7 bulan kemudian..
Tak terasa ternyata pernikahan Nara dan Farhan udah berjalan kurang lebih 7 bulan. Dan selama 7 bulan ini perlakuan Farhan masih selalu sama kepada Nara. Kasar dan nggak menganggap Nara ada.
Seperti siang ini Nara sedang duduk di sofa sambil menunggu Dela datang, sebab gadis itu berkata bahwa ia akan mampir kerumah Nara siang ini. Katanya sih, ingin membahas laki-laki masalalunya.
"Assalamualaikum!" Itu suara Dela, Nara hapal betul. Nara sedikit berlari ke arah pintu sambil sesekali bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman.
"Waalaikumsalam!" Nara membukakan pintu. Keduanya berpelukan dengan erat. Bahkan Nara sedikit meneteskan air matanya.
"Be strong, Ra." Kata Dela.
Nara mengangguk. "As always." Nara melepas pelukan mereka, lalu membawa Dela masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu. Sedangkan dirinya menyiapkan minuman juga camilan untuk mereka nanti.
"Farhan kemana?" Tanya Dela sambil sesekali bibirnya mengunyah keripik pisang yang ada ditoples di atas pahanya.
"Semalem nggak pulang. Aku nggak tahu dia kemana." Jawab Nara.
Nara datang dari dapur sambil membawa banyak makanan juga segelas jus apple untuk Dela. Ia duduk di sofa sebrang Dela lalu matanya berpendar ke arah kamar yang masih tertutup rapat.
"Semalem nggak pulang. Aku nggak tahu dia kemana." Jawab Nara.
Dela mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. "Gimana hubungan kamu sama dia?"
"Nothing much Del, masih gitu gitu aja."
Dela tersenyum. Ia paham perasaan sahabatnya. Dela menaruh keripik di atas meja lalu matanya menatap Nara dalam-dalam. "Everything's gonna be okay, Ra. Jangan takut. Ada aku."
•••
Nara memuntahkan isi perutnya diatas westafel. Ia mual sekali pagi ini dan Nara tidak tahu kenapa dia bisa seperti ini.Ia memegangi perutnya sambil berjalan tertatih ke arah ranjang. Dirinya duduk sambil mengusap peluh di dahinya.
"Kenapa ya? Kok mual banget, sih?"
Nara mengecek kalender di ponselnya, lalu tiba tiba saja matanya sedikit terbelalak tatkala ia melihat tanggal disana.
Ia telat.
Telat menstruasi lebih tepatnya. Ia mengerjap ngerjap kan matanya. Aku hamil?
"Ah tapi—"
Ia mencoba mengelus perutnya, sambil tersenyum samar.
Ceklek
"Ngapain kamu masih disini? Sarapan di bawah mana?"
Itu Farhan. Ia bertanya ketus dengan Nara. Nara yang sudah biasa diperlakukan seperti itu pun sudah tak apa-apa.
Ia mengulas senyum manis, lalu berjalan mendekati Farhan. "Sabar ya kak. Tadi Nara pusing sekali. Oiya, kakak ingin dibuatkan sarapan apa?"
"Apa saja. Saya tunggu kamu di bawah," kata Farhan. Ia berbalik dan meninggalkan Nara di kamarnya. Nara tersenyum kecil. Ia membenarkan tatanan rambutnya lalu berlalu keluar dari kamar untuk membuatkan sarapan untuk suaminya.
Farhan terkesiap ketika ia merasakan getaran di saku celana bahannya. Jarinya mengusap layar dan menemukan nama Nur di sana.
Nur sayang
Sayang, aku hamil.