Andini kembali masuk ke dalam ruangan bosnya. Dia mengumpulkan segenap keberaniannya untuk meminjam uang pada Raihan.
"Ada apa kau kemari? " tanya Raihan datar.
"Pak Raihan bolehkah saya meminjam uang? " tanya Andini ragu.
"Berapa yang kau inginkan? " tanya Raihan langsung.
"100 juta" jawab Andini lalu menelan ludahnya kasar. Apa bisa dia mendapatkan uang sebanyak itu. Raihan langsung mengeluarkan cek dan menulis nominal uang yang diminta oleh Andini lalu memberikan cek itu padanya. Andini sampai melongo saat Raihan dengan mudah memberikan cek itu tanpa bertanya terlebih dahulu.
"Terima kasih pak. Saya akan mencicilnya dengan uang gaji saya. Saya permisi dulu" Andini sangat senang karena mendapatkan pinjaman dari Raihan. Rumahnya tidak akan disita oleh para rentenir itu. Sementara itu Raihan hanya tersenyum licik saat Andini keluar dari ruangannya.
Andini pulang lebih cepat setelah meminta izin pada Alwi. Dia segera ke bank untuk mencairkan dana 100 juta itu lalu memberikan uang itu pada debt collector. Para debt collector itu langsung pulang saat Andini sudah membayar hutang suaminya. Bagas tak menyangka jika Andini bisa dengan mudah mendapatkan uang sebanyak itu.
"Bosmu sangat baik sayang, bisa gak mas minta pinjem lagi 50 juta? mas rencana mau usaha bengkel nanti. Investasi mas gagal dan uangnya dilarikan oleh ownernya. Uang kamu juga mas pakai buat investasi. Mas pusing banget sekarang" keluh Bagas.
"Apa?! kamu kena tipu mas?! kamu serius mas?!! " tanya Andini sampai ingin pingsan.
"Maafkan mas sayang. Mas janji akan mengembalikan uang yang sudah kamu pinjam. Tapi tolong mas pinjamkan uang 50 juta ya sama bosmu yang baik itu" rayu Bagas.
"Tidak mas!! cukup aku gak mau minjam lagi. Aku malu!! Andini kesal sama mas!! " Andini langsung berlari masuk kedalam kamarnya dan langsung menguncinya. Bagas menyusul dan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya tapi Andini pura-pura tidak mendengarnya.
"Sayang buka pintunya sayang maafkan mas. Mas Janji ini terakhir kalinya" ucap Bagas dari balik pintu. Andini menutup wajahnya dengan bantal. Dia sangat kesal dan marah saat ini. Suaminya ini tak henti-henti membuat masalah untuknya. Ia menangis dalam diam merapat masalah demi masalah yang menimpanya. Dimulai dari ibunya meninggal, bapaknya sakit, suaminya yang ditipu investor sampai dia berhutang dengan bosnya dan Bagas memintanya meminjam uang lagi. Kepalanya rasanya mau pecah memikirkan semua itu. Suara Bagas tak lagi terdengar entah pergi kemana Andini tak peduli.
Bagas rupanya malah masuk ke kamar Sarah. Mereka sudah lama berselingkuh. Saat Bagas dan Andini dua bulan menikah Bagas sudah menjalin hubungan dengan Sarah. Sarah adalah wanita dewasa yang keibuan. Dia selalu ada untuknya dan mendengarkan keluh kesahnya. Sarah selalu perhatian dan selalu mensuport dirinya. Bagas sangat nyaman bersama dengannya.
"Sayang... " Bagas memeluk Sarah dari belakang dan mencium tengkuknya yang terbuka. Hari ini Sarah begitu seksi dan menggairahkan. Milik Bagas sampai berdiri dibuatnya.
"Kenapa kamu gak dikasih jatah sama istrimu? " tanya Sarah saat merasakan milik Bagas mengeras dari belakang.
"Bukan itu. Andini marah karena uangnya yang aku investasikan habis tanpa sisa. Aku butuh hiburan sayang" rayu Bagas membuat ibu mertua dan menantu itu melakukan aktivitas tak senonoh di siang hari. Padahal masih ada bapak dan Andini dirumah.
***
Andini berjalan dengan lesu sampai tak sengaja menabrak Raihan. Hidungnya sampai sakit dan memerah.
"Aww sakit!! " ringis Andini.
"Dasar ceroboh!! " maki Raihan lalu kembali berjalan menuju lift.
"Maaf pak" ucap Andini merasa bersalah. Andini kembali duduk di mejanya. Teman-temannya prihatin melihat Andini yang terlihat stres dan banyak melamun akhir-akhir ini. Setiap mereka bertanya Andini selalu menjawab bahwa dia baik-baik saja. Tak lama kemudian sebuah telpon berdering. Alwi mengangkatnya ternyata itu dari Raihan bos mereka. Beliau meminta Andini untuk menghadap padanya sekarang. Andini merasa tidak melakukan kesalahan tapi dia tetap menemui Raihan. Ia kesana lalu masuk kedalam ruangan Raihan. Disana Raihan masih sibuk dengan laporannya. Andini mendekat ke arahnya dan berdiri tepat di depannya.
"Maaf pak kenapa anda memanggil saya kemari? " tanya Andini.
"Saya ingin hutang kamu dibayar hari ini juga" pinta Raihan lalu menatap mata Andini. Mata yang selalu ia rindukan. Mata itulah yang ia benci sekarang.
"Tapi pak saya tidak ada uang sebanyak itu sekarang" Andini seperti dijebak oleh Raihan. Raihan lalu berdiri dan mendekat ke arah Andini hingga jarak mereka sekarang lebih dekat. Andini bisa merasakan nafas Raihan menerpa wajahnya.
"Bukan dengan uang bayar dengan tubuhmu" ucap Raihan membuat Andini terkejut lalu spontan menamparnya.
PLAKK
"Anda pikir saya ini lacur?! apa anda sengaja untuk menjebak saya?! saya akan cari uang 100 juta itu dan segera membayarnya!! " seru Andini marah. Dia langsung keluar dari ruangan Raihan. Raihan memegang pipinya yang terasa sakit sambil tersenyum meremehkan.
Sore harinya Andini pulang kerumah. Dia bingung sekali mau pinjam uang dari siapa lagi. Terdengar Bagas sedang berteriak di dalam kamar. Andini langsung masuk kedalam kamar dan melihat Bagas membanting hpnya hingga hancur berantakan.
"Sial!! sial! kalah lagi rugi kalau begini terus!! mana uangku mulai menipis!! " Bagas kalah judi slot padahal dia sudah depo 10 juta. Uang itu adalah uang terakhir yang ia pegang.
"Kamu kenapa mas? kenapa kamu teriak-teriak? kamu kalah main game? " tanya Andini. Dia belum tau kalau Bagas main judi slot.
"Iya sayang, maaf ya mas tadi emosi. Ehm sayang boleh nggak mas jual cincin emas kamu? nanti mas ganti" pinta Bagas sambil melihat cincin emas di hari Andini. Ini adalah mas kawin saat Bagas menikahinya.
"Tidak mas, ini kan cincin mas kawin kita" tolak Andini.
"Tapi ini buat modal usaha mas sayang. Ayolah bantu mas. Nanti mas ganti yang lebih bagus dari itu" rayu Bagas. Andini menatap cincin mas di tangannya dengan ragu.
"Mas janji kan tidak main investasi lagi? uang Andini sampai habis karena mas ketipu. Andini mohon kali ini pergunakan sebaik-baiknya" ucap Andini sambil menyerahkan satu-satunya harta yang ia miliki.
Tiba-tiba saja Sarah berteriak dari dalam kamarnya. Andini dan Bagas keluar dari kamar untuk melihat apa yang sudah terjadi. Bapaknya tiba-tiba tak sadarkan diri. Andini, Bagas, dan Sarah segera membawa bapak ke rumah sakit. Bapak mengalami serangan jantung dan harus dirawat dirumah sakit. Tagihan rumah sakit yang membengkak membuat Andini bingung kemana dia harus mencari sebanyak itu.
"Kamu pinjam lagi sama bosmu yang baik itu sayang. Ini demi bapakmu sekalian pinjam buat aku ya. Buat tambah-tambah modal" rayu Bagas.
"Aku gak mau berhutang lagi mas!! hutang kita udah banyak belum bunganya" tolak Andini.
"Apa kamu mau bapakmu kenapa-napa? ayolah Andini"Bagas terus menghasut istrinya untuk meminjam uang lagi. Andini tidak punya pilihan lain. Dia keluar dari rumah sakit dan nekat menemui Raihan di rumahnya. Ternyata rumah Raihan masih sama tidak banyak berbeda. Ia meminta tolong satpam untuk memberi tahu Raihan jika dia datang. Tak lama kemudian satpam itu menyuruh Andini untuk masuk kedalam rumah.
Andini berjalan masuk kedalam rumah megah Raihan. Raihan sedang duduk sambil melihat laptopnya. Saat menyadari jika Andini sudah ada di hadapannya. Ia menaruh laptopnya di meja.
"Ada apa Andini? kenapa malam begini kamu kemari? " tanya Raihan.
"Aku menerima tawaranmu tapi boleh aku pinjam 150 juta lagi? " tanya Andini dengan perasaan malu. Dia sudah menjual dirinya pada Raihan.
"Tunjukkan dulu hasil kerjamu. Uang perkara mudah bagiku. Sini duduk di pangkuanku" perintah Raihan sambil menepuk pahanya. Andini dengan perlahan duduk di pangkuan Raihan. Tangan Raihan meraba bibir Andini lalu melumatnya. Bibir Andini sudah ternoda oleh bibir pria lain. Ia meneteskan air matanya saat terpaksa menjual dirinya demi uang.
"Don't cry baby aku akan membuat senang dan tak melupakan malam ini" ucap Raihan lalu kembali memagut bibir Andini.