik nanya kenapa mau tahu, jawab aja, karena aku gak mau liat kamu berduaan Debby di depan mata."
"Mya!! Yang bener dong kalau kasih saran." Tentu saja Sonja menolak mentah-mentah ide itu. Mau ditaruh mana wajahnya coba?
"Haha kan namanya juga cara yang bikin malu. Satu lagi, kamu kan bisa telpon Bintang tanya ajake dia, Randu dan Debby ada di situ atau enggak. Beres kan? Hidup itu udah ribet neng, jangan tambah dibikin ribet deh." Mya memberikan saran yang logis.
"Malu juga, Mya. Eeh tapi ada cara ketiga yang paling mungkin dilakukan loh dan tidak membuatku malu." Pekik Sonja dengan semangat.
"Apa tuh?" Mya menatap Sonja dengan curiga.
"Kamu tolong tanyain Randu dong, schedule dia hari ini. Jadi aku bisa sesuaikan hehe..." Sonja tersenyum senang dengan idenya itu.
"Hmm... sudah kuduga itu tapi okeh, kutelpon dulu ya Randu."
Segera saja Mya menelpon Randu. Tidak butuh waktu lama, Randu sudah mengangkat panggilan telepon Mya.
"Tumben nelpon, ada apa?" Tanpa basa-basi, Randu langsung saja menembak maksud Mya menelponnya.
"Yaelah galak amat Ndu, cuma mau nanya, lu hari ini ke rumah sakit jam berapa?"
"Gak tahu, ntar sorean gue ada meeting di luar, di tempat klien. Kenapa?"
Mya melihat ke arah depannya dengan usil. Sebenarnya dia ingin berterus terang, tapi tidak tega melihat wajah polos Sonja yang menunggu kabarnya.
"Nyokap lu kan lagi datang, gue kepikiran untuk ketemu, udah lama gak ketemu ama Tante Lies, pasti bawa banyak oleh-oleh kan? Oke Ndu, thank you ya infonya. Tiati." Mya mematikan ponselnya dan diletakkan di atas meja.
"Dah denger sendiri kan? Randu ada meeting di luar kantor ntar sore. Kamu bisa ntar langsung aja jam lima cabut dari kantor." Informasi dari Mya membuat Sonja mengangguk-angguk tanda mengerti.
"Makasih Mya sayaaang...! Luph you!" Sorak Sonja dengan girang.
Apa sih? Jijik tahu."
***
Jam lima tepat, Sonja sudah beberes meja kerjanya dan sudah pesan ojek online. Mya memastikan sekali lagi bahwa Randu sedang meeting di kantor klien. Beruntung dia pesannya ojek motor, karena di hari Senin sore, seperti biasa jalanan super macet. Jakarta yang biasanya macet akan semakin parah macetnya saat hari Senin dan Jumat apalagi jika ditambah hujan turun.
Tapi saat ini, Sonja sudah bisa tersenyum simpul karena sedang mengobrol dengan Lies dan Bintang. Mya benar, Randu tidak ada. Berarti dia masih rapat kan?
Tapi dugaan Sonja salah. Randu datang hanya selang dua puluh lima menit darinya. Beruntung Randu datang sendirian, hingga Sonja tidak perlu melihat adegan mesra antara keduanya.
"Bu..." Randu mencium khidmat punggung tangan ibunya. Mendekati brankar Bintang dan mengecek kondisi adik satu-satunya itu. Terakhir dia tersenyum lebar saat melihat Sonja.
"Hai, tadi aku sempat mampir ke kantormu loh. Kata Mya, kamu sudah duluan ke sini. Padahal kupikir kita jalan bareng saja karena tanganmu kan masih sakit tuh."
"Euum... iya maaf Pak, tadi langsung saja ke sini." Jawab Sonja kikuk.
Sayangnya kebahagiaan Sonja tidak bertahan lama, karena setelah magrib, Debby datang dan sekali lagi sambil membawa kudapan untuk calon ibu mertua. Kembali Sonja merasa minder dan kesal bukan kepalang melihat Randu bermesraan dengan Debby, lagi, di depan matanya. Dia ingin pulang tentu saja. Hanya Lies saja yang menyadari perubahan sikap Sonja saat berada di dekat Randu. Jadi tambah ceroboh dan kikuk.
"Maaf semuanya, saya pamit dulu. Sudah malam. Saya pulang dulu tante." Sonja mencium punggung tangan Lies, tanda hormat. Kemudian pamit ke Bintang yang melihatnya dengan kecewa. Tapi Sonja tidak peduli. Dia hanya ingin segera menghilang dari tempat itu.
Lies tahu ada sesuatu di hati Sonja untuk Randu. Cinta tak terbalas.
"Ndu, mbok ya anterin Sonja sampai rumah kontrakannya. Sudah malam ini."
"Tapi bu.... Debby gimana?"
"Lah ya gak gimana-gimana toh. Debby bawa mobil sendiri kan?" Tanya Lies penuh penekanan.
"Iya bu."
"Tuh kan, Debby nanti bisa pulang sendiri saja. Sekarang kamu tolong anter Sonja ya sampai rumahnya. Dengan selamat tanpa kurang suatu apapun." Titah Lies, yang hukumnya wajib bagi Randu.
"Iya bu. Aku susulin Sonja dulu ya sayang. Kamu nanti hati-hati di jalan." Pamit Randu pada Debby.
Bergegas Randu mencari Sonja, yang memintanya mengantar Sonja adalah ibunya. Yang berarti dia akan turuti selama itu tidak melanggar agama.
"Sonja!" Teriaknya, agar Sonja dengar. Dan memang dengar karena Sonja kemudian berbalik badan dan melihat Randu sedang berlari kecil ke arahnya.
"Mau pulang kan? Kuantar ya..." Tawar Randu dengan lembut. Selembut hati yang Sonja pasrahkan pada Randu. Kelak, hati yang lembut itu akan mengeras, sekeras batu, juga karena Randu.
***
Yee.. bentar lagi masuk konflik pertama ya.