Entah sampai kapan Ailane akan menyadari jika ada sesosok yang juga mengikuti nya.
Ailane kini sedang melamun di kantor.
Kembali bayangan di masa depan terputar jelas di otak nya. Sampai kapan ia akan menjadi cleaning servis?
Apakah bisa ia nanti membiayai kedua orang tua nya di masa tua nanti jika gaji nya saja hanya cukup untuk kebutuhan satu bulan. Bisa menabung namun hanya sebagian kecil saja.
Mungkin tidak sampai lima ratus ribu ia sisihkan untuk menabung.
Kadang saat warung orang tua nya sepi ia tak jarang menalangi modal agar orang tua nya bisa berjualan keesokan hari nya. Ia tak keberatan, asal bisa membuat orang tua nya tersenyum ia akan melakukan nya.
Tamatan SMA dan tidak memiliki sebuah keahlian yang membuat Ailane susah mendapatkan pekerjaan yang lebih layak ketimbang ini.
Suatu saat ia akan menjadi berkembang. Harus itu, tapi ia tak tahu bagaimana cara nya nanti.
Dulu saat sekolah ia suka mengarang. Menulis sebuah cerpen atau cerita romantis lain nya.
Ia pernah mengikuti lomba cerpen, dan menang juara satu mendapat uang tunai satu juta rupiah. Pada masa itu uang satu juta sudah tergolong banyak. Mungkin saat ia duduk bangku SMP ia mendapat juara itu.
Kedua orang tua nya merasa bangga karena anak nya memiliki sebuah bakat terpendam yang tak bisa sembarang orang bisa.
Saat ia mengikuti lomba itu tak banyak yang tahu.
Ia biasanya menulis cerita-cerita di sebuah buku tulis karena ia tak memiliki laptop. Ia membawa buku tulis yang berisi kumpulanla. Cerita nya itu kemana-mana karena ia takut sekali buku itu hilang.
Meskipun ia menulis di buku tulis bukan sebuah hambatan bagi Ailane. Ia bisa-bisa saja menuangkan ide nya di sana karena ia memang memiliki sebuah bakat di bidang dunia kepenulisan atau mengarang sebuah cerita fiksi.
Namun ada sebuah kejadian yang membuat Ailane menjadi berhenti mengembangkan bakat nya itu hingga sekarang.
Waktu itu saat jam pelajaran olahraga, semua orang yang berada di kelas itu keluar karena pelajaran olahraga di laksanakan di lapangan sekolah.
Waktu itu ia lupa memasukkan buku itu ke dalam tas nya dan tergeletak di atas meja begitu saja.
Dan yang boleh kembali ke kelas terlebih dahulu adalah murid laki-laki.
Ada salah satu teman kelas nya memang anak nya terkenal usil dan juga jail.
Ia mengambil buku Ailane itu dan menyembunyikan nya.
Saat murid perempuan sudah di boleh kan untuk kembali ke kelas, otomatis semua anak kelas sudah lengkap.
Anak itu yang menyembunyikan buku nya, atau sebut saja firman agar kita lebih mudah menceritakan nya.
Firman waktu itu langsung naik ke salah satu bangku meja dan membaca kan keras-keras isi buku Ailane di hadapan semua anak kelas.
Semua orang yang berada di sana tertawa membawa tulisan Ailane karena memang mereka tak paham apa itu seni menulis.
Padahal salah satu karya nya mendapat juara satu namun mereka saja yang tidak tahu.
Ailane malu sekali, saat semua teman kelas nya menertawakan tulisan nya.
Setelah itu Ailane merebut buku nya dari firman secara paksa yang menyebabkan buku itu sobek.
Sampai di rumah Ailane menangis dan mengadu pada ibu nya. Ia minta Sarah agar menjauhkan buku itu dari nya. Ia tak mau melihat buku itu lagi, buku yang membuat nya malu. Ia tak mau menulis lagi.
Seperti mendapat sebuah trauma sejak saat itu.
Saat ia ingin menulis lagi, siapa tahu ia bisa mendapatkan uang lewat menulis namun bayangan bagaimana teman sekelas nya dulu menertawakan tulisan nya membuat Ailane langsung mengurungkan niat nya untuk kembali menulis.
Padahal kedua orang tua nya mendukung secara penuh bakat Ailane itu. Mereka bangga dengan Ailane, namun olokan teman sekelas nya ternyata lebih kuat dari pengaruh dan dukungan positif dari kedua orang tua nya.
Atau mungkin sebenarnya Ailane masih ingin terus berusaha agar ia bisa kembali seperti dulu.
Ia dulu saat emosi sering meluapkan nya lewat sebuah karya fiksi yang menggambarkan keadaan hati nya. Atau keadaan emosional nya.
Menulis menang tidak mudah, namun jika kalian memiliki bakat menulis atau bakat apapun itu kembangkan lah.
Memang setiap orang pasti memiliki sesuatu yang bisa membuat mereka down. Namun jangan menjadikan itu sebagai sebuah alasan untuk menghentikan bakat mu.
Jadikan sesuatu yang membuat mu down sebagai sebuah acuan, sebagai sebuah semangat agar menjadi yang jauh lebih baik.
Untuk menjadi sesuatu yang indah dan bersinar memang butuh proses. Kita harus menikmati semua proses yang terjadi secara alami itu.
Begitupun dengan Ailane, ia yakin di hidup nya yang susah ini merupakan sebuah proses dari Tuhan untuk memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari ini di masa mendatang. Ia terus menanamkan di hati nya jika suatu saat ia pasti akan menjadi seseorang yang berguna, seseorang yang sukses dan bisa membahagiakan kedua orang tua nya.
Ailane akhir-akhir ini menjadi sering murung dan juga melamun.
Ia ingin ijin kepada Sean untuk libur sehari akan ia gunakan nanti nya untuk mencari pekerjaan yang lebih dari posisi nya ini.
Tapi saat ia nanti ditanyai Sean kenapa ia mengambil libur satu hari ia tak akan menyebutkan alasan asli nya apa. Jelas nanti Sean tidak memperbolehkan nya.
Pasti Sean akan langsung menawarkan jabatan yang lebih tinggi di kantor nya dengan gaji yang berkali-kali lipat dari ini agar Ailane tidak jadi pindah dari kantor nya.
Nanti Ailane akan beralasan ia pergi ada urusan dengan kedua orang tua nya atau apapun itu.
Atau besok? Eh tapi ia belum mencari informasi lowongan kerja. Mungkin nanti saat ia sudah mencari referensi ia akan bekerja di mana nanti nya.
Huh! Berfikir tentang masa depan seperti ini membuat Ailane menjadi cape pikiran.
Melihat kedua orang tua nya mulai menua dan semakin banyak kerutan di wajah mereka akibat termakan usia membuat Ailane sangat merasa bersalah.
Mereka banting tulang untuk menyekolahkan nya dulu tapi ia malah berakhir menjadi sebuah cleaning servis. Memang mereka tak pernah menuntut Ailane untuk kerja di suatu pekerjaan tertentu dengan gaji yang memuaskan.
Bagi mereka, anak nya mau kerja di manapun asal kan halal dan anak nya nyaman dengan pekerjaan nya sendiri mereka akan selalu mendukung Ailane.
Overthinking nya kini tidak boleh ia buat santai. Ia sudah dewasa, sudah saat nya ia menata kehidupan nya.
Ia harus membahagiakan ayah dan ibu nya!
Untuk saat ini mungkin masih belum bisa. Namun nanti Ailane pasti bisa memberikan kehidupan yang layak untuk mereka.
"Ayah... Ibu... Maafkan anak mu ini masih belum bisa membahagiakan kalian."