42-?Beautiful Eyes?

1557 Kata
_***_ Hindarilah berprasangka dan jangan menilai seorang dari katanya. Karena semua yang dikatakan orang lain terhadap seseorang hanya ilusi yang menjebak. _***_ Calista's POV Hari ini adalah hari sabtu weekend paling ditunggu. Bagiku hari sabtu lebih menyenangkan dibandingkan hari ahad karena jika sudah memasuki hari ahad, itu artinya sebentar lagi akan kembali keawal minggu lagi. Aku tak akan menyia-nyiakan hari ini. Hari ini aku sudah menyusun rencana demi rincana untuk menikmati hari liburku. Dan kini pertama-tama aku akan menghabiskan waktu di perpustakan. Aku sudah rindu dengan bau buku n****+ dan juga rindu dengan suasana perpustakaan yang tenang. Kini aku sedang bersiap, aku akan pergi sendiri hari ini. Kemarin aku mengajak Wendya, namuj ternyata ia harus ke rumah saudaranya yang di hari ahad akan melangsungkan walimah. "Allahuakbar!" "Kak Ken ngagetin!!" Aku yang sedang mematut diri dicermin, terlonjak kaget mendapati seseorang berdiri dibelakangku dengan wajah hitam yang terlihat dari cerminku. "Dek, nanti tolong pinjemin buku," ucap Kak Kem dengan pengucapan tak jelas. Wajar saja ia sedang memakai masker pastilah tak mau jika maskernya nanti retak karena berbicara. "Iya-iya, nanti WA Lista aja judul sama pengarangnya," jawabku sembari mengoleskan lipbalm ke bibirku yang kini kering. "Eke," balas Kak Ken dengan menunjukkan isyarat tanda 'oke'. Kemudian ia pergi meninggalkanku yang masih bersiap-siap untuk berangkat. Aku harus bergegas karena takutnya jika aku terlalu siang sampai sana, buku yang aku incar sudah tidak ada dan jika sudah banyak orang datang, akan sulit menemukan tempat yang strategis untuk membaca. *** Kini aku telah sampai di perpustakaan kota. Yang benar saja aku sudah berusaha tiba awal waktu, namun tetap saja sudah ramai orang di sini. Ah, aku baru ingat sekarang weekend, pantas saja ramai. Aku harap masih bisa bersantai di dalam sana. Aku memasuki perpustakaan kemudiaan menuju ke lantai tiga di mana buju yang aku incar berada. Aku bergerak ke rak n****+ dan mulai mencari buku yang aku inginkan. Nah! Ketemu. Saat aku menarik n****+ yang ingin aku baca, tangan seseorang di sampingku pun juga memegang buku itu. Tentu itu tidak di sengaja. Aku melihat tangan itu adalah tangan laki-laki. Aku yang menyadari jarak kamu cukup dekat pun menarik tanganki dan membuat jarak. Seseorang yang ada di sampingku pun ikut terkejut. "Ah, maaf, silahkan ambil dulu aja," kata seseorang yang di sampingku tadi. Aku yang tak enak pun menjawab, "eh, tak apa saya bisa membaca buku yang lainnya dulu." Seorang pria itu pun mengambil buku yang aku incar itu. Tak apalah jika harus menunggu bergantian membaca, toh besok aku bisa ke sini lagi. "Ini, bacalah dahulu." Aku mengisyaratkan untuk menolak. "Tak usah. Saya bisa membacanya nanti." "Ladies first!" ucapnya. Aku kemudian tersenyum menunduk dan menerima buku itu. "Emm terima kasih. Saya akan cepat-cepat membaca dan memberikannya kepada anda," kataku sembari menerima n****+ yang diberikannya. "Oke sama-sama." Pria itu lantas pergi begitu saja. Aku tak melihat wajahnya tadi karena sepanjang berbicara dengannya hanya, aku menunduk. Sudah menjadi adab bagi ornag non-mahram berkomunikasi seperti itu. Setelah mendapatkan n****+ itu, aku segera mencari tempat duduk. Dan yash! Aku menemukan tempat favoritku yang maish kosong. Aku oun sedikit berlari mendekat kearah bangku kosong itu, namun saat aku