Pagi ini Nara mencoba menyiapkan sarapan untuk Farhan. Ia membuat nasi goreng sosis kesukaan Farhan sejak pria itu kecil. Dengan penuh ketelatenan, Nara menuangkan nasi ke dalam piring. Tersungging sebuah senyum kecil kala ia berhasil menata nasi goreng itu dengan cantik di atas piring. Nara menoleh ketika dirinya mendengar suara langkah kaki seseorang yang ia yakini sebagai derap langkah kaki Farhan.
Pria itu tampak tampan hari ini. Dengan setelan kemeja merah maroon dan celana bahan hitam ditambah jas dokter yang disampirkan dilengannya membuat Nara hampir tak berkedip jika saja ia tidak mengucap istighfar dalam hati.
"Kenapa kamu ngelihatin saya?"
Farhan menyimpulkan dasinya sendiri. Ia tak ingin Nara yang melakukannya.
"Ah ini enggak kok aku cuma--"
Farhan berdecak, lalu menatap dingin wajah Nara. "Untuk alasan apapun, saya nggak peduli." Setelah menyimpulkan dasinya sendiri, Farhan melangkah ke arah kulkas dan mengambil kunci mobil yang tergantung di atas sana.
Nara menatap Farhan sambil tetap memegangi piring berisi nasi goreng yang tadi di buatnya. Kakinya refleks mengejar Farhan ketika pria itu berjalan menjauh dari dapur dan ruang makan.
"Kak Farhan!"
Farhan menghentikan langkah, tanpa berbalik, ia berkata, "Ada apa? Saya sibuk hari ini. Kalau kamu ada acara, silahkan, saya nggak peduli."
"Bukan itu kak."
"Lalu apa?"
"Tadi Nara bikin nasi goreng untuk kakak, kakak mau---"
Sebelah tangan Farhan terangkat ke atas, lalu menggoyangkannya. "Nggak usah. Saya nggak pernah makan sembarangan."
Farhan meninggalkan Nara yang mematung mendengar ucapannya. Bertepatan dengan suara mesin mobil yang perlahan lahan menjauh, air mata Nara keluar membasahi pipinya yang chubby.
***
Farhan menutup kotak makan yang tadi pagi di kirim Nur untuknya. Ia sangat kenyang hari ini. Dan juga--bahagia. Hei memangnya siapa yang tidak bahagia jika kekasihmu sangat memperhatikan dirimu?
Farhan tersenyum tipis. Tangannya mengusap dagu dengan perlahan. Ah, Nur.
Ceklek
"Sayang?"
Nur berjalan ke arah meja Farhan, lalu menatap pria yang sudah menjadi kekasihnya selama hampir 7 tahun itu dengan penuh cinta.
"Hhmm?"
"Kita hari ini jadikan mendaftar ke KUA?" Tanya Nur.
Farhan tersenyum. Tangannya menarik pinggang Nur dan menciumi rambutnya. "Jadi, baby."
"Tapi bagaimana dengan Nara?"
Farhan membungkam bibir Nur dengan tangannya. "Sutss. Aku nggak mau dengar nama perempuan itu pas kita lagi berdua."
"Kenapa?"
"Aku nggak suka dia."
Nur mengusap rahang Farhan, "Bohong?"
"Nggak."
"Kalau Nara cinta kamu?"
"Aku nggak cinta dia," jawab Farhan.
"Masa?"
"Iya."
"Kamu bisa jamin itu?"
"Bisa."
"Jaminannya apa?"
"Silahkan sakiti aku kalau suatu saat nanti aku cinta sama dia." Jawab Farhan mantap.
•••••