Takk! “Aw!” Nara refleks membuka mata dan menyentuh dahi. Tatapan kaget dan tak menyangka ia tujukan kepada sang paman yang merupakan pelaku utama penyentilan tersebut. “Kenapa Paman menyentil dahiku?” Sehun mengangkat bahu tak acuh. “Your punishment.” Nara melongo. Mulutnya meloloskan gelak tak percaya sesaat kemudian. Tangannya pun mengusap dahi yang masih terasa sakit akibat perbuatan Sehun. Lisannya gatal sekali ingin berujar, tapi ia tahan sekuat tenaga. Alih-alih memprotes tindakan tak menyenangkan sang paman, Nara memilih untuk menggigit bibir. Menahan diri dari rasa kesal yang menyergap benaknya. Namun, tatapan dan raut wajahnya tak bisa berbohong. “Kau tidak mau protes seperti biasanya?” Sehun bertanya. Senyum menyebalkan terpatri jelas di wajahnya ketika melanjutkan, “Padahal