Eric masih berusaha berlari di sisa-sisa tenaganya, keringatnya pun bercucuran pada pelipis dan mengalir turun sampai ke leher membuat kerah baju kaosnya basah tidak tersisa. Betisnya terasa gemeteran, sudah tidak mampu untuk melanjutkan lari. Berbeda dengan Gilang yang sama sekali tidak kekurangan energi. Teman sekaligus tetangganya itu masih bisa lompat sana-sini saat melihat ranting-ranting pohon yang menjulur ke arah trotoar, dia melompat untuk menyentuh daun-daun yang melekat pada ujung ranting itu. Eric memutuskan untuk berhenti, duduk selonjoran kaki di trotoar dengan napas ngos-ngosan. Karena merasa tubuhnya memanas, lelah dan sampai kedua tangannya gemetar. Pemuda itu pun, akhirnya rebahan di trotoar begitu saja. Dadanya naik-turun, tatapannya seakan kabur yang