Bandawa berjalan, menuju sebuah ruangan. Ruangan dimana ditunjuknya pada Dalilah malam itu. Ruangan dimana ada pintu menuju neraka. Ruangan itu gelap. Pintu-pintu merah berderet di sepanjang tembok, seolah terkepung oleh pintu-pintu itu. Dia membuka salah atu pintu. Sedetik kemudian dia sudah berada di ruangan lain, ruang kerja bergaya klasik mewah milik Salih. Dia mengambil tempat duduk di sofa panjang yang disediakan memang untuk tamu-tamu kehormatan Salih. Bandawa melihat pintu tempatnya masuk tadi, dia lupa menyembunyikan pintu itu. Dia kembali berdiri dan meletakkan telapak tangannya pada pintu tersebut lalu pintu itu sudah menyusup pelan-pelan ke dalam tembok sampai akhirnya dia menghilang menjadi tembok seperti sedia kala. Bandawa memusatkan pikirannya kepada Salih Aku ingin