Sudah hampir menjelang sore namun kedua orang tua nya belum pulang. Dari makan siang hingga sore ini Ailane dan Sean memesan makanan untuk mereka makan secara online.
Sean membebaskan Ailane untuk memesan makanan apa saja. Jika ada banyak makanan akan membuat Ailane menjadi bahagia. Dan melihat Ailane bahagia Sean ikutan bahagia.
Ojek online yang bertugas mengantarkan makanan untuk mereka sudah datang.
Sean sengaja memberikan uang lebih untuk nya.
Tadi Ailane sempat ragu makanan nya mahal-mahal semua.
Bahkan paling murah satu porsi makanan seharga lima puluh ribu dan itupun Ailane tidak menyukai menu makana tersebut. Alhasil ia memesan masakan lain yang cocok di lidah nya dengan harga seratus ribu.
Tapi Sean kekeh tetap memperbolehkan Ailane memesan apapun yang ia mau semahal apapun Sean akan membayar nya.
Akhirnya sore ini mereka memesan banyak makanan untuk kedua orang tua Ailane juga siapa tahu mereka lapar setelah pulang berjaga warung.
Sean habis lima ratus ribu, namun ia tak menyebut kan total nya berapa saat Ailane menanyai nya. Ia takut Ailane merasa tak enak hati dan tidak mau memakan makanan itu.
Ia mengatakan jika mendapat diskon senilai lima puluh persen sehingga membayar dengan harga yang murah.
Ailane tak mau disuapi kali ini. Namun saat membereskan bungkusan makanan sisa mereka.
Ailane menyandarkan kepalanya di bahu Sean dan mengusap perut nya yang kekenyangan.
Sean ikut mengusap perut Ailane, "Suatu saat nanti tempat ini akan kamu gunakan untuk mengandung anak saya,"
Blush!
Pipi Ailane memerah.
"Kamu sudah bukan anak kecil lagi Ailane. Sampai kapan lagi kamu menggantung kan keputusan kamu? Masih ragu dengan saya?" Tanya Sean.
Padahal beberapa saat yang lalu Sean sendiri yang tidak memperbolehkan Ailane membahas masalah ini. Namun Sean sendiri yang kini membahas nya.
Sean tidak bisa terus menghindari masalah ini. Meskipun ia seperti terlihat tenang tenang saja padahal jauh di dalam hati nya ia gemas sekali ingin segera menikahi gadis itu.
Ailane pun begitu, ia seperti tak pernah menolak setiap pemberian dan perhatian dari Sean. Namun saat Sean mengajak nya ke jenjang yang lebih serius ada saja alasan Ailane untuk menolak nya.
Ketika Sean bersama wanita lain hati nya sakit dan emosi nya membara. Padahal itu kesalahan nya sendiri tidak segera memberikan jawaban untuk Sean. Mau atau tidak untuk dinikahi.
Sampai kapan kedua nya sama-sama berusaha untuk menghindar permasalahan ini?
Pihak laki-laki berusaha menghindar dari rasa penasaran nya dengan jawaban gadis itu. Sedangkan pihak perempuan terus menghindar dengan kedok masih ingin menikmati waktu bersama.
Padahal jika Ailane masih mau menikmati waktu bersama ia bisa menerima ajakan Sean untuk menikah. Malah setelah menikah nanti Sean akan menjadi milik nya seutuhnya. Tidak akan terbagi-bagi.
"Aku lagi gamau bahas topik pembicaraan yang berat om."
Lihat? Ada saja alasan Ailane untuk membahas tentang topik pembicaraan itu.
Sean menarik nafas, bersabar sedikit lagi. Jika ia tak sabar akan begitu sia-sia pengorbanan dan perjuangan nya untuk mendapatkan gadis itu selama ini.
Ia percaya sebuah usaha akan memiliki suatu hasil di akhir yang baik jika kita sabar menantikan kapak hasil dari usaha kita akan terwujud.
Ailane menumpangkan kaki nya akhi diatas paha Sean. Kaki nya pegal sedari tadi ia selonjorkan dnegan tinggi yang sejajar.
"Aneh gak si aku panggil om sean pake sebutan om? Hihi," Ailane terkikik sendiri. Terkadang ia juga geli mendengar panggilan nya kepada Sean.
"Tidak saya suka. Seperti Sharena memanggil saya dulu."
Deg!
Ailane merubah raut muka nya detik itu juga.
Sharena sudah mantan nya namun kenapa Sean masih sering membahas nya terus-menerus?
Apa Sean tidak menyadari jika setiap ia menyebut nama Sharena Ailane menjadi sedikit kehilangan mood nya.
"Astaga Ailane. Maafkan saya, saya tidak bermaksud untuk membahas nya lagi didepan kamu..." Ucap Sean yang teringat terakhir kali saat dulu ia membahas tentang Sharena di depan gadis itu, Ailane langsung membandingkan diri nya dengan Sharena.
"Hehe gapapa om lupain aja."
Ailane menurunkan kakinya perlahan-lahan dari atas paha Sean. Dari situ saja Sean langsung sadar jika gadis itu langsung anjlok mood nya.
"Ailane maafkan saya,"
Sean maju hendak mencium Ailane namun gadis itu mundur.
"Kaya nya bener deh,"
"Benar soal apa?" Tanya Sean.
"Om deketin Ailane gara-gara muka Ailane mirip saja sama Sharena. Buka pure karena sesuatu yang menarik dari diri Ailane."
"Kamu bicara apa Ailane? Siapa yang mengajari mu memiliki pemikiran seperti itu? Saya mencintai kamu berdasarkan hati kamu, bukan karena kamu mirip dengan Sharena."
Tess...
Air mata Ailane turun membasahi pipinya.
"Haha, Yakin gara-gara hati Ailane? Banyak hal yang ailane lakuin langsung om sangkutin ke mantan om itu, om bilang gaada hubungan nya?"
Sean mengusap air mata Ailane.
Tak menyangka jika ia menyebut nama itu lagi membuat Ailane menjadi se frustasi ini.
Padahal baru saja ia merasa jika ia selangkah lagi lebih dekat dengan Ailane. Dan kini kesempatan yang Ailane kasih ia hancurkan sendiri karena perilaku nya yang bodoh itu.
"Ailane jangan menangis, tolong jangan menangis..."
"Ailane kecewa banget om, disaat Ailane udah mulai nyaman. Udah mulai belajar naruh hati aku buat om, tapi om malah belum selesai sama masa lalu om itu. Tau gak si? Hati Ailane sakit om saat om bahas Sharena tapi dan om bahagia banget. Ailane jadi merasa tersingkir, Ailane tau Ailane agak lebay. Sharena memang udah gaada, tapi tolong om, kalau om udah ada niatan buat serius sama aku, jangan bahas dia lagi." Jelas Ailane mengungkap kan apa yang ia rasakan setiap Sean membahas nama mantan nya itu.
Namun satu hal yang membuat nya tidak menyesali karena membahas mantan nya adalah Ailane mengungkap kan perasaan nya.
"Ailane kamu serius dengan ucapan mu itu?"
"A-apa?" Ia tersadar. Ia sering mengucapkan hal yang tidak seharusnya ia ucapkan saat sedang lost kontrol.
Seperti sekarang, ia menyesal karena kini Sean tahu apa yang sebenarnya ia rasakan.
Padahal sebisa mungkin ia menyembunyikan ini dari Sean malah ia sendiri yang keceplosan untuk mengungkap kan nya.
Ia selama ini berusaha biasa saja dan menyembunyikan perasaan nya itu dari Sean. Jika seperti ini apa yang bisa ia buat? Pasti Sean kini berteriak kegirangan karena berhasil meluluhkan hati Ailane. Meskipun belum sepenuhnya namun sama saja.
Tuh kan lihat! Sean sekarang menatapnya sambil tersenyum seperti seorang p*****l. Astaga Sean ingat umur!
"Jadi kamu selama ini kamu juag memiliki perasaan yang sama dengan saya?"
Sean menutupi muka nya menggunakan kedua tangan.
"Aaaa gausa bahas deh om Ailane malu!!!"
"Sini sayang sama om," gurau Sean dan mendekap erat tubuh Ailane.
Ia melihat ke langit-langit rumah Ailane dan melebarkan senyumnya selebar mungkin. Ia tak menyangka. Penantian nya tidak sia-sia.
Dan dari kesabaran nya itu juga bisa membuahkan hasil. Kunci nya memang harus bersabar.
Dan juga ia tidak boleh heran nanti jika sifat Ailane berubah-ubah. Seperti kadang bersikao sangat menginginkan Sean namun bisa berubah lagi menjadi seseorang yang tidak menginginkan Sean dalam hidup nya.
Wajar saja Sean sekarang sedang mengencani seorang perempuan yang berusia belasan tahun dibawah nya.