Ailane sudah berada di mobil. Beberapa menit lagi ia sampai di rumah nya. Sedari tadi ia menahan kaki nya yang terasa sakit di bagian yang bengkak. namun ia tak berani mengatakan nya kepada Sean agar laki-laki itu tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan nya. dokter juga sudah memberikan sebuah obat, mungkin nanti setelah Ailane meminum obat itu rasa sakit nya akan hilang.
Saat sampai disana sepi karena memang kedua orang tua nya pergi ke warung.
Namun tadi sebelum kedua orang tua nya pergi dari rumah sakit, Sarah terlebih dahulu memberikan kunci cadangan agar Sean dan anak nya nanti bisa masuk ke rumah.
Sehari tidak tidur di rumah saja sudah membuat Ailane merindukan rumah nya. Apalagi jika nanti saat ia sudah menikah suatu hari, ia akan tinggal bersama suami nya dan meninggal kan rumah lama nya.
Terkadang ia ingin menikah namun juga terkadang ia tak ingin. Kenapa tak ingin? Ia tidak siap menjalani kehidupan baru dengan orang baru.
Menikah berati ia harus melayani suami nya. Menuruti keinginan suami nya dan mengikuti kemana perginya suami Ailane nanti. Karena saat menikah yang pertama ia patuhi adalah suami nya.
Ia belum siap jika harus berpisah dengan kedua orang tua nya.
Orang tua nya pernah berpesan jika ia menikah suatu hari nanti ia harus tinggal dengan suami nya jangan merengek agar ia bisa tinggal bersama dengan kedua orang tua nya.
Ia harus belajar mandiri, meskipun belum ada pengalaman apapun tentang pernikahan nanti nya.
Sean membantu Ailane turun dari mobil.
Saat menurunkan kaki nya yang bengkak Ailane merintih kesakitan.
Tanpa banyak berbicara Sean menggendong Ailane dan menyuruh sopirnya untuk membukakan pintu.
Sesampainya di dalam Sean ikut masuk dan menyuruh nya pulang. Karena pesan kedua orang tua Ailane agar Sean menjaga nya sampai mereka pulang.
Sean jelas menyetujui. Selama apapun ia harus bersama dengan Ailane ia tak peduli. Malah ia ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan Ailane.
Pemikiran nya sekarang tidak ada yang boleh memisah kan nya dengan Ailane sampai akhir hayat nya.
Sean mengeluarkan makanan ringan yang tadi ia beli sebelum kesini.
Ailane kali ini juga tidak menolak saat Sean akan menemaninya.
Ia tak bisa berjalan jarak jauh. Turun dari mobil saja kaki nya yang bengkak itu terasa sakit sekali.
"Om! Ngapain ishhh buka baju?" Teriak Ailane refleks saat melihat Sean membuka baju nya.
Ailane menutup wajah nya dengan sela-sela jari yang terbuka. Ia berusaha untuk menutupi mata nya namun diam-diam ia juga mengintip tubuh atletis milik Sean.
"Saya mau mandi, kamu jangan kemana-mana. Tunggu saya hingga selesai mandi."
Sean meninggal kan Ailane mandi. Ailane menatap tubuh Sean dari belakang yang masih terlihat sempurna sekali.
Ia heran laki-laki sesempurna Sean bisa-bisanya memilih gadis lusuh seperti diri nya. Umur mereka sangat jauh pula.
"Ailane.."
Ia tersadar dari lamunan nya tentang Sean karena panggilan laki-laki itu. Perasaan tadi Sean sudah masuk kamar mandi, namun kini berbalik lagi tanpa memakai baju pula. Membuat d**a bidang nya terekspos begitu jelas.
"Om ih! Jangan gak pake baju gitu!!!" Ucap Ailane marah-marah. Apa Sean tidak bisa melihat jika wajah Ailane sekarang sudah sangat memerah seperti kepiting rebus?
Sean mengeluarkan senyuman licik nya dan berniat untuk menggoda gadis itu.
Sean berjalan mendekat ke arah Ailane dan mendekap gadis itu erat-erat tanpa mengunakan baju.
Ailane menghirup aroma tubuh Sean dalam-dalam. Aroma asli tubuh Sean sememabukan ini.
Namun sesaat kemudian ia tidak menghirup nya lagi. Ia takut jika Sean menyadari jika dirinya sedang mengendus aroma tubuh nya.
"Om lepasin! Engap!" Kali ini Ailane benar-benar engap.
Bagaimana tidak engap jika tubuh Sean sebesar ini.
Kemudian Sean tertawa dan melepaskan pelukan nya dari tubuh gadis itu.
Setelah ia lepaskan Sean melihat Ailane begitu lucu sekali. Gadis itu mengirup nafas sebanyak-banyaknya dan nafas nya memburu.
"Kamu lucu sekali,"
"Engap!"
Tawa Sean semakin kencang mendengar suara Ailane yang terlihat sangat sebal itu.
"Ngapain si balik? Kata nya mau mandi..."
Sean sampai lupa kenapa ia berbalik karena keasyikan menggoda gadis itu.
"Kamu jangan menyalakan ponsel kamu. Siapa tahu bocah ingusan itu mencarimh. Jika kamu bosan menunggu saya mandi, pakai saja ponsel saya."
"Yauda. Sana ih mandi bau banget!" Gurai Ailane sambil menutup hidung nya dengan tangan nya.
Sean kini benar-benar mandi. Ia meninggal kan Ailane yang meluruskan kaki nya diatas sofa.
Padahal sebelum nya ia sama sekali tidak memiliki fikiran untuk membuka ponsel nya atau menggunakan ponsel Sean.
Ia tadinya ingin melihat acara kartun favorit nya, Spongebob Squarepants di televisi. Namun karena ucapan Sean tadi membuat nya penasaran akan isi handphone Sean.
Saat membuka handphone Sean saja pemandangan Lock screen yang ia lihat adalah fotonya.
Bagaimana Sean bisa memiliki foto nya ini disaat ia sendiri tidak memiliki foto ini? Mungkin Sean memfoto nya secara diam-diam sehingga Ailane tidak tahu jika sedang difoto.
Handphone Sean dikunci. Namun sudah sedari lama Sean memberi tahu apa password dari handphone nya kepada Ailane.
Yang tau hanya dirinya dan juga Ailane saja.
Ailane membuka w******p. Banyak sekali nomor wanita dengan foto profil seksi terang-terangan menggoda Sean. Kebanyak dari mereka mengaja Sean untuk ke club malam.
Tidak ada satupun nomer dari mereka yang Sean simpan. Jangan kan menyimpan nomer mereka, membalas pesan mereka saja Sean tidak pernah.
Tapi sebentar, darimana mereka bisa memiliki nomer Sean? Tidak penting! Yang terpenting Sean tidak merespon mereka.
Ailane kemudian terdiam, Sean dulu memang suka pergi ke club malam. Namun ia tidak tahu sekarang Sean masih suka pergi ke sana atau tidak.
Ia memang menerima semua masa lalu Sean karena perasaan nya belum sepenuhnya yakin tertuju kepada Sean.
Terkadang ia merasa tidak adil, Sean sudah banyak melakukan hal 'itu' dengan banyak perempuan lain. Sedangkan dirinya? Ia tak pernah macam-macam dengan laki-laki manapun. Orang yang pertama kali memeluk nya dan mencium nya adalah Sean. Terkesan tidak adil memang bagi Ailane.
Daripada ia tau sesuatu yang tidak-tidak dari ponsel Sean, lebih baik ia menaruh ponsel itu. Ia tak mau mencari penyakit hati.
Jika ia terus mengotak-atik isi ponsel Sean dan menemukan sesuatu yang berpotensi akan menyakiti hati nya ia nanti akan terus memikirkan hal itu.
Lebih baik ia tak mau mencari nya lebih jauh. Hubungan nya dengan Sean baik-baik saja ia tak mau menghancurkan itu semua akibat overthinking nya.
Jika Sean memiliki sesuatu yang disembunyikan dari nya ia yakin suatu saat akan terbongkar dengan sendirinya. Selama apapun bangkai itu disembunyikan pasti akan tercium juga bau nya.
Padahal jika Ailane tau yang sebenarnya, pada ponsel Sean itu tidak ada sesuatu yang dapat menyakiti hati nya.
Sean juga sudah fokus dengan satu hal ia tidak akan mencari-cari yang lain. Ia sudah lebih dari cukup memiliki Ailane.
Daripada ini pemikiran Ailane semakin kusut dan gelisah nya kembali lagi lebih baik ia menonton Spongebob.
Melihat Spongebob pikirannya menjadi teralihkan. Ia tertawa melihat tingkah laku tokoh kartun yang menggemaskan.
Hingga kini Sean sudah keluar dari kamar mandi dengan mengeringkan rambut nya menggunakan handuk. Lagi-lagi Sean masih belum menggunakan atasan, ia hanya menguntungkan boxer.
"Baju saya kotor semua, boleh saya pinjam baju ayah kamu?"
Ailane mengangguk, "Itu disana om pilih aja sendiri." Ucap Ailane menunjukkan tempat tumpukan baju yang telah disetrika. Sean tak meminta Ailane mengambilkan karena tau kaki gadis itu masih sakit.
Ia mengambil salah satu kaos milik ayah Ailane.
Aroma parfum yang digunakan untuk menyetrika mirip dengan baju Ailane.
"Ih om Sean lucu banget pake baju ayah kekecilan gitu hihi,"
Ailane refleks mengarahkan kamera ponsel Sean ke arah Sean. Sean lucu sekali, baju yang ia pakai sangat pas di tubuhnya. Eh itu pas atau kekecilan?
Cekrek!
"Ailane saya pasti jelek banget. Hapus foto saya,"
"Ih gamau weeekkkk!" Ailane menjulurkan lidahnya.
"Om kirim ke w******p aku ya foto tadi!" Ucap Ailane.
Sean mengirimkan foto nya tadi yang terlihat konyol.
"Untuk apa?"
"Mau Ailane simpen, lucu aja."
Diam-diam dalam hati nya Sean tersenyum senang. Ailane mau menyimpan foto nya ternyata. Salah satu kemajuan besar menurut Sean.
Sean duduk di sebelah Ailane. Mengangkat kaki Ailane dan menumpangkan diatas bahu nya.
Sean mengelus kaki Ailane yang masih sakit dan sesekali meniupinya.
"Kalau naik motor hati-hati. Senang sekali membuat saya khawatir."
"Iya," jawab Ailane. Fokusnya masih pada film kartun lucu yang ia tonton.
Sean sudah sangat hafal episode ini. Sering kali diputar berulang-ulang di televisi.
"Ailane, kapan kamu menerima lamaran saya?"
"Saya sudah terlalu tua nanti jika kamu tidak segera mau menikah dengan saya? Bagaimana jika nanti teman-teman dari anak kita mengira saya sebagai kakeknya?"
"Ih om! Hahahaha--- ngaco banget sih ucapan nya?" Ailane tertawa terbahak-bahak.
Bisa-bisa nya Sean sampai memiliki pemikiran seperti itu. Tapi lucu juga jika ia sudah tua dan anak nya nanti masih bayi jika Sean tidak segera menemukan jodoh nya. Sekarang saja usiap Sean hampir menginjak empat puluh tahun. Sekitar tiga puluh tujuh tahun. Sudah sangat matang jika Sean akan manikah.
Ia sudah menikmati masa lajang nya. Sampai-sampai ia bosan saat menghadiri reuni dan teman-teman nya menanyainya kapan akan menikah.
Pasti akan ada waktu nya. Namun sean tidak tahu kapan tuhan akan menurunkan jodoh nya. padahal Sean sudah berharap sekali kepada Tuhan agar gadis yang sedang berada di depan nya ini adalah jodoh nya kelak.
"Yauda gih sana, kalau mau cepet nikah cari aja yang lain. Ailane yakin banget seribu persen, pasti cewek diluar sana gaada yang nolak kalau om Sean ajak nikah."
"Saya tidak memperdulikan hal itu. Yang saya perduli kan kenapa wanita yang saya cintai tidak mau saya ajak nikah."
Deg!
Entah kenapa jantung Ailane berdetak dengan sangat kencang. Ia tahu kalimat itu ditujukan untuk diri nya.
"Om..."
"Jangan terlalu berharap sama Ailane. Kalau misal ditengah jalan nanti om udaj nemuin perempuan lain yang jauh lebih bisa ngebuat om Sean nyaman, bilang sama Ailane." Ucap Ailane.
"Kenapa kamu mengatakan hal itu? Saya tidak akan menemukan perempuan lain yang akan membuat saya jauh lebih nyaman dari kamu. Kamu separuh hidup saya Ailane, jika kamu pergi, sama saja separuh hidup saya ikut menghilang." Jawab Sean penuh keyakinan.
Apapun yang akan terjadi nanti di akhir, Ailane hanya ingin menikmati waktu kebersamaan nya dengan Sean seperti saat ini.
Sean tidak terlalu suka jika Ailane membahas kemungkinan buruk yang akan terjadi.
"Kamu cantik sekali Ailane, Tuhan sengaja atau bagaimana menciptakan ciptaan nya yang satu ini dengan wujud sangat sempurna?" Puji Sean tiba-tiba.
"A-apaan si om!"
"Sungguh, saya terkadang berfikir modelan saya seperti ini namun Tuhan mendatang kan bidadari tak bersayap seperti kamu."
Kenapa Sean menjadi begitu manis sekali sih? Jantung Ailane tidak kuat.
'Om Sean plissss, jantung Ailane gakuat om. Mau copot aja rasa nyaaaa!' jerit Ailane dalam hati.
"Jangan pernah kamu menangis di depan saya. Saya tidak mau bidadari saya bersedih, dan katakan suatu saat nanti apa sesuatu yang membuat mu bersedih saya akan menyingkirkan nya."
Sejak kapan sih Sean pintar sekali menggombal? Belajar darimana coba? Sean yang selama ini ia kenal adalah laki-laki tua yang kaku dan jarang bisa mengekspresikan diri nya.
Namun hari ini Sean berubah seperti es batu yang baru saja mencair.
Sean mengambil tangan kanan Ailane dan mengusap telapak tangan Ailane yang begitu kasar karena sering mengerjakan sesuatu yang berat.
"Lihat, jika kamu menikah dengan saya, saya tidak akan membiarkan telapak tangan kamu kasar seperti ini."
Ailane hanya diam. Jantung nya sudah tak karuan.
'om Sean bisa berhenti buat gombal ga sih? Ailane udah gakuat om tolong!!!'
Sean menatap Ailane lama sekali kemudian ia memutuskan kontak mata dengan Ailane.
"Saya tidak akan melarang kamu untuk berhenti memberikan kesempatan kepada Rayhan. Namun jika kamu benar-benar mencintai saya, kamu akan tahu kapan saatnya kamu berhenti berhubungan dengan laki-laki itu."
"Om Sean kenapa sih masih mau nunggu Ailane?"
"Saya ingin bertanya sekali lagi dengan mu. Kurang saya dibagian mana Ailane?" Sean berbalik tanya.
"Om Sean terlalu gak masuk akal buat Ailane. Om Sean terlalu sempurna. Ailane gak tau om buat bikin diri Ailane agar sepadan sama om." Jelas Ailane mengungkap kan salah satu alasan nya kenapa selama ini ia tak langsung menerima Sean saja sebagai suami nya.
"Saya bekerja keras, memperbanyak harta saya agar jika kamu menikah dengan saya nanti kamu tidak akan kesusahan lagi. Jangan berfikir terus-menerus tentang hal itu, saya sangat tidak menyukai nya."
Ailane terdiam. Ia menyebutkan kalimat sensitif yang membuat Sean marah.
"Maafin Ailane om," Ailane menunduk merasa bersalah.
"Jangan dibahas ya sayang. Saya ingin hari ini kita bersenang-senang berdua, bukan malah menjadi canggung seperti ini." Sean mengecup kening Ailane. Agar gadis itu tidak berfikiran jika Sean sedang marah terhadap nya.
"Kasih waktu Ailane beberapa bulan sebelum Ailane nerima lamaran om Sean."