Sekolah Baru

1427 Kata
  Setelah 3 hari tidak melakukan apa-apa, dan hanya menghabiskan waktu dirumah bersama Gisel, Ella meminta untuk kembali bersekolah, namun di sekolah lamanya, dan dia akan menginap di panti atau ngekost. Jelas permintaan konyol Ella ditantang semua orang rumah. Terlebih Kenzo, yang ngotot agar dirinya dan Ella bisa satu sekolahan. Suasana pagi di meja makan kali ini begitu tegang. Ella yang keras kepala karena tidak ingin pindah, papa dan mamanya yang gak mau pisah dengan Ella, walau hanya semingguan, dan Kenzo yang ngotot agar mereka disatukan satu sekolah. "Baby, satu sekolah sama aku aja ya!" Kenzo memasang wajah memohon. Ella masih belum menolehkan wajahnya kearah Kenzo. Tatapannya masih terfokus kearah piringnya, yang baru saja diisi nasi goreng oleh Khafi. "Kalau Karin ngotot masih mau sekolah ditempat lama, mungkin kakak juga mutusin buat tinggal bareng kamu disana sayang" ucap Khafi kalem. "Mama sama papa juga!" ucap Gisel antusias. Ella yang mendengar itu semua hanya menghembuskan nafasnya pasrah. Ya gak mungkin dirinya merepotkan orangutanya hanya karena dia tidak ingin pindah sekolah. "Yaudahlah, Ella pindah aja" ucap Ella pasrah, yang membuat sorakan bahagia disekelilingnya. ^^^ Pagi ini semua orang tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Beda hal dengan yang Ella lakukan. Saat ini, gadis itu sedang duduk disofa ruang keluarga, menunggu Kenzo selesai mandi, dan mungkin juga sarapan nanti. Berkali-kali Ella mengetukkan jari-jarinya di atas meja, karena kesabarannya semakin menipis. Berkali-kali juga Ella melirik kearah jam tangaannya, ataupun jam yang berada didinding. "Loh sayang, kok belum berangkat sekolah?" Thomas baru saja naik kelantai atas, dan mendapati Ella yang tampak bosan diposisinya. "Kak Kenzo tuh Pah. Ella gak bisa berangkat sendiri aja ya?" ucap Ella merengut. "Kenzo masih belum selesai?" Thomas tampak terkejut. Pria paruh baya itu hanya geleng-geleng kepala melihat kebiasaan jelek Kenzo. "Papa kira, papa yang paling telat bangunnya. Dasar memang Kenzo ini. Yaudah, berangkat bareng papa aja yuk sini!" ujar Thomas menenangkan putrinya. "Karin berangkat bareng Khafi aja Pah!" sahut Khafi saat baru keluar dari kamarnya. "Eh enggak-enggak! Karin itu satu sekolah sama aku, jadi ya dia berangkat bareng aku, titik!" teriak Kenzo melangkahkan kakinya terburu-buru kearah Ella, kemudian menarik lembut tanggan Ella untuk turun kebawah. Sesampai ditangga paling bawah, Kenzo langsung saja membawa Ella menuju garasi, tidak memperdulikan mama mereka yang lari tergopoh-gopoh membawa roti isi kepada Kenzo. "Zo, makan dulu ini! Kok main pergi aja sih?" ujar Gisel dari arah pintu utama. "Enggak ahk Ma. Kenzo makan disekolah aja!" balas Kenzo teriak, karena jarak mobilnya yang saat ini memang terpakir paling depan, agar bisa langsung keluar, tanpa menunggu kedua kakaknya dan papa mereka. Kenzo membukakan pintu penumpang untuk Ella. Setelah itu, Kenzo memutari mobilnya untuk masuk kepintu pengemudi. Ella yang baru saja masuk kedalam mobil langsung memakaikan seltbeltnya, dan ia melihat Kenzo baru saja menutup pintu mobil. Ella memandang kearah pintu utama rumah mereka, disana tampak mamanya Gisel sedang marah-marah sambil melihat kearah mobil yang ditumpanginya. Ella tersenyum sedikit, ia merasa seperti sedang bermimpi. Tidak pernah dirinya berani memimpikan akan punya keluarga yang lengkap seperti ini. Ella harap, ini akan menjadi moment yang abadi. Cup Ella merasakan kecupan berada dikening kirinya. Ia melihat kearah tersangka yang menyengir lebar hingga menampakkan gigi-gigi putihnya. "Morning kiss kakak hari ini" terang Kenzo nyengir. Perjalanan merekapun berlanjut. Jarak sekolah dengan rumah mereka hanya bekisar 20 menit jika sedang tidak macet. Selama diperjalanan, Kenzo selalu memberikan arahan kepada Ella agar tidak berteman dengan sembarangan orang, atau jika Ella tidak mengerti dengan pelajarannya, Ella bisa langsung menghubungi Kenzo untuk bertanya. Ella yang mendengar semua penuturan Kenzo hanya memutarkan matanya malas. Emang Ella itu anak kecil ya, sampai gak bisa membedakan mana orang yang benar-benar tulus, dan mana yang enggak. Selama perjalanan hidup Ella, banyak hal yang dia pelajari dari pengalaman-pengalamannya, termasuk salah satunya yaitu berurusan dengan orang yang tulus ataupun enggak. Walaupun Kenzo yang lebih tua 2 tahun dari Ella, tapi Ella yang memiliki paling banyak pengalaman mengenai cara menghadapi orang-orang yang berbeda. Sesampai disekolah mereka, Ella memandangi seluruh bangunan yang mengelilingi tempat parkir. Benar-benar berbeda 100% dengan sekolah lama Ella. Ini bahkan lebih luas dibandingkan lapangan sepak bola. Kenzo mengajak Ella untuk menemui kepala sekolah mereka, untuk informasi bahwa Ella akan bersekolah mulai hari ini. Kenzo menduduki kelas 3, sedangkan Ella masuk kekelas 2. Ella dan Kenzo itu terpaut umur 2 setengah tahun, namun karena kepintaran Ella, Ella bisa melangkahi kelasnya. "Selamat pagi pak. Ini adik saya Karina. Dia akan mulai berskolah hari ini!" terang Kenzo dingin kepada Bram, kepala sekolah mereka. Bram tampak gugup hanya mengangguk mengiyakan. Bram menyuruh mereka berdua untuk duduk dulu, karena ada beberapa dokumen yang membutuhkan tanda tanggan Ella. Selama kegiatan itu berlangsung, tatapan Kenzo sama sekali tidak meninggalkan gerak-gerik Ella dan Bram. Tentu saja hal itu membuat Bram semakin gugup. Masalahnya itu ada pada keluarga Kylie. Semua orang mengenal keluarga itu sebagai keluarga yang bengis kalau sedang berhadapan dengan musuh. Mereka tidak akan pernah menutupi ketidaksukaan mereka, sehingga semua orang akan takut jika berurusan dengan kelurga mereka. Bram tentu saja tidak ingin ada masalah yang melibatkan dirinya dengan keluarga Kylie. Bisa berabe jika sudah berurusan dengan keluarga itu, apalagi saat ini sedang menyangkut kepada putri satu-satunya keluarga Kylie. Ella menyerahkan berkas-berkas yang diberikan kepala sekolahnya setelah selesai ditanda tanganin. Ella menaikan salah satu alisnya melihat kegugupan yang terpampang jelas di wajah Bram. "Bapak baik-baik saja?" tanyanya kawatir. Bram melirik kearah Kenzo yang saat ini masih belum menunjukan raut apapun selain tatapan datar dan dingin. "Saya baik-baik saja Karin. Terimakasih telah bertanya. Kamu akan masuk kekelas 2Ipa ya, nanti saat kalian keluar dari ruangan ini, sudah ada guru yang menunggu dipintu depan". Ucap Bram sedikit tenang. "Nama guru itu adalah Ibu Raisa, beliau yang akan menjadi wali kelas kamu nanti. Semoga betah ya bersekolah disini!" Bram menyalam Ella, dan dibalas Ella dengan tersenyum. Ella sebenarnya tau, bahwa sedari tadi gerak-gerik Kenzo seperti mengancam. Tidak ingin membuat sang kepala sekolah ketakutan, Ella berusaha lebih ramah. Cukup dulu dirinya yang hobby untuk mengancam para kepala-kepala sekolahnya. Seperti yang disebut Bram, Ella mendapati seorang guru cantik namun terlihat judes sudah berdiri didepan ruangan kepala sekolah. Setelah aksi perkenalan singkat, Raisa mengajak Ella untuk masuk kekelas barunya, karena bel sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Ella mengikuti langkah Raisa dari belakang menuju lantai 2, setelah berhasil mengusir Kenzo dari sisinya. Kenzo keterlaluan karena secara tidak langsung sedang mengancam Raisa, yang untungnya Raisa tidak terlalu ambil pusing dengan sikap siswanya yang satu itu. Raisa dan Ella memasuki ruangan kelas 2Ipa2, dimana letak kelasnya berada paling ujung koridor dilantai 2. "Tolong waktunya!" ucap Raisa dingin, dan mampu mendiamkan suasana kelas yang tadinya masih ribut. "Kita punya teman baru saat ini. Silahkan perkenalkan dirimu nak!" ucap Raisa. Ella maju selangkah, kemudian memandang sekelilingnya dengan seksama, berusaha menilai secara singkat. "Perkenalkan saya Ella Melodina, kalian bisa panggil saya Ella atau Melo. Saya pindahan dari SMA Nusantara Malang. Trimakasih" ucap Ella singkat,padat, dan jelas. Raisa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya singkat setelah mendengar perkenalan Ella. Raisa kemudian menyuruh Ella untuk duduk dibangku kosong yang berada paling belakang, tepat disamping seorang gadis tomboy. Ella kemudian menarik bangkunya pelan, dan duduk setelah itu. Ia memandang kesampingnya sebentar, melihat teman sebangkunya yang saat ini tidak memperdulikan lingkungannya, dan memilih tidur menghadap dinding. Tidak ingin ambil pusing, Ella melihat kedepan kelas. Disana tampak Raisa sedang memberikan arahan, dan perintah kepada ketua kelas untuk mengambil buku dari perpustakaan karena guru yang bersangkutan pada mata pelajaran saat ini sedang tidak hadir. "Hai, aku Renda!" seorang gadis mungil memperkenalkan dirinya, yang saat ini duduk tepat dibangku depan Ella. Ella tersenyum sebelum menjawab. "Aku Ella!" ucapnya singkat. "Aku tahu, kan kamu udah bilang tadi" Renda cekikikan setelah mengucapkan itu. Ella yang melihat cekikan Renda hanya tersenyum samar. Begini amat ini orang, pikirnya. "Itu yang disamping kamu namanya Fanny. Fanny itu emang begitu, cuek sama sekitarannya. Tapi dia baik kok, hobbynya emang tidur dan berkelahi" jelas Renda panjang lebar, dan Ella hanya menganggukan kepala tanda mengerti. "Kalau boleh Tanya, kamu kenapa pindah kesini? Maaf ya, aku emang agak sedikit kepo" Ella tidak langsung menjawab, salah satu alisnya naik keatas. "Aku pindah kesini. Dan mau gak mau, aku juga harus bersekolah disini". "Oh begitu ya. Tapi maaf ya sekali lagi, tadi kamu bilang pindahan dari SMA Nusantara Malang. Bukankan sekolah itu terkenal,," Renda membuat tanda kutik pada jari-jarinya. Ella yang mengerti arti perkataan Ella justru tersenyum miring. Wajar semua orang mengenal seperti itu, dan Ella tidak akan mengklarifikasi. "Kamu benar. Trus masalahnya dimana?" sungguh, Ella sebenarnya tidak ingin menanggapi dingin seperti ini, tapi entah bagiaman ucapan itu terdengar dingin ditelinganya. Renda menggaruk kepalanya yang Ella yakin itu tidak gatal. "Maaf!" ucap Renda merasa bersalah. Ella hanya tersenyum maklum.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN