l i m a b e l a s

1553 Kata
Pagi ini Daffa sulit sekali dibangunkan, Nara sampai harus menepuk-nepuk pelan pipinya agar bocah tersebut segera bangun. "Daffa sayang bangun yuk?" Daffa masih memejamkan matanya, sambil mengeratkan pegangannya diguling kesayangannya. "Daffa masih ngantuk bunda, nanti aja ya?" "Hei anak bunda sayangg, hari ini bunda mau kerja lho. Dedek mau ikut bunda gak?" Mendengar apa yang baru saja Nara ucapkan membuat Daffa seketika membuka mata. "Bunda kelja?" "Iya dek bunda kerjaa, makanya ayo dedek bangun biar nanti dedek ikut bunda ke sekolah yuk!" Dengan sedikit malas-malasan Daffa bergerak bangun dari tempat tidur sambil menaikan kedua tangannya-minta gendong- ke Nara. Pun Nara menyambut uluran tangan Daffa, lalu membawa anaknya ke kamar mandi. Selesai mandi Nara memakaikan minyak telon, bedak bayi juga parfume. Hari ini Daffa tampak stylish sekali. Dengan kemeja berwarna biru pudar dengan kaus polos berwarna putih sebagai dalamannya serta jeans pendek berwarna merah membuat anak itu terlihat seperti model-model yang ada televisi. Belum lagi jam tangan berwarna senada dengan jeansnya, membuat Daffa semakin terlihat tampan diusia nya yang masih 3,5 tahun. Selesai memakaikan Daffa sepatu, kini gantian Nara yang sedang mandi dan berpakaian. Setelah itu Dela menyusulnya. Setelah mereka bertiga selesai berpakaian, mereka langsung memutuskan untuk segera berangkat ke rumah sakit Siloam. Rumah sakit ini terletak di dekat hotel Ambarrukmo Yogyakarta. Nara Dela serta Daffa berangkat kerumah sakit itu menggunakan jasa mobil online. *** Farhan bangun dari tidurnya setelah handphonenya berdering beberapa kali. Ia menyipitkan matanya ketika nama Bayu lah yang terpampang dilayar ponselnya. Via telfon "Ada apaan bay?" "Lo dimana han?" "Gue di Yogya ini, kenapa emang?" "Wah pas banget bro! Lo main lah sini ke rumah sakit tempat gue tugas!" Farhan menegakan tubuhnya untuk bersender pada kepala ranjang. "Gue sibuk, Yu. Tumben bener sih lo ngajak ketemuan gini hahaha!" "Ya abis kita ga ketemu hampir 6 tahun bro, 6 tahun. Lo gak kangen apa sama gue?" Tanya bayu. "Ogah gue kangen sama lo, nanti yang ada dikira homo lagi gue!" Farhan tertawa. "Najis najis!" Bayu juga tertawa disebrang sana. "Jadi, lo bisa gak ke rumah sakit?" Farhan menimbang-nimbang. "Iya deh gue kesana. Tapi gak janji lama y gue ada perlu sama si Rama soalnya." "NAH GITU DONG! Oke bray, gue tunggu ye! See u om duda!" "Sialan!" Sembur Farhan. Farhan langsung beranjak dari tempat tidurnya, memasuki kamar mandi dan mandi. Selesai mandi ia berpakaian dengan tangan yang sedang sibuk memegang ponselnya sambil mendial nomor Rama. Ia berkata kepada Rama bahwa mereka sebentar lagi akan segera pergi ke rumah sakit tempat bayu bertugas. Satu pesan muncul di ponselnya, ternyata Bayu yang me-Line nya. Bayu Ar-rafiq Rs. Siloam, han. Deket hotel ambarrukmo yo. Gue tunggu, see u om duda kuh Farhan tertawa lalu menajis najiskan Bayu didalan hati. Muhammad Farhan Iye. btw gue bukan duda. Lalu setelah itu tak ada balasan apapun lagi dari Bayu. Farhan langsung keluar dan bertemu Rama. "Tumbenan itu anak ngajak ketemu. Kangen kali ya sama kita?" Tanya Rama saat mereka berdua berjalan di sepanjang lorong kamar dihotel ini. "Iya dia kangen," Farhan terkekeh. "Iya dah. Eh ngomong ngomong gimana soal pencarian kita?" "Dilanjut nanti aja balik dari tempat si Bayu." *** Nur meneteskan air matanya untuk yang keberkian kali pagi ini. Ditemani oleh sahabat masa SMAnya. "Kalo kamu udah gakuat, udah lepasin aja dia. Kamu gak boleh egois dengan nyakitin diri kamu sendiri Nur." Nur menggeleng kuat-kuat. "Aku gamau lepasin Farhan. Aku sayang sama dia. Aku cinta sama dia. Apalagi udah ada Reya sekarang. Aku gamau, Vik." Viko-sahabat masa SMAnya semakin tak tega, direngkuhnya Nur kedalam pelukannya. Lalu mengusap rambutnya yang panjang dengan lembut. "Lepasin Nur, aku mohon..." "Aku gak bisa egois dengan membiarkan hati aku gak sakit tapi membiarkan hati Reya sakit karna perpisahan aku dengan Farhan." "Lagipula aku sayang sama Farhan, vik. Kamu tau itu kan?" Viko mengganguk, "Iya aku tau, tapi dia nyakitin kamu terus. Dia itu cinta sama si jalang itu. Kamu lupa hah?!" "Enggak aku gak lupa. Tapi aku juga sayang sama Farhan, Vik. Apa salah kalo aku mau mempertahankan dia?" "Enggak kamu gak salah kalo dia gak nyakitin kamu. Tapi nur, dia nyakitin kamu, kamu sadar gak sih?" "Aku sadar, tapi biarin aku mencintai dia vik, biarin aku mencintai dia sampai aku sendiri lelah dengan perasaan ku ke dia," Dan dengan begitu viko diam. Ia hanya mempererat pelukannya ditubuh Nur lalu mencium rambutnya dengan sayang. •••• D ela, Nara, serta Daffa tiba di R.S. Siloam setelah menempuh perjalanan menggunakan grab car selama kurang lebih 15 menit. Nara menggendong Daffa turun dari mobil. Daffa mengerjapkan matanya, lalu matanya menyipit saat dirasakan matahari menyilaukan pandangannya. "Bunda kita udah sampe?" Tanya Daffa. Nara mengelus rambut Daffa lalu menciumnya. "Iya sayang kita udah sampe. Daffa turun yuk!" Pun Daffa mengangguk, Nara menurunkan Daffa dari gendongannya. Lalu menggandeng tangan Daffa untuk segera masuk ke dalam rumah sakit tersebut bersama Dela. Seorang laki-laki berkemeja baby pink menghampiri mereka. Chef Dave rupanya. Perawakan lelaki ini tinggi, memiliki mata yang sipit dan alis yang lumayan tebal. Juga rambut yang rapih setiap harinya. "Hei del, udah lama?" Tanya chef Dave. Ia menghampiri Dela lalu bersalaman dengannya. "Baru aja dateng Chef," Dela memutar pandangannya menjadi ke arah Nara, "Dia Nara chef. Yang kemarin saya ceritain itu. Dia yang mau kerja di sekolahnya chef Dave." Chef Dave menatap Nara lama, membuat Nara sedikit kaku. "Kamu mau melamar kerja di sana?" Tanya chef Dave Nara mengganguk, "Iya chef. Saya butuh pekerjaan untuk menghidupi anak-anak saya." Kata Nara. Chef Dave mengangguk paham lalu matanya menatap Daffa yang sejak tadi hanya diam di sebelah Nara sambil matanya mengawasi setiap pergerakan orang-orang dirumah sakit ini. "Ini anak kamu?" "Iya dia anak saya!" Chef Dave tersenyum gemas melihat Daffa, "Kamu ganteng Daff, saya yakin nanti besar kamu akan diperebutkan banyak cewe hahahah." "Dela kenapa kamu gak pernah bilang ke saya kalo kamu punya ponakan se ganteng ini? Kan saya bisa jodohin dia sama anak saya mungkin?" Gurau chef Dave, membuat Dela melempar tatapannya ke Nara. Lalu ketiganya terkekeh. Chef Dave memang duda. Duda keren, sebutannya. Dia memiliki satu orang putri. Dave menceraikan istrinya karna istrinya itu sudah berani menghianati dirinya. "Hahahaha chef bisa aja," Kata Nara. "Oh iya Nara, kamu guru pelajaran apa?" Nara tersenyum, "Kimia, chef." "Bagus. Nanti kamu bawa saja ijazah dan keperluan yang lain. Mungkin lusa kamu sudah bisa mengajar!" Kata Chef Dave. Nara mengganguk paham. Chef Dave menarik tangan Dela, lalu pamit kepada Nara dan Daffa. "Nara saya pinjam dela sebentar ya, kamu bisa melihat-lihat area rumah sakit ini kalau kamu mau. Nanti saya akan kembalikan Dela ke kamu, oke?" Setelah Nara mengangguk Dave segera membawa Dela pergi entah kemana. Nara mendudukan Daffa dikursi ruang tunggu dirumah sakit itu. "Dek bunda kebelet pipis, dedek tunggu sini mau gak?" Tanya Nara. "Bunda lama?" "Enggak kok bunda ga lama, kamu mau disini atau ikut bunda?" Daffa menggelengkan kepalanya, "Enggak bunda. Dedek disini aja, tapi bunda jangan lama ya?" "Iya sayang bunda janji gaakan lama," Nara mengelus rambut Daffa lalu tersenyum lembut. "Yaudah bunda pipis dulu ya, jangan kemana mana ya nak," pesan Nara. Daffa menggoyang-goyangkan kakinya sambil terus menghitung berapa jumlah keramik dilantai yang ia pijaki ini. Sudut bibirnya tertarik seiring dengan gerakan bibirnya yang sedang mengemut permen kesukaannya. *** Farhan dan Rama berjalan masuk ke dalam Rumah Sakit Siloam ini. Farhan berjalan sembari memasukan kedua tangannya disaku celana. "Han! Han!" Panggil Rama. Farhan menoleh lalu mengangkat sebelah alisnya, "ada apaan?" "Itu anak yang kemaren kan?" Farhan sontak menoleh ke arah lorong paling ujung. Disana sudah ada bocah laki-laki yang duduk sambil menggoyang-goyangkan kakinya dan mengemut sebuah permen. "Iya, ngapain dia kesini?" Pertanyaan Farhan tadi langsung membuat Rama menabok lengannya. "Ya mana gue tau, samperin nyok kasian!" Ajak Rama. Pun mereka berjalan menghampiri anak itu. Anak itu-daffa yang dihampiri hanya diam saja. Tapi bibirnya tetap menyungingkan senyuman. "Hai daffa!" Sapa Rama terlebih dahulu. Rama duduk dikursi sebelah Daffa. Sedang Farhan ia berjongkok di bawah Daffa. "Hai om," balas Daffa "Kamu ngapain kesini?" Tanya Farhan sambil menatap Daffa. "Aku temenin bunda," jawab Daffa. "Bunda?" "Iya bundaaa!" "Terus sekarang bunda kamu kemanaa?" Tanya Farhan lagi "Bunda lagi ke toilet om, kebelet pipis katanya," Daffa memajukan bibirnya sambil tangannya membenarkan letak kemejanya yang sedikit melotot. Rama memperhatikan penampilan Daffa dari atas hingga ke bawah, ia berdecak kagum. Ck stylish bat ni bocah. "Bunda kamu ngapain kesini?" Rama kepo rupanya. "Bunda bilang bunda mau kelja lagi," ucap Daffa. Daffa menatap Rama lalu menatap Farhan. Ketika matanya menatap Farhan, entahlah Daffa seperti merasa bahwa sosok laki-laki ini adalah ayahnya. "Bundanya Daffa dokter?" Tanya Farhan hati-hati. Daffa menggeleng, "Bunda gulu, om. Kalau om?" "Wah keren dong bunda kamu! Kalau dokter," Rama menyahut. "Om juga dokter," kata Farhan. Daffa menggerak gerakan kepalanya sebagai tanda bahwa ia sungguh kagum terhadap dua orang didepannya ini. "Om hebat!" Daffa bertepuk tangan lalu matanya berbinar tatkala melihat Nara berjalan mendekatinya. Daffa turun dari kursi tunggu, membuat Farhan buru-buru untuk menyingkir. Farhan memutar balikan tubuhnya, lalu setelahnya detak jantung yang biasanya normal kini tak lagi normal. "BUNDAAA!!" Nara dengan sigap langsung menangkap tubuh Daffa, memeluknya lalu mencium rambutnya dengan sayang. "Maaf ya sayang bunda lama!" "Iya bunda gapapaa," kata Daffa. Nara belum menyadari kehadiran Farhan dan Rama disana. "Lagian tadi aku ketemu sama om-om kacamata lagiii! Itu disanaa!" Daffa menunjuk kearah Farhan dan juga Rama. Untuk beberapa detik Nara terpaku ditempatnya. Ia tak menyangka, masalalu yang sangat ingin dilupakannya malah berdiri tak jauh dari dirinya. Tuhan, tolong tegarkan hatiku..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN