Envy

1102 Kata
Ailane benar-benar berharap keputusan nya yang ia kemarin tidak salah. Ingat, ia tak bermaksud untuk jual malah atau ingin dikejar kedua laki-laki itu sekaligus. Ia hanya ingin memantapkan hati nya jika nanti pilihan nya di akhir tidak akan membuat nya menyesal sampai kapan pun. dua orang dengan kepribadian yang berbeda mendekati nya secara bersamaan. Saat bersama Rayhan ia merasa jika semua kegiatan kecil nya dapat dihargai oleh laki-laki itu. Dengan semua kesederhanaan nya Rayhan membuat Ailane tidak merasi minder namun satu sifat yang tidak ia suka dari Rayhan adalah sifatnya yang akan terlalu posesif seperti Sean. Sedangkan saat bersama dengan Sean, Ailane bisa belajar banyak hal. Seperti tidak cepat mengambil keputusan hanya karena kesenangan semata saja. Seperti saat dulu ia hampir masuk ke dunia malam. Kemarin, ia memilih untuk pulang seorang diri. Tidak mau diantar Sean atau pun Rayhan. Saat ditanya kedua orang tua nya kemana Sean? Kenapa ia pulang seorang diri? Padahal tadi yang mengajak nya pergi adalah Sean. Kemudian barulah Ailane menceritakan apa yang terjadi di cafe tadi. Orang tua nya hanya bisa mendukung keputusan anak nya. Namun ada satu pesan yang benar-benar Ailane ingat dari ibu nya adalah: "Nak, kalau kamu pada akhirnya menolak salah satu dari mereka. Tolak lah sehalus mungkin, jangan menggunakan kata yang kasar atau sikap seakan-akan kamu jijik dengan salah satu diantara mereka. Hati orang tidak ada yang mengetahui nya. Bisa saja ia dendam kepada mu, ingat pesan ibu ini ya Ailane anak cantik...." Benar Ailane tidak mungkin menolak salah satu dari mereka atau bahkan menolak mereka dengan perbuatan yang tidak pantas. Ailane kemarin juga sempat membuat aturan jika tidak boleh terlalu mencolok saat mereka sedang berada di kantor. Mereka harus tetap sama seperti biasanya tidak ada apa-apa dan tidak dekat satu sama lain. Ailane kini duduk di depan ruang HRD yang di depan nya ada sebuah kursi tunggu. Membersikan lorong ruangan ini langsung membuat nya berkeringat sekali. Ailane tau jika ini kursi diperuntukkan untuk tamu saja. Namun ia gunakan sebentar saja untuk duduk disini kembali mengisi tenaga nya yang telah terkuras habis. Tadi ada sebuah bekas permen karet yang menempel di lantai. Banyak pula, mana susah untuk membersihkan nya. Ailane hanya membersihkan nya tanpa berani marah. Mereka yang berada di ruangan kantor semuanya berada di atas Ailane. Ailane hanya seorang cleaning servis saja tidak berani marah saat ada seseorang yang membuat onar disini. Tapi ia tak habis fikir saja, di setiap sudut terdapat tempat sampah. Kenapa malah memilih membuang permen karet di lantai? "Ailane, sini.." panggil Sean yang tiba-tiba keluar dari ruangan HRD. Ia heran, kenapa Sean berada disana? Berati sedari tadi Ailane mendumel karena capek akibat membersikan lorong ini Sean dapat mendengar nya semua? Atau jangan-jangan Sean memanggil Ailane karena ketauhan gadis itu sedari tadi mendumel? Aisssshhh! Jika iya Ailane akan malu sekali. Ailane masuk ke dalam sana perlahan-lahan. Ternyata disana tidak ada HRD yang biasanya ia lihat. Hanya Sean saja. "Kenapa pak?" Sean mendekat dan melingkarkan tangan nya di pinggang Sean, menaruh dagu nya di pundak Ailane. Ia merasa merinding saat merasa kan nafas Sean melewati telinga nya. "Saya merindukan kamu," Ailane berusaha melepaskan rangkulan Sean dari pinggang nya. "Pak nanti dilihat orang bahaya," Tenaga nya dengan Sean kalah kuat, alhasil tangan Sean masih tetap melingkar di pinggangnya. "Kamu tidak rindu saya hmm?" Ailane menahan nafas nya, jantung nya berdebar sekali sekarang. Dalam urusan kontak fisik, ia tak pernah melakukan nya dengan Rayhan. Mungkin hanya kedekatan seorang remaja saja. Ia tak pernah sedekat ini dengan Rayhan. "Om Ailane emang ngasih kesempatan sama om dan Rayhan. Tapi kalau om terus-terusan kaya gini saat kerja Ailane risih om! Udah berapa kali si Ailane bilang? Udah lah om, mending Ailane keluar dari kerja aja sekarang." Putus Ailane. Ia tak masalah jika harus berdekatan dengan Sean. Namun saat sedekat ini dengan Sean saat di kantor Ailane tidak suka. Karena mengganggu pekerjaan nya juga. Ia pamit kepada kedua orang tua nya untuk bekerja tapi tidak mungkin jika saat berada di kantor kelakuan Ailane malah seperti ini. Sean reflek melepaskan rangkulan nya dari pinggang Ailane. Gadis itu sudah marah seperti ini tak main-main. Ailane buka hanya mengancam saja tapi memang ia benar-benar berniat ingin keluar dari sini. Lama-kelamaan sifat Sean yang tidak tahu tempat membuat Ailane merasa terganggu. Memang tidak ada yang melihat nya atau berani melarang Sean untuk melakukan hal ini. Namun mereka terus bergosip tentang Ailane dan berbicara macam-macam soal gadis itu. Sean tidak pernah tau karena tidak ada seorang pun yang berani bergosip tentang Ailane di hadapan Sean. "Maafkan saya Ailane, saya tidak bermaksud untuk membuat mu merasa terganggu..." Ucapan nya penuh dengan nada penyesalan. Entah menyesal atau hanya takut Ailane keluar dari kantor nya. Mungkin Sean bisa gila jika para akhirnya Ailane memilih Rayhan sebagai pendamping hidup nya itu. "Ailane mau keluar," Sean maju hendak menahan langkah Ailane di pintu. "Jangan tahan aku atau aku akan teriak?" Alhasil Sean mengalah dan minggir dari pintu membebaskan Ailane yang keluar dari ruangan ini. Jika kalian penasaran kenapa Sean berada di ruangan ini adalah Ailane sendiri yang mengatakan agar tidak keseringan memanggil nya untuk datang ke ruangan Sean karena pasti akan memancing kecurigaan karyawan yang lain nya. Kemudian Sean memutar otak dan menemukan cara ini. Sean sengaja menyuruh karyawan nya yang berada di ruangan ini untuk pulang dan beristirahat di rumah. Mereka sempat kebingungan kenapa Sean memulangkan mereka cepat. Namun ini juga rezeki bagi mereka. Sebelum jam dua belas siang mereka sudah diperbolehkan untuk pulang. Eh malah Ailane berkata seperti itu yang makin membuat Sena was-was. Sean duduk di sofa berdiam diri sebentar kemudian keluar dari ruangan ini. Panas sekali ruangan HRD berbeda seperti ruangan nya yang sangat dingin karena ada dua AC di ruangan nya. Padahal ruangan Sean tidak terlalu besar. Sedangkan disini hanya ada satu ac saja dan AC nya sudah terlihat sangat usang. Di tambah lagi ruangan ini lebih besar dari ruangan Sean. Ia berfikir kenapa begitu betah karaywan nya berada di ruangan ini tanpa protes. Padahal jika mereka mengeluh AC ruangan ini sudah tidak dingin lagi Sean bisa saja mengganti nya dengan yang baru bila perlu menambahkan AC lagi di ruangan ini. Sean tidak tahu saja jika mereka sebenarnya juga ingin mengeluh akibat AC di ruangan ini tapi mereka tidak berani takut disemprot oleh Sean. Padahal Sean tak tahu keluahan setiap pegawai nya dan tidak mungkin Sean menanyai mereka satu persatu apa yang mereka permasalahkan. Ia melihat dari balik jendela kaca nya yang transparan. Ia melihat Rayhan dan Ailane terlihat begitu akrab sekali. Mereka saling tertawa-tawa dan mengobrol. Sama sekali tidak mencerminkan jika Ailane sedang risih dengan Rayhan. Sean cemburu, namun ia tak berani mengambil sifat apa-apa. Ia takut Ailane bertambah benci kepadanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN