Andini memakai bajunya kembali setelah memuaskan Raihan di atas ranjang. Setelah itu Raihan melempar cek ke arahnya. Ia mengigit bibirnya. Dia sudah seperti lacur sekarang. Bagaimana jika Bagas sampai tau dia jual diri. Andini membawa cek itu dan menyimpannya kedalam tas.
"Ingat di kantor kau akan kujadikan sekretarisku dan siap untuk melayani aku. Kau harus tetap melayani aku sampai kapanpun dan dimanapun sampai aku bosan padamu ingat itu" ucap Raihan lalu beranjak ke kamar mandi.
Andini keluar tanpa menunggu Raihan kembali. Dia segera pergi kerumah sakit. Saat ia sampai disana, tangis Sarah membuat langkah kakinya terhenti. Ia melihat tubuh bapak sudah diselimuti kain putih. Andini berjalan perlahan lalu membuka kain putih itu. Wajah bapaknya begitu teduh dan tenang sekarang. Tidak ada lagi gurat penderitaan yang Andini lihat disana.
"Tidak!! tidak mungkin bapak ninggalin Andini!!bangun pak!! bangun!!! " seru Andini sambil menangis. Ia peluk tubuh bapaknya yang sudah kaku dan dingin itu. Bagas memeluk Andini untuk menenangkannya. Bapak meninggal hari ini. Meninggalkan Andini dalam duka dan lara yang tak bertepi. Siapa yang melindungi Andini selain bapak?
***
Seminggu sudah lewat dari hari kematian bapak. Andini sangat terpukul dan sering melamun baik di tempat kerja maupun dirumah. Uang kematian bapak menghilang entah kemana. Andini sudah tidak peduli lagi. Uang yang Andini terima dari Raihan hanya terpakai sebagian dan ia ingin mengembalikan pada Raihan. Tapi uang itu malah diambil paksa oleh suaminya.
"Mas pinjam sayang. Ini demi bisnis mas sedang mas jalani" paksa Bagas.
"Tapi mas bisnis apa yang kamu jalani? sampai saat ini aku tidak pernah melihatnya? " tanya Andini curiga.
"Mas sedang mengembangkan website sayang. Butuh modal yang banyak. Ini juga demi keluarga kecil kita. Kamu juga mau hamil kan? nanti kita bisa progam bayi tabung kalau sudah ada hasilnya" ucap Bagas berkilah. Andini hanya bisa pasrah dan menurut saja. Semoga saja Bagas tidak membohonginya.
Sarah keluar dengan pakaian lebih seksi dari biasanya. Mata Bagas mencuri pandang melihat ke arah d**a Sarah. Sarah berjalan berlenggak-lenggok menuju dapur. Bagas sampai tak bisa konsentrasi dan mengabaikan Andini.
"Mas kamu lihat apa sih? aku kan daritadi ngajak kamu ngomong? " tanya Andini.
"Nggak ada apa-apa sayang. Maaf kepala mas lagi pusing." jawab Bagas bohong.
"Yasudah ayo kita tidur ini juga sudah tengah malam" ajak Andini.
"Nanti kamu duluan nanti mas nyusul" tolak Bagas. Andini mencium pipi Bagas lalu masuk kedalam kamarnya. Setelah memastikan Andini sudah tidur. Bagas langsung masuk kedalam kamar Sarah. Dia langsung menerjang Sarah dan menghentakkan miliknya di dalam milik ibu mertuanya itu. Sarah hanya mendesah dan melenguh saat Bagas mulai mempermainkan miliknya dengan ganas dan brutal. Sarah juga pandai menservice dan memanjakannya.
"Ahhh Bagas.... ouhhh pelan sttt" desah Sarah. Mereka bercinta sampai satu jam lamanya. Bagas dan Sarah mendapatkan pelepasannya bersama. Bagas lalu tertidur di sambil memeluk Sarah dalam dekapannya.
"Terima kasih sayang. Kamu memang yang terbaik" ucap Bagas lalu mencium bibir Sarah sekilas sebelum tidur.
Saat subuh menjelang tiba-tiba saja Andini terbangun dan tidak mendapati suaminya disampingnya lagi. Sering sekali Bagas seperti ini. Andini keluar dari kamarnya untuk mencari Bagas tapi tidak ada. Bagas keluar dari kamar Sarah membuat Andini terkejut saat melihatnya. Bagas juga ikut kaget saya melihat Andini disana. Rencananya Bagas akan keluar saat subuh dan masuk kedalam kamarnya.
"Mas kamu kenapa keluar dari sana? " tanya Andini curiga.
"Tadi ibu nangis katanya keinget bapak. Mas mana tega ninggalin ibu kamu sedih dan menangis sendirian. Jadi mas nemenin ibu tidur di dalam sampai ketiduran. Maaf ya sayang" jawab Bagas seakan merasa bersalah.
"Betulkah mas? kasihan ibu. Apa dia sudah tidur? " tanya Andini cemas.
"Iya sayang, yasudah ayo kita tidur lagi" Bagas langsung merangkul Andini untuk masuk kedalam kamar.
***
Andini sekarang resmi menjadi sekretaris Raihan. Semua karyawan yang ada di perusahaan mencurigainya karena dia baru masuk bekerja malah dipromosikan jadi sekretaris.
Raihan selalu bersikap semena-mena padanya. Bahkan saat ini Andini belum makan siang. Raihan memberikan banyak pekerjaan yang menggunung. Andini tau pasti Raihan marah karena dulu dia menikah dengan Bagas. Tapi semua ini ia lakukan karena terpaksa oleh keadaan. Sebelum stroke almarhum bapak yang sudah lama punya penyakit jantung ingin sekali melihat Andini menikah. Andini bingung mau menikah dengan siapa karena pacarnya Raihan sedang berada di luar negeri. Bagas temannya Raihan menawarkan diri untuk menikah dengannya. Jadilah Andini sekarang menikah dengan Bagas. Perlahan kasih sayang mulai tumbuh hanya saja jika boleh jujur Andini masih mencintai Raihan.
"Pak ini sudah semua kerjaannya apa saya boleh makan siang? " tanya Andini yang sudah kelelahan. Perutnya sangat sakit karena tadi pagi dia tidak sempat sarapan.
"Jam makan siang sudah lewat. Ini kerjaan yang lain kalau yang tadi sudah selesai" Raihan dengan kejamnya memberikan dia tumpukan pekerjaan yang lebih banyak lagi. Rasanya Andini ingin pindah ke alam lain. Ia memegangi perutnya yang perih lalu kembali mengerjakan pekerjaannya. Tiba-tiba saja Andini jatuh pingsan. Raihan yang melihatnya segera membopong tubuh Andini untuk dibawa kerumah sakit.
Semua mata menatap dengan tatapan cemburu pada Andini.
"Tuh kan benar apa kata gue si Andini itu jual diri sama bos kita" celetuk Sonya staff pemasaran.
"Gak nyangka banget ya padahal muka Andini kayak cewek polos gitu taunya jual diri juga" timpal Dewi staff keuangan.
"Bubar-bubar kalian!! ngapain pada gosipin orang?! " Alwi tidak suka saat banyak orang yang menggunjing Andini. Semua orang yang menggosipkan Andini bubar sambil melirik sinis pada Alwi.
Dirumah sakit Raihan menunggui Andini di sampingnya. Kata dokter Andini sakit mag dan perutnya kosong. Raihan merasa bersalah coba tadi dia membiarkan Andini makan siang pasti kejadian ini tak akan terjadi. Perlahan mata Andini terbuka. Ia melihat Raihan duduk disampingnya.
"Kamu sudah sadar? kenapa gak bilang kalau sakit Mag?" tanya Raihan marah. Andini hanya terdiam sambil menatap kebawah.
"Tatap mataku kalau aku sedang bicara, apa aku memakanmu? " Raihan kesal tapi dia tetap membantu Andini untuk duduk dan menyuapi bubur yang sudah ia pesan.
"Buka mulutmu dan makan" perintah Raihan. Andini membuka mulutnya dan menerima suapan demi suapan yang diberikan oleh Raihan sampai habis. Raihan juga mengambil minum untuk Andini. Andini meminumnya sampai tandas.
"Semiskin ini kamu Andini? aku kira kau hidup mapan dan bahagia saat menikah dengan Bagas. Ternyata kamu hanya menjadi alat dan dimanfaatkan oleh si b******k itu" gumam Raihan.
Setelah lama beristirahat Andini diantar pulang oleh Raihan. Bagas tak sengaja melihat istrinya diantar oleh pria lain. Dia merasa marah dan cemburu. Apalagi dia baru saja kalah judi slot. Andini masuk kedalam rumah dan langsung ditampar oleh Bagas.
PLAKK
Andini memegang pipinya yang terasa perih. Ia tak mengerti mengapa Bagas menamparnya.
"Kamu selingkuh selama ini dibelakangku?!! " tuduh Bagas marah.
"Tidak mas!! aku gak selingkuh. Kenapa kamu menuduhku seperti itu? " tanya Andini heran.
"Alahh gakusah ngeles kamu. Pantasan kamu pulang telat hari ini ternyata kamu sudah main belakang dengan pria kaya itu!! siapa dia apa bosmu?! " tuduh Bagas tambah menjadi-jadi.
"Ada apa ini? kenapa kalian bertengkar? " tanya Sarah tiba-tiba datang menengahi mereka.
"Dia selingkuh bu, istri kurang ajar dia. Suami lagi banting tulang dia malah selingkuh!! " jawab Bagas menyudutkan Andini.
"Nggak bu Andini tidak selingkuh" Andini memang tidak selingkuh tapi terpaksa jual diri demi suaminya.
"Sudah-sudah jangan ribut malu sama tetangga. Andini kamu masuk kamar biar ibu yang ngomong sama Bagas" suruh Sarah.
"Baik bu" Andini mengangguk dan berlalu masuk kedalam kamarnya. Ia menangis di dalam kamarnya karena dituduh macam-macam oleh suaminya.
"Ya Allah apa salahku? kenapa aku harus menanggung semua ini? " tangis Andini.