Cerita Jo dan Dinda

1631 Kata
Jo melihat Dinda diantar oleh abangnya ke acara alumni, semua yang melihat kehadiran Dinda langsung histeris. Teman-teman wanita alumni PMI serta merta memeluk Dinda. Mantan ketua himpunan yang penuh dedikasi yang selalu mereka rindukan. Dinda dua periode diangkat sebagai ketua PMI di wilayah mereka. kepandaiannya memimpin menjadi adik-adik angkatannya kagum pada kepiawaiannya memberikan arahan, Jo salah satunya, yang tak lepas memandan Dinda saat acara peresmian anggota baru. “ Masih lanjut ? " tanya Ilham, teman Jo dan Dinda. Sebagian besar tahu hubungan Dinda dan Jodi di masa lalu. Setelah resmi keluar dari PMI. Jo menyatakan cintanya pada Dinda setelah acara usai. Setelah mereka didapuk untuk menyanyikan lagu Heal the world dengan Dinda sebagai volakis dan Jo sebagai gitaris. Jo tak menjawab, ia hanya mengangguk pelan. ia tak bisa menyimpan kecewa di hatinya saat Dinda datang bersama Reyhan. Beberapa hari yang lalu. di rumah Dinda, setelah ibu menyampaikan lamaran untuk Reyhan. Ia dan Dinda sepakat untuk menyatukan cinta yang sempat renggang itu. Dinda mengakui kalau ia tak bisa mmebunuh rasa di hatinya untuk Jo. Reyhan pergi bersama temannya, ia merupakan salah satu donatur tetap organisasi. Dinda mencari Jo yang tengah menikmati makanan ringan di kantor sekretariat. ia datang setelah orang berbuka, karena Reyhan mengajaknya berbuka di sebuah restoran. Ketika bertemu , Jo langsung menodongnya dengan pertanyaan dokter. “ Sudah di minum obatnya ? ” Dinda diam dan dengan ragu menggeleng. Jo meraih tas kecil Dinda dan mengeluarkan bungkus obat yang selalu di bawa Dinda. “ Aku sudah bilang berkali kali Din, jangan abaikan ini ” ungkap Jo tak senang dengan jawaban Dinda. Jo mengambil air minum dan menyerahkan beberapa butir pil ke tangan Dinda. Jo memastikan Dinda meminumnya. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh ketua panitia yang merupakan senior Dinda. “ Sudah ke pelaminan ? kami kok nggak diundang ” bang Anto menepuk nepuk punggung Jo. Dinda dan Jo tersipu dengan godaan teman-teman lain. “ Masih penjajakan ” timpal yang lain. Jo berdiri sambil memercikkan air dari gelas pada teman-teman yang sedang menggodanya. “ Menjajaki apa ? gurun sahara ? lama banget menuju mawadah waromahnya ” Dinda memukul bahu Ratih yang paling tahu kisah masa lalunya bersama Jo. Sementara Jo hanya tercenung, ya..ia merasa seperti menjajaki gunung sahara untuk bisa meraih kata sepakat dari Dinda. Sampai saat ini masih tegar berjalan bersama hatinya yang kering karena menunggu sebuah kepastian, mau dibawa kemana hubungan mereka. Reyhan mendengar gelak tawa itu dari luar ruangan, ia tak dapat menyimpulkan apa yang sedang dibicarakan orang di dalam. Tapi ia sudah dengar kisah masa lalu Jo dan Dinda saat masih berada di organisasi ini. meski ia merasa insecure tapi hatinya sudah bulat untuk berjuang mendapatkan Dinda. Meski tadi saat berbuka, Dinda hanya menanggapi permintaanya dengan senyuman. Perlu analisa lebih tajam dari analisa permintaan konsumen untuk memaknai senyuman Dinda. Ia terlalu banyak menyimpan rahasia dalam hidupnya. Dinda sudah menceritakan kalau saat ini ia mengidap kanker dan sekarang pengobatan ditangani Jo, oleh sebab itu Jo sering menanyakan apakah ia sudah minum obat. Sebagai dokter spesialis penyakit dalam itu memangg gawe Jo membantu Dinda untuk sembuh meski dirinya sendiri tidak tahu bagaimana menyembuhkan hati yang harap harap cemas atas pilihan hidup Dinda. dua adik kakak itu sama sama menanti Dinda menentukan pilihan. sampai saat ini gadis