Nara terbangun dan langsung melaksanakan sholat tahajjud. Ia mengambil mukena lalu mengenakannya dalam diam. Gemericik air hujan terdengar mulai membasahi bumi tatkala Nara memulai takbir pertamanya. Sejujurnya, Nara sedih. Sedih sekali. Memangnya siapa yang tak sedih ketika suaminya meninggalkannya tepat di malam pengantin mereka?
Nara tahu jika pernikahannya dengan Farhan bukan berlandaskan cinta. Melainkan karna bunda Fatma yang sudah terlanjur jatuh hati pada Nara ketika beliau bertemu gadis itu beberapa tahun silam.
"Allahu Akbar!"
Luruh sudah tangis Nara. Ia tak kuat, sedih. Hatinya perih sekali.
Ya Allah kuatkan hamba-Mu ini
***
Nur terbangun ketika di rasakan ada tangan yang sedang merangkul pinggangnya dengan posessive. Ia membuka matanya, dan menolehkan kepalanya ke lelaki yang dicintainya.
"Morning, sayang!" Sapa Farhan
"Morning too," balas Nur.
Nur mengulas senyuman manis pada Farhan, membuat Farhan gemas sendiri.
"Kamu ngga nyesel kan?" Farhan memainkan rambut panjang Nur yang tergerai di bahu polosnya.
Nur menggeleng, "Selagi kamu masih tetep ada sama aku, dan selama kamu ga pernah mencintai perempuan itu aku gapapa. Toh, hati mu milikku kan?"
"Selamanya baby, selamanya."
Selanjutnya Farhan mencium bibir Nur dengan agak sedikit tergesa-gesa.
Tepat pukul 10.15 menit Farhan kembali ke hotel yang kemarin di tempatinya dengan Nara.
Ia membuka pintu hotel, dan segera masuk ke dalamnya. Farhan agak sedikit tercengang melihat Nara yang sedang duduk termenung menghadap jendala kamar.
Ia mengangkat bahu, 'bukan urusan saya kan?' batinnya.
Ia melangkah ke ranjang besar itu, mengacak-acak bunga bunga yang ada disana. Membuat Nara kaget.
"Astagfirullah Kakak! Kenapa seperti ini?"
Farhan tersenyum miring, "Bukan urusan kamu," Ia membuka laci nakas dan mengambil sebuah kertas lengkap dengan pulpen dari sana, "Lagipula saya nggak mau kalau di suruh tidur sama kamu. Apalagi pakai bunga-bunga gini, jijik tau gak?"
Nara menunduk, "Maaf kak."
"Gapenting. By the way selama kita nikah saya punya beberapa kesepakatan yang harus kamu tanda tanganin."
"Apa itu kak?"
Farhan menyerahkan kertas itu pada Nara, ia juga sudah menyiapkan matrai 6000. Nara membulatkan matanya setelah melihat isi perjanjian itu. Bagaimana tidak? Isi perjanjiannya adalah ;
1. Selama pernikahan ini dijalankan, baik pihak pertama (Muhammad Farhan) dan pihak kedua (Nara Azzahra) tidak berhak untuk mengurusi masalah dari kedua belah pihak.
2. Pihak kedua tidak boleh menyiapkan keperluan pihak pertama.
3. Pihak kedua harus memberi izin ketika pihak pertama meminta berpoligami.
4. Pihak kedua harus tahu diri dan tahu batasannya dirumah ini.
5. Tidak ada ArT atau sejenisnya. Karna yang akan mengerjakan semuanya pihak ke dua.
"Kok seperti ini, kak?" Tanya Nara.
"Ya memang. Lagipula pernikahan ini bukan karna cinta kan? Saya yakin kamu bisa kan kayak gitu?"
Farhan terduduk di atas sofa sambil meneguk sekaleng soda dingin yang baru saja ia ambil di kulkas kecil di kamar mereka. Matanya menatap Nara yang terdiam.
"Bagaimana Nara?"
Nara mengerjapkan tapi tak urung ia mengangguk. "Iya kak, aku setuju."
••••••