"Bisa duduk sebentar?"
Ailane yang tadi nya akan pergi dengan Sean dari sini menghentikan langkah nya dan berbalik menatap Rayhan yang masih duduk di posisi nya.
Sean melirik ke arah Rayhan tajam, seperti pertanda memperingatkan sesuatu.
Dari raut wajah Rayhan sekarang, seperti nya ada banyak sekali pertanyaan yang muncul di benak nya namun ia bingung akan mempertanyakan yang mana.
"Boleh berbicara sebentar?"
Giliran Rayhan yang kini menatap Sean seperti akan mengusir laki-laki itu.
Ia memang sekarang membutuhkan ruang untuk diri nya dan Ailane untuk yang terakhir kali nya sebelum ia pergi dari hidup Ailane.
"Saya tetap disini atau saya akan membawa Ailane pergi?" Tekan Sean.
Tidak apalah, yang penting kini Rayhan bisa berbicara terakhir kali dengan Ailane walaupun harus dengan Sean.
Kini Sean duduk bersebelahan dengan Ailane tepat di depan rayhan.
Seperti nya Sean memang sengaja melakukan ini, tangan Ailane sedari tadi ia genggam saat kembali duduk di meja ini.
Sesekali ia mencium pucuk kepala Ailane agar membuat Rayhan panas.
Jangan ditanya lagi, melihat hal itu hati Rayhan rasa nya seperti teriris. Sakit sekali melihat seseorang yang ia sayang mencintai orang lain.
Tidak selama nya cinta itu indah. Terkadang cinta sendiri yang membuat hidup mu hancur sehancur hancurnya. Jangan pernah bermain-main dengan cinta jika belum siap menerima resiko nya.
"Silahkan jika ada yang ingin kamu bicarakan dengan calon istri saya," ucap Sean dengan tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi.
Ailane melotot saat Sean menyebut nya calon istri. Bagaimana? Bagiamana mau disebut sebagai calon istri jika ia saja belum tentu mau menikah dengan Sean.
Tapi jika ia tidak mau dengan Sean ia akan bersama dengan siapa? Ia sudah menolak Rayhan. Masa iya ia harus menolak Sean juga?
Terkadang Ailane mengakui jika diri nya jahat. Ia takut sekali kesepian, jadi sebisa mungkin orang yang sedang bersama nya sekarang tidak meninggalkan nya karena ia tak mau merasa kesepian saat orang itu pergi dalam kondisi Ailane sudah terbiasa dengan kehadiran seseorang itu.
"Alasan kamu menolak aku apa ay?" Tanya Rayhan.
"Tidak lihat Ailane sedang bersama dengan siapa sekaran?" Jawab Sean memberikan pertanyaan balik kepada Rayhan. Padahal yang sedang ditanya adalah ailane namun yang menjawab adalah Sean.
"Om!" Ucap Sean memperingatkan agar tidak terlalu lancang menjawab pertanyaan yang bukan ditujukan untuk Sean.
"Om?" Ulang Rayhan.
"Iya kenapa?" Balas Sean.
"Kenapa manggil pak Sean dengan sebutan om?" Tanya Rayhan masih penasaran.
Ia kaget bukan main. Saat di kantor Ailane memanggil Sean dengan sebutan 'pak' wajar memang. Namun sekarang?
Akting Sean dan juga Ailane patut diacungi jempol. Rayhan saja tak percaya saat yang tadi datang bersama dengan Ailane adalah Sean.
Saat di kantor mereka tak pernah terlihat dekat. Mungkin hanya sebatas atasan dan juga bawahan saja saat berada di kantor.
Walaupun dulu saat Ailane dirawat di rumah sakit dan menemukan Sean sedang berada di kamar Ailane saja Rayhan tak memiliki fikiran sampai sejauh ini.
Karena bagi nya dulu saat Ailane masuk rumah sakit yang membawa Ailane ke rumah sakit adalah Sean. Mungkin masih ada urusan sehingga harus membuat Sean berada di ruangan Ailane. Entah untuk membantu melunasi administrasi atau apalah itu.
Eh ternyata saat itu Sean sedang murni menjaga Ailane.
"Ray, udah ya... Kamu berhak bahagia. Tapi bukan aku Ray sumber kebahagiaan kamu." Tolak Ailane secara halus.
Terdengar sangat menyakitkan memang. Namun Rayhan masih berusaha untuk tegar dan menahan nya.
"Aku bakal nunggu kamu ay," kekeh Rayhan.
Apa ia tak bisa melihat Ailane dan Sean sekarang?
Rayhan tau sedari dulu atasan nya itu tidak suka jika sesuatu milik nya di pegang oleh orang lain.
Namun berani-beraninya Rayhan kini berusaha untuk mengambil alih milik Sean. Sama saja seperti membangun kan macan yang sedang tertidur.
Akal sehat nya seakan langsung menghilang begitu saja setelah Ailane menolak lamaran nya.
"Buat apa nunggu aku Ray? Itu cuma buang-buang waktu kamu aja." Ailane terus menolak Rayhan yang kekeh masih ingin melanjutkan hubungan ke arah yang lebih serius.
Semakin menolak Rayhan seperti ini semakin membuat hati nya bimbang. Ia bingung ingin memilih yang mana.
Mereka memiliki kelebihan masing-masing yang tidak dimiliki satu sama lain.
"Izinin aku ay, sekali saja buat buktiin sama kamu. Aku gak peduli kalau harus saingan sama pak Sean,"
"Ray...." Nada berbicara Ailane seperti ragu dan bingung harus mengambil langkah apa setelah ini.
Sean menyadari jika gadis di sebelah nya itu sedang goyah.
"Sayang, kamu tidak sedang tergoda dengan bocah ingusan itu kan?" Tanya Sean panik.
Ailane hanya diam. Ia masih labil, tentu ia belum bisa untuk mengambil atau memutuskan sesuatu yang berakibat besar di kehidupan kedepan nya dalam waktu yang singkat.
Ailane hanya diam dan memandangi wajah Sean dan Rayhan secara bergantian.
Rayhan merasa ada setitik harapan yang tumbuh. Sedangkan Sean merasa terancam.
Ia mengajak Ailane kesini agar gadis itu bisa secara langsung menolak lamaran Rayhan. Bukan malah membuat gadis itu goyah dengan keputusan nya sendiri.
Tau jika akan berakhir seperti ini, Sean tadi tidak memperbolehkan saja Ailane untuk berbincang dengan Rayhan sekarang.
"Keputusan kamu apa?" Tanya Rayhan.
"Sayang, kamu tetap akan menikah dengan saya kan?" Ucap Sean lagi penuh percaya diri.
"Aku kasih kalian kesempatan."
Hanya itu yang bisa Ailane katakan sekarang. Ia memang masih belum siap untuk kehilangan kedua nya.
Ia harus lebih cermat sekarang, untuk memiliki siapa yang akan ia jadikan untuk suaminya kelak.
Jika soal harta tidak usah ditanya, jelas Sean pemenang nya. Namun soal sifat belum tentu Sean bisa menghargai nya seperti Rayhan yang selalu menghargai hal kecil yang Ailane lakukan.
"Kamu ingin kita bersaing?" Tanya Sean tidak percaya.
Nasib... Nasib.... ternyata seperti ini mencintai seseorang bocah seperti Ailane. Pemikiran nya mudah sekali berubah-ubah karena sifat nya yang labil.
"Aku engga tahu. Yang jelas kalian semua baik sama aku, aku gamau nyakitin salah satu dari kalian..."
Memang benar, ia tak mau menyakiti salah satu dari mereka. Namun secara tidak sadar Ailane kini sedang menyakiti mereka secara bersamaan.
Ia tak tahu setelah ini ia akan menjalani hubungan terbukan dengan dua orang atau bagaimana. Yang jelas setelah ini ia akan lebih hati-hati lagi untuk mengambil sebuah keputusan.
"Ay, kamu yakin?" Tanya Rayhan sekarang. Bukan nya ia tak mau, tapi ia takut jika Ailane melakukan hal ini karena kasihan saja terhadap nya.
"Yakin, aku yakin sama keputusan aku sekarang. Tapi kalau kalian sama aja nyakitin aku, aku gak akan milih kalian buat jadi calok suami aku!"