akan duduk ada seseorang yang juga ikut duduk di depanku. Tentu saja aku terkejut mendapati pria yang sepetinya berbicara denganku tadilah yang kini ada di depanku. "Ups," pekiknya. Aku sedikut tertawa menyadari kelucuan yang terjadi. Sepertinya takdir membuat rencana seperti ini. "Eh ma-maaf," pekikku kemudian berdiri dengan cepat dan berjalan ke arah lain. Entah mengapa aku terlalu takut berhubungan dengan laki-laki yang baru aku temui. Dan apalagi tadi ada kejadian tak terduga dengan orang yang sama. *** Tak terasa tiga jam berlalu dan kini aktu telah menunjukkan pukul 12.30. Aku segera bangkit dan mengembalikan buku yang aku baca tadi ketempat semula. Saat aku hendak berjalan keluar perpustakaan, sebuah pesan masuk. Ternyata dari Kak Ken dan aku baru mengingat sesuatu yang hampir terlupakan. Untung saja ia memberi pesan tepat waktu. "Buku design bangunan? Di mana aku harus mencari?" gumamku lirih. "Itu ada di lantai dua." Hampir saja aku meloncat terkejut. Seseorang yang berkata tadi berada di sampingku. Saat aku melihatnya ternyata orang yang sama yang aku temui saat mengambil n****+ dan duduk di bangku yang sama tadi. Spontan aku menelan ludah. Takdir macam apa ini? Sepertinya di sini banyak sekali orang, taoi mengapa ia yang selalu berkomunikasi denganku. Jangan-jangan ... "Maaf, tadi saya denger omongannya mbaknya dan karena saya tau buku itu jadi spontan menjawab," jelas pria itu seolah bisa membaca pikiranku. Aku semakin was-was dengan orang ini. Entah kebetulan atau bagaimana orang ini selalu berhubungan denganku sekarang. "Aah, iya terima kasih. Permisi," ucaoku berterimakasih kemudian cepat-cepat meninggalkan orang aneh itu. Bukannya mau mengolok-olok, aku hanya merasa bingung saja dengan pria itu sehingga aku memutuskam untuk memanggilnya 'pria aneh' saja. Aku bergegas turun ke lantai dua seperti yang dikatakan pria aneh tadi. Di sana memang khusus untuk buku ilmu teknik, sepertinys ucapan pria itu tadi benar. Tanpa pikir panjang lagi, aku bergegas mencari buku yang Kak Ken maksud. Dan sekali lagi aku bertabrakan dengan pria yang ada di lantai tiga tadi. Ya Allah, ada apa dengan pria ini apa dia membuntutiku? "Saya mohon dengan sangat, tolong jangan mengikuti saya lagi. Permisi," ucapku setelah mengumpulkan keberanian untuk mengatakan kalimat itu kepada pria itu. Kemudian aku menunduk dan pergi dari tempat itu, aku harap dia mengerti ucapanku. Dan jika bertemu dengannya lagi, aku tidak tau apa yang akan terjadi nantinya. Semoga saja ini hanya kebetulan. *** Aku membanting tubuhku ke sofa. Rasa lelah dan pegalku mulai terasa begitu tiba di rumah dan mengistirahatkan diri. "Eh, anak umi udah pulang! Udah puas jalan-jalannya?" Aku melihat Umi keluar dari dapur membawa seteko air putih. "Iya, Mi. Udah puas alhamdulillah. Oh iya, Kakak di mana sekarang, Mi?" Setelah meletakkan teko kaca itu, Umi mendekat ke arahku dan duduk di sofa. "Tadi sih belum lama keluar. Kenapa, Sayang?" Aku mengangguk. "Enggak kok, Mi. Ini Lista cuma mau ngasih buku pesenannya Kak Ken," jawabku merebahkan kepalaku dipangkuan umi. Umi mengambil remot televisi kemudian menyalakannya. "Gimana jalan-jalannya, Sayang?" tanya Umi sembari mengusap kepalaku lembut. "Menyenangkan, Mi. Tapi serem tadi masa ada laki-laki yang selalu Lista temui," ceritaku menceritakan peristiwa tadi. "Maksudnya gimana tu?" "Tadi itu waktu Lista ngambil n****+, ketemu sama laki-laki itu. Dia ngambil n****+ yang sama kayak yang Lista mau. Terus habis itu waktu Lista mau duduk itu, Mi, masa orang tadi juga duduk di tempat yang Lista mau. Terus lagi waktu Lista mau cari buku Kak Ken, ketemu lagi, Mi. Kan aneh," jelasku memperdetail kejadian tadi. "Hemm aneh. Tapi kamu gak diapa-apain kan? Maksudnya orang itu gak macem-macem kan?" tanya Umi lagi yang sepertinya khawatir. Aku kemudian menggeleng. "Alhamdulillah enggak, Mi. Tenang aja Lista juga udah bilang sama laki-laki itu buat gak ngikutin Lista kok. Dan buktinya Lista sekarang aman di sini." Umi tersenyum kemudian. "Alhamdulillah. Besok-besok ati-ati sama orang asing okey? Pokoknya jaga diri baik-baik. Besok kalau ke mana-mana juga sebisa mungkin ngajak temen kayak Wendya atau Kak Ken," kata Umi memberikan nasihat. Aku mengangguk kembali. "Siap, Mi. Lista juga takut deh kalau temeu orang itu lagi. Besok Lista bakalan lebih jaga diri pokoknya." "Nah, bagus. Ini baru anak umi." Aku dan Umi kemudian tertawa bersama. Dan selanjutnua kami masih saling bercengkerama menceritakan apa yang aku lewati hari ini. Pokoknya kalau sudah bersama Umi, aku akan sangat sulit untuk berhenti bercerita. *** " Dek." Aku yang tengah membaca n****+, tergugah seketika begitu mendengar suara seseorang dari balik pintu. Kemudian aku berjalan dan membukakan pintu itu. Dan benar saja itu adalah Kak Ken. "Ada apa, Kak? Buku pesenan kakak udah Lista kasih, kan?" Seprtinya aku sudah menyerahkan buku yang Kak Ken maksud untuk dipinjam. Apakah bukunya salah? "Iya udah. Kakak mau minta tolong buatin minuman buat temen kakak." Aku mengernyit, umi dan abi hari ini memang sedang tak ada di rumah jadi wajar jika Kak Ken meminta bantuanku. Tapi aku sepertinya tak menyadari ada tamu masuk rumah ini. "Cepet ya," ucap Kak Ken kemudian kembali ke ruang tamu. Kemudian aku mengenakan pakaian sopan dan bergegas untuk memenuhi permintaan Kak Ken. Saat aku berjalan menuruni tangga, aku tak menoleh ke tempat Kak Ken dan seorang temannya yang bercengkerama. Namun aku mendengar suara itu tak asing ditelingaku. Aku tak memedulikan itu dan terus berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman untuk tamu Kak Ken. *** Dua cangkir teh sudah selesai aku buat, aku bergegas mengambil nampan untuk membawanya keluar. Aku tak menatap sedikit pun tamu Kak Ken, yah aku hanya menunduk saja. Sampai ... "Loh kamu yang di perpustakaan itu, kan?" Aku seketika mendongak dan terkejut setengah mati. Mataku melebar begitu menyadari ternyata teman Kak Ken ini yang aku temui di perpustakaan tadi. "Loh kalian kenal?" tanya Kak Ken kepadaku dan orang tadi. Mendadak aku gugup dan menggeleng cepat. "Aaa eng-nggak, Kak, cuma tadi sempet ketemu di perpustakaan. Orang ini yang bantu Lista cari buku yang kakak maksud," jelasku. Kak Kem lantas tertawa mendengar penjelasanku. "Dunia memang sempit ya. Pantes aja Lista bawa bukunya bener," celetuk Kak Ken. Aku yang mendengarnya hanya memberenggut kesal. Sepertinya Kak ken memang selalu meremehkanku. "Huh, Kak Ken," umpatku kemudian pergi begitu saja. Kak Ken dan temannya terdengar tertawa. Sepertinya mereka menertawaiku. Huh, menyebalkan sekali. Kak Ken membuatku semakin malu saja. Apalagi mengingat kata-kata yang sempat aku ucapkan kepadanya. "Ah matilah aku kalau dia sampai mengadu kepada Kak Ken." Apakah logis sehari bertemu orang asing yang sama sebanyak lima kali. Sepertinya takdir sedang bermain denganku. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN