Nara menarik napas gusar. Matanya tak henti menatap jam dinding yang tergantung indah di atas televisi 42 inchnya. Nara bingung. Ia tidak tahu kemana perginya Farhan hingga pukul 00.00 pun belum terlihat batang hidungnya. Tangannya mengusap layar handphonenya dan melihat chat yang tadi ia kirimkan ke Farhan.
Nara Az-Zahra
Kak Farhan?
Kamu di mana?
Sent.
Nara sudah mengirimkan pesan itu sejak 15 menit yang lalu. Pesannya belum dibaca sama sekali. Hati Nara semakin ketar-ketir di buatnya. Nara duduk di atas sofa, lalu menarik napas berat. Matanya memandangi jendela kaca yang kini mulai basah dengan air hujan.
Ya Tuhan..
Nara memejamkan mata, merasakan udara dingin yang berasal dari air conditioner di ruang keluarga. Pikirannya berkelana kemana saja. Dari pertemuannya dengan Farhan, hingga akhirnya ia bisa menjadi istri Farhan seperti sekarang.
•••
Farhan membenarkan letak celananya sambil tersenyum manis ke arah Nur. Matanya memperhatikan Nur yang murung di atas ranjang. Dengan hati-hati Farhan mendekati ranjang dan mengusap rambut panjang Nur. "Kenapa sayang?"
Nur menggeleng, kepalanya mendongak ke arah Farhan. "Aku cuma takut."
"Takut apa sayang?" Tanya Farhan. Bibirnya mengecup rambut Nur.
"Takut kamu berpaling. Takut kamu ninggalin aku. Aku takut, Han." Jawab Nur lirih.
Farhan tersenyum kecil. Tangannya mengacak rambut Nur dengan gemas. "Hei, jangan sembarangan gitu, dong!" Farhan mengecup puncak kepala Nur dengan penuh kasih sayang. "Selamanya aku nggak akan cinta sama dia, sayang. Kamu bisa pegang ucapanku."
"Kalau semisal nanti kamu mencintai dia?"
Farhan tertawa, "Sakiti aku."
Nur menghela napas berat. Ia mengusap jari-jari Farhan, "Udah gih sana pulang. Nggak enak sama Nara. Dia kan istri pertama kamu."
"Kamu tetep yang pertama di hatiku, Nur."
"Masa?"
"Iyaa!"
Nur tersenyum gemas, "Udah gih sana!"
Selanjutnya Farhan berpamitan dan pulang ke rumahnya dengan Nara.
••••
Farhan sampai di rumahnya Nara saat jarum jam menunjukan pukul 01.20 dini hari.Ia berdecak pelan kala melihat Nara yang tertidur di atas sofa, bukan karena peduli tapi karena ia risih diperlakukan seperti itu.
"Bangun, Nara!" Nara tidak bergeming. Wanita itu tetap menutup mata membuat Farhan naik pitam. Di guncangnya bahu Nara dengan kencang. Membuat sang empunya bangun dan gelagapan.
"Kak Farhan!" Nara bangkit dari atas sofa, ia menyodorkan tangan ingin mencium punggung tangan Farhan. Tapi Farhan menolak, dan itu membuat hatinya sakit. Nara memaksakan sebuah senyuman, "Baru pulang, Kak?"
Farhan bergumam. Matanya meneliti penampilan Nara malam ini.
Cantik
Farhan melihat Nara dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia sedikit tergiur karna pakaian yang dikenakan Nara.
Nara mengerjapkan mata, "Kenapa, kak? Ada yang salah ya dari pakaian Nara?"
Alih alih menjawab Farhan justru mendekatkan tubuhnya ke tubuh Nara. Ia menarik pinggang ramping milik Nara, sedang matanya menatap bola mata hitam legam itu.
"Saya suami kamu, kan?" Tanya Farhan. Suaranya serak. Nara mengangguk.
Farhan mendekatkan dirinya kepada Nara. Ia mencium rambut Nara, harum vanila. Nara sedikit melenguh ketika Farhan melayangkan bibir penuhnya ke arah leher jenjangnya yang putih bersih.
"Naraaa..." lirih Farhan.
Nara bergumam pelan. Matanya terpejam. Menikmati bibir Farhan yang sedang bermain di lehernya. Farhan sedikit menarik diri, menatap wajah ayu milik Nara yang sedikit memerah akibat ciuman pada leher nya tadi.
"Boleh nggak saya minta hak saya malam ini?" Nara ingin menjawab tetapi mulutnya lebih dulu dibungkam oleh bibir penuh milik Farhan. Awalnya hanya ciuman biasa, namun lama kelamaan ciuman itu semakin menuntut. Farhan menggendong Nara masuk ke kamar, dan menutup pintu itu dengan salah satu kakinya.
***
Pagi ini Nara terbangun dengan tubuh naked. Dia meraba kasur di sebelahnya, kosong. Ia mencoba bangun meski badannya terasa remuk redam. Ia mengeratkan selimutnya kala selimut itu sedikit melorot dari tubuhnya..
Ceklek..
Pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok Farhan yang sudah rapih dengan kemeja biru tua dan celana bahan warna hitam.
Farhan melirik Nara sekilas, "Ngapain masih disini? Kamu mikir saya bakalan nyentuh kamu lagi?" Farhan bertanya sinis. Ia mendekat ke arah sofa, lalu memakai kaus kakinya dengan cekatan.
Nara terkesiap. Ia terlihat kebingungan mengingat tubuhnya yang hanya terbalut selimut putih.
"Kamu kenapa?" Tanya Farhan ketika melihat gelagat aneh Nara.
"Aku-aku bingung."
"Bingung kenapa?"
Nara menunduk. Ia tiba-tiba saja malu. "Tubuhku.."
Farhan menaikkan alis. Ia paham sekarang. Farhan mendekat ke arah lemari, lalu melempar kausnya. "Pakai ini," katanya.
"Ah-"
Farhan berbalik menuju pintu, "Pakai itu. Saya bakalan keluar dari kamar ini." Setelah mengatakan itu, Farhan keluar kamar dan menuju ruang makan. Sedangkan Nara turun dari ranjang dengan agak meringis karna itu nya masih begitu sakit. Ia mengeratkan selimutnya lalu berlalu ke kamar mandi.
Ah, Nara berharap ini adalah awal yang baik.
•••