itu memilih untuk tidak memilih. Reyhan sampaikan kalau ia bisa menerima keadaan Dinda. ia akan membawa Dinda berobat kemanapun dan ikut membiayai keluarga Dinda tanpa Dinda harus kuatir dengan anggapan orang. Reyhan memang lebih mapan dari Jo yang hanya sebagai dokter di sebuah rumah sakit pemerintah. Acarapun di mulai, Reyhan duduk diantara para donatur lain, di sisi lain ia melihat adiknya duduk bersama Dinda. Beberapa kata sambutan telah berlalu, hingga giliran Dinda yang menyampaikan sambutannya untuk acara alumni tahun ini. Dua pasang mata itu tak lepas memandang gadis yang sama-sama mereka cintai. Jo teringat kembali saat pertama kali melihat kakak angkatnya itu berdiri di depan anggota baru. Saat itu ia ikut organisasi karena ajakan temannya. Jo yang waktu itu masih labil, tak bisa menentukan arah tujuan hidupnya. ketika ikut organisasi PMI, ia ingin berhenti kuliah di kedokteran. Ia terpaksa ikut keinginan ayahnya yang juga seorang dokter untuk masuk kuliah di fakultas kedokteran universitas swasta karena jurusan yang ia inginkan di universitas negri tidak lulus. dulu, ia menyukai mengutak atik komputer. ia memilih jurusan sistem teknologi informasi. Setelah berdebat panjang dengan papa dan mama, Jo akhirnya pasrah atas saran papanya untuk masuk fakultas kedokteran dan hasilnya ia kuliah dengan malas malasan. Flash Back on “ Baiklah adik adik. kakak harap dengan materi yang disampaikan tadi, adik adik benar tulus untuk masuk organisasi karena ingin menyumbangkan tenaga dan pemikirannya untuk kemanusiaan. Pengalaman di lapangan nanti tidak akan bisa diganti dengan uang. O..ya, adik yang berbaju biru di sudut itu kenapa seperti mengantuk. ayolah bro ! masih pagi ini ” Jo yang sedang memikirkan perdebatannya dengan ibunya kalau ia ingin berhenti kuliah tersentak, ia melihat semua orang melihat kearahnya. ia melihat ketua panitia tengah memandangnya dengan senyuman. Senyuman membuat rasa aneh di hatinya waktu itu. Jo membalas senyuman itu dan kembali memfokuskan matanya pada Dinda. Ya pada Dinda bukan telinganya fokus pada materi yang disampaikan Dinda. Karena keinginannnya tidak dituruti, Jo memilih untuk mogok makan, seharian ia tidak makan. tapi karena terlanjur janji akan menemani Abdul ikut organisasi ia harus menahan rasa lapar itu di ruang pertemuan PMI. Waktu jurit malam, semua anggota baru tengah berbaris di lapangan. Jo juga ikut berbaris di depan api unggun, saat itu Dinda ada di ruang sekretariat sedang menyusun laporan. “ Kak…kak Dinda, ada adik junior yang pingsan ” ujar salah seorang adik angkat Dinda. ia terlihat cemas dan tak lama beberapa panitia mengantarkan Jo yang tengah pingsan ke ruang kesehatan. Dinda ikut memeriksa, ia tertegun menatap wajah imut sang junior. sempat terpikir kalau ia menyukai Jodi tapi ia tepis karena usia mereka terpaut jauh. lima tahun. “ Biar kakak yang temani, kalian lanjutkan saja acaranya ” “ Hati-hati kak, sering baca doa nanti ada setan yang goda kakak. adik ini lumayan cakep lo, nanti tanpa sadar kakak cium” Dinda melempar remasan kertas pada juniornya yang menggodanya. Setelah sepi, ia terus memandangi wajah Jo. Beberapa kali ia menghirupkan minyak kayu putih ke hidung Jo. tak lama kepala Jo menggeliat. “ Kamu nggak pa pa dik ? ” tanya Dinda pada Jo yang sudah membuka matanya. Jo seperti terkejut dengan kehadiran Dinda yang begitu dekat dengannya. dari awal acara ia hanya bisa memandangi Dinda dari kejauhan. “ Aku dimana kak ? ” tanya Jodi sambil mengerjapkan matanya. “ Kamu tadi pingsan ” Dinda membantu Jodi untuk minum teh hangat yang sudah ia buat tadi. “ Gimana sekarang ? masih pusing ? ” Dinda membantu Jodi mengurut urut keningnya. Dinda melihat Jodi memegang perutnya, ia menyadari kalau adik Juniornya itu kekurangan energi. Mungkin karena belum makan. padahal tadi panitia sudah menyediakan waktu untuk makan malam. “ Ikut kakak yuk ” Dinda membantu Jodi berdiri dan memapahnya ke parkiran mobil. Dinda meminta temannya yang bawa mobil untuk mengantarkan Jodi ke klinik. Sepanjang jalan ke klinik Jodi terus menolak untuk pergi ke klinik dan ternyata ia dibawa ke klinik tempat papanya paktek. Dinda terus memaksa, Jodi terpaksa mengikuti. Dinda tidak tahu kalau yang sedang memeriksa Jodi adalah ayahnya sendiri. “ Kenapa dia dok ? ” tanya Dinda setelah Jodi diperiksa. Dokter itu tersenyum dan memandang anaknya yang tengah meringis memegang perutnya. “ O..itu, dia kena penyakit anak kecil. Ngambek akut ” “ Maksudnya ? ” Dinda menatap dokter Hermawan heran. Dokter itu beranjak pada anaknya dan memberikan obat maag yang ia tuangkan sendiri. “ Sudah ngambeknya ? tau kan rasanya sakit maag ” Dinda semakin keheranan. Ia mendekati Jodi dan dokter Hermawan, tanpa diminta, dokter Hermawan menjelaskan siapa Jodi. Dinda ikut tersenyum mendengarkan candaan sang dokter pada anaknya. “ Pulang gih, makan sana. mama sampai nangis nangis karena nggak makan dua hari ” “ Dia mau berhenti kuliah ” bisik dokter Hermawan pada Dinda dan sebelum Dinda keluar ruang pemeriksaan, ayah Jodi sempat berpesan. “ Kalau kamu pacarnya, tolong kasih nasehat sama dia untuk terus kuliah kasihan ibunya yang sejak dua hari yang lalu nangis nangis karena anak kesayangannya mau berhenti kuliah ” Dinda mendadahkan tangannya. “ Bukan pak, saya bukan pacarnya ” tapi Jodi malah pede mengenalkan kalau ia bakal jadi calon pacarnya Dinda. “ Besok jadiannya pa ” Dinda menganggap perkataan Jo hanya candaan. Ia memang selalu ramah pada adik adik juniornya, beberapa diantara dari mereka memang terang teranga menyatakan cinta dan Dinda akan menolaknya secara halus. Makin hari mereka semakin akrab, Dinda menganggap Jo seperti adiknya sendiri. Ia bersikap layaknya kakak yang menasehati sang adik untuk terus kuliah. “ Kau harus mengorbankan egomu untuk mau bekerja keras, bergadang bermalam malam membaca buku ilmu pengobatan itu demi mereka yang membutuhkan ilmumu untuk melanjutkan hidup. Belajarlah Jo, belajarlah dengan cinta ” Jo tertegun dengan kata-kata Dinda, sebelum pergi ke Jogja ia sudah yakinkan dirinya kalau ia akan berhenti kuliah. Ia berdiri di depan Dinda. membelakangi Dinda. “ Aku mau belajar Din, tapi kamu harus menemaniku belajar ” “ Din ? ” Dinda mempertanyakan kata kakak yang hilang dari depan namanya. “ Maukah kau temani aku berjuang meraih cita cita mulia itu…Adinda ? ” Tiba-tiba teman-teman relawan bermunculan di depan mereka. Bayu menggetarkan sinar gitarnya dan memainkan nada Heal the worldnya Michael Jackson. Tapi Jo merubah judulnya di depan Dinda. “ Heal my heart, please ! ” Lagu heal the world, paduan suara teman-temannya mengalun syahdu. se syahdu hati Dinda yang merasakan kehangatan permintaan Jo. sejak awal ia juga menyimpan rasa suka pada adik juniornya itu. Setelah lagu usai, semua orang mendesaknya untuk menjawab tawaran Jo. Sambil sesegukan Dinda mengangguk pasti. Flash Back off Reyhan memperhatikan Dinda dan adiknya yang didaulat untuk menyanyikan lagu heal the world. ia melihat dua orang saling senyum itu, Jodi mantap memetik dawai gitar, sementara suara Dinda mengalun lembut. Reyhan terluka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN