Ibu hamil?

1049 Kata
"Wuekkk wuekk wuekk!!" Sarah memuntahkan isi perutnya di kamar mandi. Kebetulan Andini melihatnya. Dia khawatir melihat keadaan ibu yang kurang sehat. "Bu.. ibu sakit? " tanya Andini di depan pintu kamar mandi "Sepertinya ibu masuk angin nak, tolong belikan ibu obat antangin di warung" pinta Sarah sambil memijit kepalanya pening. "Baik bu" Andini langsung pergi ke warung membeli obat antangin untuk Sarah. "Gawat, apa aku hamil anaknya Bagas? sudah 2 minggu aku telat haid gimana ini? " ucap Sarah gusar. Dia langsung membersihkan isi toilet dan masuk kedalam kamar. Tak lama kemudian Andini datang sambil membawa obat yang diminta olehnya dan segelas air hangat. "Bu ini obatnya diminum dulu" Sarah menerima obat itu lalu meminumnya. Setelah itu dia kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Makasih Andini, maaf ibu malah merepotkan" "Tidak apa-apa bu, apa ibu mau berobat saja? " tanya Andini khawatir. "Tidak usah nak sebentar lagi ibu pasti sudah mendingan kalau rebahan" tolak Sarah sembari tersenyum. "Ibu... Andini... " panggil Bagas yang baru pulang mengojek sambil membawa bungkusan kresek berisi makanan. "Loh ibu kenapa? " tanya Bagas sambil masuk ke dalam kamar Sarah dan duduk di pinggir ranjangnya. "Ibu gak enak badan mas" jawab Andini. Bagas masih bersikap dingin pada Andini gara-gara kejadian tempo hari lalu. Bagas masih menuduh Andini berselingkuh di belakangnya. "Ibu sakit? mau ke dokter? " tanya Bagas dengan lembut. Bagas begitu perhatian dengan Sarah. Entah kenapa Andini merasa perhatian Bagas terlihat berlebihan dimatanya. Sarah menggeleng lemah sambil mengambil tangan Bagas dan ditempelkan pada pipinya. Andini yang melihat hal itu merasa cemburu. Apalagi saat Bagas terang-terangan mengelus rambut ibu. "Permisi aku mau ke belakang dulu" Andini tidak sanggup menahan kecemburuannya lalu ia beranjak pergi dari sana. Bagas tak bergeming dan tetap berada disana menemani Sarah. Andini memegang dadanya yang sesak. Dia tidak ingin Bagas terlalu dekat dengan Sarah. Tapi bagaimana caranya. Tidak mungkin dia mengusir Sarah dari rumah ini. Sarah sudah seperti ibunya sendiri. Setiap dia menegur Bagas tentang kedekatannya dengan Sarah, Bagas selalu berkilah dan balik memarahinya. Di dalam kamar Bagas dan Sarah malah berpelukan seperti dua sejoli yang dimabuk asmara. Bagas memegang perut datar Sarah dengan perlahan. "Benar kamu hamil sayang? " tanya Bagas bahagia. "Sepertinya iya, ada anak kita disini sayang. Tapi... kalau Andini tau gimana? " tanya Sarah takut dan bingung. "Bilang aja ini anaknya bapak kan belum lama bapak meninggal" jawab Bagas. "Tapi.. apa Andini bakal percaya? " "Andini itu bego udah percaya sama aku. Dia bakal percaya kalau anak yang kamu kandung itu anaknya bapak" Sarah hanya bisa diam saja mengikuti alur permainan Bagas. "Bagas.. boleh aku minta uang untuk periksa anak kita? " tanya Sarah sambil bermanja-manja pada Bagas menantunya. "Boleh sayang apa sih gak nggak buat kamu" Bagas mencium bibir Sarah sekilas lalu mengambil berapa lembar uang ratusan ribu dari dalam dompetnya. Mata Sarah berbinar saat melihat uang sebanyak itu. "Ini buat kamu sayang.. nanti aku temani periksa ya" Sarah langsung mengambil uang itu dan menyimpannya. "Makasih ya sayang!! " ucapnya sambil memeluk Bagas. *** "Kalian mau kemana? " tanya Andini saat melihat Sarah dan Bagas sudah berpakaian rapi. "Maaf Andini ibu lupa kasih tau. Ibu hamil" ucap Sarah mengejutkan Andini. "Hamil? hamil anak bapak?! " tanya Andini seolah tak percaya jika Sarah benar-benar hamil anak bapaknya. Bapaknya sudah lama stroke, hanya saja Andini tidak tau apakah bapaknya masih bisa ereksi atau tidak. "Kamu kok tega ngomong begitu Andini?! mana mungkin ibu kamu selingkuh!! ini anak bapak kamu!! lihat ibu jadi sedih kan gara-gara kamu ngomong begitu!! " seru Bagas memarahi Andini. "Maaf bu bukan maksud Andini menuduh Ibu hanya saja bapak kan sakit kemarin" ucap Andini merasa bersalah. "Tidak apa-apa nak. Memang bapakmu sakit tapi masih bisa diajak main kok" jawab Sarah. "Yasudah aku mau antar ibu dulu ke dokter kandungan. Kamu di rumah aja. Kalau ada yang cari mas bilangin mas melaut sebulan gak pulang-pulang" setelah itu Bagas pergi bersama Sarah ke dokter kandungan. Andini hanya bisa melihat kepergian mereka dengan perasaan gundah. Bagas makin hari makin dekat dengan Sarah.Bahkan sekarang Bagas lebih banyak waktu bersama Sarah dirumah dibanding dirinya. " Ya allah semoga kecurigaanku ini tidak benar. Semoga mas Bagas dan Ibu tidak bermain gila dibelakangku" Andini kembali masuk kedalam rumah dan menutup rapat pintunya. Kehamilan Sarah membuat seluruh perhatian Bagas tertuju padanya. Seperti sekarang ini Bagas menyuruh Andini untuk mengerjakan pekerjaan rumah padahal dia sudah lelah bekerja seharian di kantor. "Andini tolong kamu cuciin baju Ibu ya sekalian. Nanti masak juga untuk makan malam kalau kamu pulang" perintah Bagas. "Ehm kita beli aja ya mas lauknya nanti tinggal masak nasi. Andini capek mas kerja seharian di kantor" jawab Andini. "Kamu pikir aku gak capek kerja?! mana harus urusin Ibu!! mahal kalo beli mulu. Hemat-hemat jangan boros!!" gerutu Bagas. Andini hanya tertunduk lemah. Dia hanya bisa mengikuti perintah Bagas. "Bagas... Bagas... " panggil Sarah. "Iya bu kenapa? " Bagas menghampiri Sarah yang berjalan ke arahnya. "Ibu mau makan sate ayam sama minum thai tea. Belikan ibu ya" pinta Sarah dengan puppy eyes nya. "Baik bu tunggu di kamar ya Bagas belikan dulu" nada suara Bagas melembut saat berbicara dengan Sarah. Sarah hanya tertawa licik melihat raut wajah Andini yang berubah muram. "Andini lihat betapa tergila-gilanya Bagas denganku. Dasar istri tidak becus!! memuaskan suami saja gak bisa" hardik Sarah di dalam hatinya. Setelah Bagas pergi, Sarah menghampiri Andini yang tak jauh darinya. "Andini... maaf ya kalau ibu banyak menyita waktu Bagas.. Andai bapak masih hidup hiks hiks hiks. Pasti bapak senang jika dia tau ibu hamil adik kamu. Maafkan ibu ya nak... ibu pengen banget makan sate" ucap Sarah sambil menangis buaya. Tiba-tiba Andini merasa bersalah karena sudah mencurigai ibunya. Wajar jika ibu bermanja-manja pada Bagas. Ibu butuh sosok suami di sampingnya. Hanya dia dan Bagas yang ada di samping ibu. Andini langsung memeluk Sarah yang sedang menangis. "Bu maafin Andini ya. Harusnya Andini ngerti keadaan ibu" "Ibu juga minta maaf ya Andini. Kadang ibu rindu sosok bapakmu. Jadi saat melihat Bagas, ibu keinget sama bapak. Mereka sama-sama baik, perhatian, dan selalu ada buat ibu. Maafkan ibu gara-gara ibu Bagas jadi lebih memperhatikan ibu daripada kamu" "Tidak apa-apa bu, Andini mengerti kok bu. Maafkan Andini juga sudah berprasangka buruk sama ibu" Di belakang pelukan Andini, Sarah hanya tertawa licik karena semudah ini membodohi Andini. Entah apa jadinya jika Andini tau jika dia hamil anaknya Bagas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN