Satria melangkah turun dari motor sembari menyampirkan helm pada spion motor. Begitu pun, dengan Jaya yang langsung mendekat dan menenteng belanjaan Satria yang berisi tiga kantong besar itu. Lumayan banyak membuat Jaya bertanya-tanya, kenapa pemuda itu mendadak belanja banyak begini. Keduanya saling pandang sesaat, lalu melanjutkan langkah memasuki teras kontrakan Niki yang di depannya penuh dengan sepatu yang berjejer tidak beraturan. “Buset, kenapa repot-repot amat sih, Jaya? Pake belanjain kita semua,” ujar Bento sudah berdiri menyambut Jaya dan Satria, tangannya langsung menarik tanpa beban kantong kresek berisi snack lalu ia pangku sendiri tanpa membagikan pada teman-temannya yang lain yang menunggu. “Ya, jangan makan sendiri, kambing.” Tegur Hendrik kesal, mendoron