No, ur not serious (2)

1024 Kata
Ailane sedikit merasa ada sesuatu yang besar yang disembunyikan oleh Rayhan tapi entah itu apa. "Assalamualaikum, loh ada temen kamu nak? Kenapa tidak diajak masuk? Mari masuk nak.." Indro dan Sarah datang lalu Indro menyuruh Rayhan untuk masuk. Melihat orang tua nya datang ke rumah membuat Ailane menjadi semakin penasaran dengan tujuan Rayhan. Kini mereka berempat sudah terduduk di ruang tamu rumah Ailane. "Nak Rayhan mau minum apa?" Tawar Sarah. "Apa aja deh Bu hehe pasti saya minum kok kalau buatan ibu." Kekeh Rayhan berusaha mengambil hati Sarah sebelum mengambil hati anak nya. "Duh nak Rayhan bisa saja.." "Ailane sini nak bantuin ibu," ajak Sarah kepada anak nya untuk ikut membantu nya di dapur. Padahal saat akan menyajikan jamuan untuk tamu Sarah lebih suka melakukan nya sendiri. Tapi sekarang Sarah memanggil Ailane untuk ikut ke dapur. Ailane tau pasti ada sesuatu yang ingin ibu nya tanyakan kepada diri nya. Ailane berdiri dan menyusul ibu nya di dapur. Meninggal kan Rayhan yang sedang asyik bercengkrama dengan ayah nya. Ia senang karena kedua orang tua nya mau menerima Rayhan. Rayhan pun anak nya sopan sehingga tidak ada alasan untuk menolak anak iku. Tapi kedua orang tua nya jika sudah tidak suka dengan teman nya pasti ada maksud lain selain itu dibelakang nya. Pernah saat dulu waktu Ailane SMA ia memiliki sebuah teman baru perempuan bernama Icha. Entah kenapa setiap orang yang Ailane temui dan bernama Icha pasti orang itu tidak beres. Icha dulu murid pindahan dari Bandung. Dan karena merasa kasian pada Icha karena gadis itu dulu seperti sulit untuk bergaul alhasil Ica tidak memiliki teman. Karena Ailane masih memiliki rasa empati pada seseorang, ia mengajak ngobrol Icha. Awal nya Icha saat pertama kali diajak mengobrol oleh Ailane seperti tidak terlalu merespon nya. Seperti bodoamat atau malu-malu. Karena setiap ia menyauti obrolan dengan Ailane gadis itu selalu menunduk kan kepala nya. Hingga lama-kelamaan Icha sedikit terbuka dengan Ailane. Gadis itu sudah mulai berani mengajak mengobrol Ailane dulu. Dan bahkan mulai bercerita kenapa ia pindah dari Bandung ke sini. Alasan nya karena papa nya Icha sedang ditugaskan untuk bekerja disini dan Icha nurut saja saat diajak pindah kesini. Kata nya juga ia sudah sering berpindah-pindah mengikut kemana ayah nya untuk ditugaskan. Ailane percaya saya dengan cerita Icha. Setelah itu Ailane memberanikan diri mengajak Icha untuk main kerumah nya. Icha sama sekali tidak pernah mengajak Ailane untuk bermain ke rumah nya. Dan bahkan Ailane saja tidak mengetahui siapa orang tua Icha. Karena pulang dan pergi sekolah Icha naik kendaraan umum. Hingga saat Ailane mengajak Icha main ke rumah nya Icha tak menolak. Sepulang sekolah Icha ikut naik angkot yang sama jurusan daerah resapan rumah Ailane. Icha saat datang ke rumah nya memang tidak ada yang aneh. Dan waktu itu hanya ada Sarah saja yang sedang berada di rumah. Tidak ada yang salah, Icha sopan saat berkunjung di rumah ailane. Icha mencium tangan Sarah saat datang ke rumah Ailane. Bahkan darah yang seperti menunjukkan wajah tidak suka saat Icha datang berkunjung entah karena apa. Waktu itu Ailane sempat heran kenapa Sarah seperti tidak suka dengan teman baru nya itu. Dan setelah itu Ailane mengajak Icha untuk ke kamar nya. Bercerita dan memakan camilan buatan ibu nya. Icha di rumah Ailane cukup lama. Bahkan sampai setelah makam malam di rumah Ailane. Barulah setelah makam malam Icha pamit pulang. Indro saat itu menawarkan untuk mengantarkan Icha pulang. Karena sudah malam dan anak perempuan seusia Icha tidak baik berkeliaran sendiri malam-malam. Takut ada orang jahat yang akan menggangu nya nanti. Namun Icha terus menolak tawaran indro. Ia mengatakan jika ia takut dimarahin saat diantarkan pulang oleh orang yang tidak orang tua nya kenal. Sampai situ Sarah makin bertambah curiga dnegan anak itu. Seperti ada yang ditutupi. Hingga benar, ternyata bukan pindah dari sekolah lama nya. Melainkan di keluarga dari sekolah lama nya karena mengedarkan narkoba. Lanjut, sampai lupa menceritakan apa tujuan Rayhan datang ke rumah Ailane. Ailane kini berada di dapur membantu ibu nya menyiapkan empat cangkir teh untuk mereka semua. "Rayhan kenapa kesini?" Tanya Sarah. "Engga tahu Bu. Tadi malam mau nunggu kalian sampai pulang untung aja ayah ibu udah pulang. Pas aku tanya kenapa dia kesini kata nya nanti juga aku bakal tau." Jelas Ailane. Sarah hanya mengangguk saja. Mungkin ada yang akan Rayhan sampaikan kepada nya dan juga Ailane. "Bawa kedepan nak," Ailane membawa empat gelas cangkir itu menggunakan nampan yang cukup besar. Kini sudah berada semua nya disana secara lengkap. "Nak Rayhan kamu ada keperluan apa sampai mencari kami?" Tanya Indro. Rayhan mengembuskan nafas nya kemudian tersenyum menoleh ke arah Indro dan juga Sarah secara bergantian. "Saya ingin menyampaikan niat saya. Saya ingin mengambil Ailane dari ibu dan bapak..." Ucap Rayhan penuh keyakinan. "Maksud kamu?" Indro tak mengerti kemana arah pembicaraan yang sedang dimaksud oleh Rayhan. "Saya ingin melamar anak bapak sebelum saya berniat untuk menikahi Ailane..." Lanjut Rayhan kemudian. Jantung Ailane serasa ingin copot mendengar ucapan Rayhan yang terdengar tidak main-main. Ia sampai mencubit lengan nya sendiri berharap jika ia sedang bermimpi. Ia merasakan sakit itu tanda nya sekarang ia tidak sedang bermimpi. "Saya boleh-boleh saja, namun kamu perlu menanyakan kepada anak kami terlebih dahulu, apakah dia menerima lamaran mu atau tidak." Ucap Indro. Benar juga, semua keputusan berada di tangan anak nya. Karena yang nanti akan menjalani adalah anak nya. Tugas orang tua hanya mendukung setiap keputusan yang diambil oleh anak nya asal itu baik untuk kedepannya. Mereka melihat Rayhan anak yang sopan dan baik terlihat dari tutur kata nya yang lembut. "Bagaimana Ailane? Kamu menerima lamaran nak Rayhan?" Tanya Sarah. Ailane memang menyukai Rayhan namun masih sebatas kagum saja. Ia jauh lebih menyukai Sean sekarang. Namun ia tak rela jika suatu saat nanti Rayhan akan menjadi milik wanita lain. Aiisssshhh! Ia memang egois. Ia tak bisa menerima lamaran Rayhan secepat ini. Ia bingung harus menjawab apa sekarang. Menerima atau menolak nya? Ailane kini hanya termenung. "Nak bagaimana?" Tanya Sarah untuk yang kedua kali nya karena ia tak kunjung memberikan jawaban atas lamaran dari Rayhan itu. "Maaf, Ailane gak bisa kalau harus jawab lamaran Rayhan sekarang. Kita baru kenal juga. Lamaran bukan sesuatu hal yang bisa diputuskan dengan cepat. Beri Ailane waktu buat jawab lamaran Rayhan."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN