Ini hari terakhir Ailane berada di rumah sakit. Pagi ini ada sebuah kabar gembira yang kata dokter pagi ini Ailane bisa langsung pulang.
Namun pesan dokter mengakatan jika Ailane tidak boleh dulu terlalu jauh berjalan kaki dan terlalu lama berdiri sampai bengkak di kaki nya itu sembuh.
Jika Ailane tetap memaksakan diri untuk tetap melakukan aktivitas seperti biasa kata dokter bengkak di kaki nya akan semakin parah.
Sean mengurus administrasi rumah sakit.
Tidak terlalu banyak, karena ini rumah sakit biasa bukan rumah sakit mewah ditambah lagi Ailane hanya sehari menginap disini.
Sebenarnya semalam Sean ingin memindahkan Ailane ke rumah sakit yang jauh lebih baik ketimbang ini. Namun ia mengurungkan niat nya saat para perawat melarang Ailane pindah rumah sakit karena besok sudah diperbolehkan untuk pulang.
Semalam ia menginap disini. Supir pribadi nya telah membawakan kasur lantai dan baju ganti Sean serta peralatan mandi untuk pagi ini.
Kedua orang tua Ailane merasa tak enak hati karena Sean ikutan menginap disini.
Sean menjaga ailaen sendiri sekarang sampai dokter menentukan jam Ailane untuk pulang.
Tadi sekitar pukul jam tiga pagi supir pribadi nya mengantar kedua orang tua ailana untuk pulang.
Mereka sudah menyiapkan bahan makanan untuk di jual yang mereka simpan di kulkas.
Sean tadi mendengar jika Sarah takut jika stok makanan mentah di kulkas bisa membusuk jika tidak segera dimasak.
Oleh karena itu Sean berinisial untuk membiarkan mereka pulang dan menjaga anak mereka.
Awal nya mereka menolak dan kemudian karena desakan Sean dan mengatakan jika ia sama sekali tidak merasa kerepotan untuk menjaga Ailane akhirnya mereka berjulan di warung sekarang.
Ailane membuka mata nya. Beberapa detik kemudian ia mengedarkan pandangan ke sekitar.
Kenapa sepi sekali? Hanya diri nya yang sedang berada di ruangan ini.
Ceklek!
Suara seseorang membuka pintu. Suara nya lumayan keras karena pintu kamar ini sudah tua dan menyebabkan terdengar bunyi decitan saat membuka nya.
"Om Sean? Kemana ayah sama ibu?" Tanya Ailane menanyakan kedua orang tua nya.
Seperti nya Sean keluar tadi untuk membelikan makanan.
Cup!
"Morning kiss baby," ucapnya setelah memberikan sebuah kecupan manis di bibir Ailane.
"Mereka menjaga warung. Kamu keberatan jika hanya saya yang menjaga mu?"
Ailane menggeleng, "Om beli apa? Aku mau dong!"
Sean membuka salah satu makanan yang ia bawa. Itu ternyata bubur ayam kesukaan Ailane.
Ailane langsung tersenyum lebar. Sean memang juara, laki-laki itu selalu tau apa yang ia butuhkan.
Memang setelah Sean mengurusi administrasi Ailane ia keluar sebentar untuk mencari sarapan untuk Ailane.
Sean mengerti jika Ailane tidak menyukai makanan yang disediakan oleh rumah sakit.
Karena tidak ada masalah di pencernaan Ailane jadi tidak masalah jika Ailane tidak memakan masakan rumah sakit dan membelikan gadis itu makanan dari luar.
Sean menyuapi Ailane hingga bubur itu habis.
"Ailane kapan om boleh pulang?"
"Nanti sayang, kamu beberapa hari ini tidak usah masuk kerja dulu." Jawab Sean lembut mengusap pipi Ailane.
"Ih kenapa?" Protes Ailane.
Ia sudah tidak kenapa-napa lalu kenapa Sean tidak memperbolehkan nya untuk bekerja.
Sean membuka selimut yang menutupi kedua kaki Ailane lalu kini terpampang jelas sebelah kaki Ailane yang sedang membengkak.
"Yakin masih mau bekerja?"
Ailane menekuk wajahnya seketika.
Ia bosan dan tidak suka kalau harus berdiam diri di rumah saja. Pasti jika keadaan nya seperti ini orang tua nya pula tidak mengizinkan Ailane untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan rumah.
"Tapi aku bosen om kalau di rumah aja. "
"Kamu satu Minggu ini ingin kemana? Atau kamu ingin saya temani Ailane?"
Ting!
Sean mengambil kan ponsel Ailane yang berada tak jauh dari Sean.
"Siapa?"
Ailane memberikan ponsel nya kepada Sean agar laki-laki itu sendiri yang melihat nya.
Rayhann: ay, kamu hari ini kenapa engga masuk?
"Tidak usah bilang kepada nya jika kamu habis jatuh." Pintah Sean.
"Kenapa om?" Tanya Ailane.
"Untuk apa Ailane? Jika dia tahu kamu jatuh dan masuk rumah sakit jelas dia akan menjenguk mu setiap saat. Sudah ada saya disini yang siap dua puluh empat jam menjaga mu. Tidak perlu membutuhkan Rayhan." Jelas Sean penuh kepemilikan.
"Terus Ailane ini harus jawab apa?"
"Bilang saja ada urusan. Lalu matikan saja ponsel mu agar bocah ingusan itu tidak banyak tanya."
Ailane mengetik pesan yang mengatakan jika ia ada urusan dengan kedua orang tua nya.
"Udah," ailane mematikan ponsel nya dan menaruh nya di atas laci kembali seperti posisi awal.
"Ailane jangan mudah memberikan harapan kepada Rayhan, kamu hanya milik saya. Kamu tentu tidak lupa akan hal itu,"