The best gift from God

1330 Kata
Hari ini Ailane kerja tidak fokus sekali terlalu banyak hal yang dipikir kan oleh nya. Sampai-sampai banyak orang yang menegurnya karena ia melamun sambil bekerja. Bahkan tadi saat ia mengepel dan keasyikan melamun ia tak sadar jika timba air yang berisi air pel jatuh dan air nya tumpah kemana-mana. Hingga ada seseorang yang melaporkan keteledoran Ailane ini kepada Sean. Akhir nya tadi Sean memanggil-manggil Ailane untuk ke ruangan nya bukan untuk bermesraan seperti biasa melainkan menasehati Ailane agar tidak banyak melamun saat bekerja. Ailane malah menangis saat dinasehati seperti itu oleh Sean. Padahal Sean hanya menasehati bukan sedang memarahi nya. Sean tadi bingung sekali kenapa Ailane tiba-tiba menangis. Biasa nya jika Sean menasehati nya ia selalu bebal dan kadang menyangkal nya. Namun kali ini Ailane malah menangis tersedu-sedu. Beberapa hari ini Ailane sensitif sekali. Banyak sekali hal kecil yang dapat membuat nya menangis. Sean tadi sangat menyesal. Saat menangis tadi saja Sean ragu untuk memeluk Ailane takut gadis itu akan risih. Namun Sean tetap kekeh untuk memeluk Ailane agar gadis itu menjadi sedikit tenang. Sean merasa ada sebuah harapan yang tumbuh saat Ailane membalas pelukan nya. Pelukan Sean sangat nyaman bagi Ailane. Namun terkadang Sean sendiri yang memberikan sebuah luka pada dirinya. Mungkin Sean bisa disebut luka sekaligus obat bagi diri nya. Jika ia sedang marah atau bertengkar dengan Rayhan ia seperti tidak sebingung saat ia sedang marahan dengan Sean entah karena apa. Sean memang perhatian namun ada beberapa hal yang tidak ia sukai dari Sean. Ailane mengendarai motor nya sekarang. Ia sedikit melamun namun ia mencoba untuk tetap mempusatkan fokus nya. Semoga saja ia bisa. Ia merasa kesepian sekali. "Aaaaaaa!" Brugh! Ailane menabrak sebuah pembatas jalan karena melamun. Sudah dibilang harus fokus namun ia sama sekali tidak bisa fokus entah karena apa. Warga di sekitar langsung berkerumun membantu Ailane yang tertimpa motor. Ailane kini tak sadarkan diri, mungkin karena kepala nya yang membentur aspal. Salah satu warga berinisiatif untuk menggeledah tas Ailane dengan tujuan baik. Mencari tahu siapa orang ini lewat identitas kartu nya. Namun Ailane tidak membawa KTP atau SIM. Akhirnya ia melihat ada sebuah ponsel yang masih bisa menyala. Untung saja ponsel Ailane ini kuat tahan banting dan tidak rusak walaupun membentuk aspal. Orang itu melihat sebuah nama panggilan atas sendiri. Ada nama Sean disana. Dan juga banyak nama Sean di riwayat panggilan ponsel Ailane. Orang ini langsung berfikir jika Sean adalah seseorang yang penting bagi orang ini. Warga lainnya menelfon ambulans karena keadaan Ailane lumayan parah. Banyak darah yang mengucur dari pelipisnya. Dan juga kaki nya yang ada sebuah luka baret karena sebelum jatuh tadi ia mencoba untuk menahan motornya namun tenaga nya tak cukup kuat alhasil ia jatuh terguling dan tertimpa motor nya. "Halo Ailane? Kenapa?" Suara Sean saat mengangkat telfon ini. "Maaf, ini bapak Sean?" Suara orang itu mengejutkan Sean. Karena bukan suara Ailane yang sedang ia dengar sekarang. Perasaan Sean mulai tidak enak. Tidak pernah sekalipun saat Ailane yang menelfon namun yang menjawab nya adalah orang lain. Berati ponsel Ailane sedang tidak bersama Ailane? "Benar, ada kepentingan apa anda memegang ponsel kekasih saya?" "Maaf bapak saya tidak tahu. Kekasih bapak ini sedang kecelakaan, saya tidak menemukan identitas pada korban, dan di riwayat panggilan nama bapak Sean paling banyak sehingga saya menghubungi bapak." Ucap orang itu ramah. Deg! Jantung Sean serasa mau copot saat mendengar kabar jika Ailane sedang kecelakaan. "Lokasi nya dimana?" Ucap Sean panik. "Ini sudah ada ambulans yang datang, bapak langsung saja ke rumah sakit mitra keluarga." "Baik terimakasih banyak." Sean menutup telfon nya. "Anjing!" Umpat Sean panik. Ia sudah merasa tidak enak perasaan nya tentang Ailane sekarang. Karena gadis itu berubah menjadi pendiam hari ini. Sean buru-buru memanggil sopir nya untuk mengantarkan ke rumah sakit. Ia tak berani mengemudi seorang diri saat ia sedang panik seperti sekarang. Ia bisa kalap dan mengemudikan mobil dengan kecepatan maksimal yang akan membahayakan nyawa nya dan juga nyawa orang lain. "Pak cepat, jika bapak lambat saya akan memecat bapak!" Ancam Sean. "S-siap pak!" Balas sopir nya sedikit takut. Bagi sopir nya hari ini seperti taruhan hidup dan mati. Jika ia tak cepat mengemudi mobil ini sampai ke rumah sakit ia akan di pecat. Jika di pecat anak istri nya di kampung nanti akan makan apa? Pak Yaya sopir pribadi Sean mengemudi mobil secepat mungkin dengan hati-hati pula tentu nya ia harus menjaga keselamatan atasannnya itu. Untung saja pak Yaya tau jalan yang cepat agar sampai di rumah sakit tanpa harus terjebak macet. Sekarang mereka sudah sampai di rumah sakit. Sean menyebutkan nama Ailane di resepsionis. Dan orang itu mengatakan jika Ailane masih berada di UGD. Sean menunggu di depan UGD dengan perasaan yang tak karuan. Ia harus merasakan ini lagi. Dulu saat Ailane masuk rumah sakit ia juga merasakan perasaan ini dan sekarang malah terulang lagi. Tidak tahu saja lima tahun yang lalu saat Ailane koma dan dokter sendiri memprediksi kan jika usia Ailane sudah tidak lama lagi akan seperti apa Sean lagi. Eh lupa, lima tahun yang lalu malah Sean kehilangan seseorang yang sangat ia cintai sekali. Sean terduduk di lantai rumah sakit dan mencengkram rambut nya kuat-kuat. Dokter keluar dari ruangan itu dan mengeluarkan Ailane juga yang masih terkapar tak sadar kan diri diatas ranjang. Para suster mendorong ranjang Ailane yang akan entah dibawah kemana. Sean menghentikan langkah dokter. "Dok, pacar saya bagaimana?" "Maaf telah membuat bapak menunggu terlalu lama. Kekasih bapak baik-baik saja, untung nya benturan nya tidak terlalu keras dikepala nya. Kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat inap biasa. Boleh ikut saya," Sean lega jika kekasih nya itu tidak kenapa-kenapa. Hanya ada luka ringan saja yang nanti nya juga akan bisa sembuh dengan sendirinya. Sangking khawatir nya ia sampai lupa menghinggapi kedua orang tua Ailane jika anak nya dirawat di rumah sakit karena jatuh dari motor. Waktu juga sudah hampir malam. Pasti kedua orang tua nya khawatir. Dokter telah menyebut kan ruangan Ailane nanti nya. Sean nanti menyusul ia menelfon kedua orang tua Ailane dan memerintahkan sopir nya tadi untuk menjemput mereka. Sarah di telfon langsung menangis saat mendengar kabar jika anak nya kecelakaan. Namun tangisan nya mereda saat Sean mengatakan Ailane baik-baik saja hanya mendapatkan luka ringan yang tak parah. Sean tak memberitahu Rayhan jika Ailane jatuh. Ia tak mau perhatian Ailane nanti akan terbagi antara diri nya dan juga kepada Rayhan. Saat menyusul ke kamar Ailane, Ailane ternyata sudah sadar dan sedang berbincang dengan dokter. "Baiklah saya tinggal terlebih dahulu," Sean memeluk Ailane. "Kamu kenapa bisa jatuh seperti ini? Mana yang sakit?" "Hehe, Ailane tadi ngelamun eh gatau kalau ada pembatas jalan di depan Ailane." Sean tak habis fikir bisa-bisanya Ailane se santai ini menjawab jika ia sedang melamun. Apa gadis itu tidak sadar jika melamun bisa membahayakan nya? Sean menggenggam tangan Ailane dan duduk di ranjang sebelah gadis itu. Supirnya menelfon, ternyata itu sebuah video call yang masuk. Tumben sekali. Saat Sean mengangkat nya ternyata itu wajah kedua orang tua Ailane. Makhlum hp mereka masih jadul sehingga tidak bisa dibuat untuk video call. "Ailane mana nak Sean?" Sean menyerah kan ponsel nya kepada Ailane, "Halo ayah ibu! Ailane gapapa kok hehe," ucap Ailane tenang. Di posisi seperti ini Ailane malah tidak merasa bersalah karena membuat orang di sekitar nya khawatir karena nya. "Alhamdulillah nak, ini macet banget ibu ayah datang agak malam mungkin ya nak. Kamu titip apa?" Tawar Indro. "Soto! Ailane pengen banget makan soto." "Iya nanti ayah bawakan, ayah matikan dulu telfon nya." Tut---- Kedua orang tua nya kini bernafas lega saat melihat anak nya ternyata sudah sadar dan tidak kenapa-kenapa. Sean mencium kening Ailane, "Saya khawatir sekali tadi. Ternyata Tuhan masih sayang dengan saya. Tuhan tidak mengambil kamu dari saya." Ailane hampir menangis mendengar ucapan Sean itu. "Makasih ya om udah nemenin Ailane terus," "Jangan berterima kasih, itu kewajiban saya sebagai calon suami kamu." Kali ini Ailane tidak menyangkal saat Sean menyebut kan diri nya sebagai calon suami nya. Sean merebahkan diri nya dia atas ranjang rumah sakit Ailane karena kasur nya cukup besar untuk dibuat berdua. "Jangan tinggalkan saya Ailane, saya mohon."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN