Ailane menghadap ke sisi kanan dan Sean memeluk tubuh nya dari samping. Entah sejak kapan Ailane mulai nyaman dengan posisi seperti ini.
Sean membalikkan tubuh Ailane agar menghadap ke arah nya.
Mata mereka bertemu dengan jarak sedekat ini. Dengan jarak sedekat ini Ailane bisa melihat wajah Sean dengan jelas.
Tampan sekali, ia merasa beruntung karang dicintai pria dewasa yang tampan dan juga mapan. Namun sisi sebagian dari tubuh nya merasa jika ia tak pantas dengan Sean dan juga belum yakin akan menjadikan Sean sebagai pendamping hidup nya.
Saat SMA ia sering berfikir untuk menikah di usia muda. Diantara usia dua puluh sampai dua puluh satu tahun.
Dan benar, di usia nya sekarang menginjak dua puluh satu tahun ada seseorang yang ingin memiliki hubungan serius dengan nya. Bukan hanya satu orang saja melainkan dua orang.
Ailane tak mau menyakiti mereka. Ailane juga tidak mungkin menjalani hubungan dengan dua orang sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
Sean mengusap pipi Ailane yang terasa dingin. Ailane menahan tangan Sean saat akan megusap bibirnya.
"Om selalu bilang sama aku kalau jangan tinggalin om, biar om bisa ninggalin aku lebih dulu?"
Sean duduk, "Untuk apa saya meninggalkan kamu Ailane? Kamu memberikan kesempatan lagi untuk Rayhan. Saingan saya untuk mendapatkan mu," balas Sean.
Entah apa yang sedang ia fikirkan, Ailane sekarang takut jika semua orang yang berada di dekat nya itu meninggal kan nya. Jika itu terjadi ia akan bersama dengan siapa?
Ia terlalu fokus memikirkan sesuatu yang belum terjadi hingga membuat nya gelisah beberapa hari ini.
Ia masih merasa kesepian. Merasa jika jiwa nya sedang kosong.
Seperti saat ini saja, Sean berada sangat dekat dengan nya namun ia tak merasa kan keberadaan Sean. Ia tetap merasa kesepian.
Setiap sentuhan Sean memang begitu nyaman namun meninggal kan efek menyakitkan di akhir. Ia tak mengerti kenapa ia merasakan ini.
Ia jatuh hari ini banyak luka di kaki nya akibat tergores tajam nya aspal. Bahkan salah satu kaki nya ada yang membengkak karena tertimpa motor.
Semua itu tidak ia rasakan ia seperti mati rasa untuk luka di luar. Namun hati nya sering merasa sakit.
Jika ia bercerita kepada kedua orang tua nya pasti mereka menganggap Ailane kurang beribadah dan harus lebih dekat lagi dengan Tuhan. Mereka tidak mengerti dan tidak paham tentang kesehatan mental remaja. Mereka masih begitu awam.
Mangkanya ia lebih memilih memendam yang ia rasakan. Karena tidak semua sesuatu yang diungkapkan akan berakibat baik, bisa saja malah memperkeruh keadaan yang ada.
"Are u okay honey?"
Ailane menatap mata Sean lama sekali kemudian ia menggeleng kan kepala sebentar.
"Kenapa aku sering ngerasa sendirian om?" Ucap Ailane lirih dan menetes kan air mata nya.
Setelah Ailane mengungkapkan apa yang sedang gadis itu rasakan membuat Sean lega. Akhir nya gadis itu mau jujur. Berati feeling nya benar, gadis nya sedang tidak baik-baik saja.
"Saya selalu ada untukmu Ailane..."
"Aku tau, tapi Ailane gabisa ngerasain orang-orang yang ada disekitar Ailane."
Cup!
Sean mengecup bibir Ailane kemudia berubah menjadi lumatan-lumatan kecil.
Sean melepaskan ciumannya dan mengusap bibir Ailane yang basah.
"Bagaimana? Sudah bisa merasakan kehadiran saya disini?"
Sial! Setelah merasakan ciuman itu Ailane tidak lagi merasa kesepian atau kosong.
Ia bisa merasakan kehadiran Sean sekarang.
Cup!
Kecupan yang kedua kali nya saat gadis itu tak kunjung merespon ucapan nya.
"Om...." Panggil Ailane lirik.
"Iya sayang?"
"Nanti kalau pada akhirnya aku milih om Sean atau engga milih om sean bagaimana?" Ailane penasaran apa jawaban dari Sean setelah ini.
"Saya selalu berada di sisi kebahagiaan mu. Jika memang di akhir kamu tidak memilih saya, tidak masalah Ailane..."
Ailane tak menyangka jawaban Sean sangat yakin sekali dan membuay Ailane berfikir jika nanti suatu saat jika di akhir cerita ia tak memilih Sean pasti Sean akan mengikhlaskan nya untuk orang lain.
"Om Sean yakin?" Ulang Ailane.
"Jelas tidak Ailane. Saya akan mencari seribu cara agar kamu berpisah dengan suami kamu dan kembali kepada saya,"
Ailane memutar bola matanya sebal. Sean berubah menjadi laki-laki bebal yang semua keinginan nya harus dituruti. Namun jawaban Sean tadi sangat mencerminkan jika orang yang berada di depan nya adalah Sean yang ia kenal. Bahkan jawaban pertama yang Sean lontarkan sama sekali tidak mencerminkan Sean yang sebenarnya.
"Saya kasian terhadap Rayhan." Ucap Sean.
Tumben sekali Sean membuka topik pertama kali membahas tentang Rayhan. Biasa nya pria itu sangat sensi sekali saat Ailane membahas Rayhan dan langsung mengatai Rayhan dengan julukan bocah ingusan.
"Kenapa?"
"Kamu memberikan kesempatan kepada Rayhan, namun kamu tidak pernah menolak sentuhan yang saya berikan. Tidak usah membohongi perasaan mu terlalu lama lagi Ailane. Apa yang kamu ragukan dari saya? Katakan.."
Ailane diam. Ucapan Sean sangat mengenai hati nya. Ia menikmati setiap sentuhan dari Sean. Bahkan Ailane tidak menolak saat Sean memeluk nya dan bahkan mencium nya.
"Saya tidak akan membiarkan rayhan memperlakukan kamu seperti saya memperlakukan kamu Ailane, jangan pernah mau jika Rayhan mencium mu."
Ailane langsung mengangguk. Ucapan Sean seperti mantra yang langsing membuat Ailane menurutinya.
Ia tak membantah saat Sean menyuruh Ailane agar menolak saat Rayhan akan mencium nya.
Kenapa Ailane menjadi sangat penurut kepada Sean?
Tok! Tok! Tok!
Kedua orang tua nya kini sudah datang dan langsung masuk begitu saja.
Untung Sean sudah duduk dan mereka tidak dalam posisi seperti tadi dimana mereka sedang tidur diatas ranjang yang sama dalam keadaan saling berpelukan.
Memang mereka tidak sedang ngapa-ngapain namun jika kedua orang tua Ailane melihat nya bisa bahaya.
"Nak, ibu sama ayah khawatir sekali dengan mu. Kamu tidak kenapa-kenapa? Bagian mana yang sakit? Besok pulang dari rumah sakit langsung pijat di tukang pijat langganan kita ya nak? Lihat ini kaki kamu bengkak sebelah." Ucap Sarah penuh kekhawatiran.
"Nak Sean pulang saja nak kalau capek. Terimakasih banyak karena sudah menjaga anak bapak, maaf jadi merepotkan nak Sean." Ucap Indro merasa tidak enak. Ia sering merepotkan Sean dalam urusan menjaga anak nya.
"Saya sama sekali tidak merasa direpotkan. Saya justru senang dapat menjaga anak bapak, saya akan merasa gagal jika tadi saya tidak langsung datang ke sini."
Ailane dan juga kedua orang tua nya bagitu terharu mendengar jawaban dari Sean itu.
Sedari awal Sarah memang sudah yakin jika Sean akan bisa menjaga anak nya kelak. Sekarang saja belum menikah dengan anak nya Sean sudah menjaga Ailane seperti ini. Bagaimana jika menikah nanti?
"Ibu sudah merestui kalian. Kapan akan menentukan tanggal pernikahan?"